18. Good Sibling

55 9 0
                                    

Suara langkah kaki terdengar ketika seseorang dengan seragam SMA lengkap dengan tas ransel di punggungnya berjalan menuju meja makan. Alea tersenyum hangat ketika mendapati saudara perempuannya, Airy, sedang membuat nasi goreng untuk menu sarapan mereka pagi ini.

"Morning, Sista." Sapa Alea masih dengan senyumnya.

"Morning."

Kedua perempuan bersaudara itu pun makan bersama setelah makanan terhidang.

"Eh Dek, semalem gue habis dapat job gede. Lo mau gue beliin apa?"

Alea menghentikan sejenak kunyahan di mulutnya, "Congrats, Kak. Lo tabung aja deh. Gue lagi gak butuh apa-apa kok."

"Gue udah pisahin buat ditabung kok. Ayo dong lo mau apa, hp baru? Laptop baru? Tas? Sepatu? Apa aja pasti gue beliin deh."

"Hp sama laptop gue masih bagus, tas sama sepatu gue baru lo beliin bulan lalu kalo lo lupa, Kak." Balas Alea mengingatkan.

Airy masih tak kehabisan akal, "Hp aja deh, udah ada dua tahun kan? Gue juga mau ganti biar kita samaan."

"Masih setahun lebih, Kak. Enggak ah, lo aja deh ganti hp. Gue masih betah."

Kadang Alea merasa Airy itu terlalu berlebihan dalam membelikannya barang, bukannya Alea tak suka, Alea suka sama setiap barang yang dibelikan Airy karena Airy tahu betul seperti apa selera gadis itu. Tapi Alea mau kakak satu-satunya itu lebih hemat dalam mengelola uangnya karena itu juga untuk tabungan masa depannya nanti.

Apalagi nanti saat Alea masuk kuliah pasti akan membutuhkan dana yang cukup besar. Satu-satunya orang yang akan membiayai Alea hanyalah Airy, makanya Alea tidak mau dibelikan barang-barang mahal yang tidak begitu diperlukan. Alea bahkan mulai menabung sejak kelas sepuluh tanpa sepengetahuan Airy tentunya, tabungan ini akan ia gunakan saat kuliah nanti agar tidak begitu membebani Airy.

"Yah ayo dong, Le." Bujuk Airy belum menyerah.

"Emang lo mau ganti hp apa lagi, Kak?" Tanya Alea lalu menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"iPhone 12 Pro Max." Airy nyengir melihat ekspresi yang ditunjukkan Alea. Ia tahu betul apa yang dipikirkan adik perempuannya itu.

"Beda setipe doang sama hp lo yang sekarang." Dengus Alea.

"Itu keluaran terbaru sekarang, Aleaku sayang." Gemas Airy. Sementara Alea tampak tidak tertarik.

"Jadi gimana?" Tanya Airy lagi berharap Alea akan menyetujui idenya. Namun jawaban Alea tetap sama.

"Lo doang kali, Le. Dibeliin hp baru tapi gak mau." Sungut Airy.

"Lo aja deh, Kak, entar gue temenin belinya."

"Masa gue doang yang ganti hp, lo nggak. Gini aja deh, hp gue buat lo, gue beli yang baru. Mau kan?"

"Tapi—"

"Hp gue masih bagus kok, Le. Nih lihat gak ada lecet sama sekali." Airy menunjukkan ponselnya yang memang masih mulus.

"Bukan gitu, Kak."

"Terus? Masa gue pake iPhone 12 Pro Max, lo masih pake iPhone 8. Entar gue dibilang gak sayang sama lo, Le." Bujuk Airy lagi.

Alea berpikir sejenak. "Terus hp gue dikemanain?"

"Terserah lo, mau disimpan atau dijual." Balas Airy enteng.

"Disimpen aja deh." Putus Alea.

Airy bersorak gembira karena akhirnya Alea menyetujuinya. "Love you, Sist."

"Love you too. Gue mau berangkat sekolah dulu ya. Arka udah di depan tuh." Alea bangkit dari duduknya dan merapikan kemejanya yang sedikit bergeser.

"Bilang ke Arka, pulang sekolah gue yang jemput lo, biar langsung cus beli hp."

Alea mengangguk. "Siap, Kapten." Ucap Alea sebelum berlalu dari hadapan Airy.

"Hati-hati!" Teriak Airy.

Airy masih tersenyum walaupun Alea telah berlalu beberapa menit yang lalu. Senang rasanya bisa memberikan sesuatu untuk Alea. Apalagi mereka hanya tinggal berdua.

Setelah orang tua mereka meninggal, Airy dan Alea harus menguatkan satu sama lain. Airy merawat Alea sebaik yang dia bisa, Airy ingin semua kebutuhan Alea bisa dia penuhi. Bukan sekedar materi tapi kasih sayang juga. Agar Alea bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik walaupun tanpa didampingi orang tua mereka.

Sedari SMA Airy sudah sering bekerja part time bukan karena kekurangan uang, namun Airy ingin menambah pengalaman dan wawasan. Saat kuliah semester 2, Airy sudah mulai magang di perusahaan. Karena kemampuannya cepat meningkat Alea diangkat menjadi karyawan tetap setelah setahun bergabung dengan perusahaan tersebut yaitu saat usianya sudah 17 tahun.

Peningkatan yang cukup pesat itu sangat diapresiasi oleh orang tuanya, Airy bahkan sanggup membeli mobil di semester 5 kuliahnya, walaupun masih kredit.

Tepat di liburan semester 6, orang tuanya pergi meninggalkan Airy dan Alea untuk selamanya. Saat itu Alea masih kelas 2 SMP. Sebenarnya jarak usia Airy dan Alea hanya 4 tahun, tapi Airy masuk sekolah umur 5 tahun dan mengikuti kelas akselerasi saat SMA sehingga Airy lulus SMA saat berusia 15 tahun. Hal ini membuat jarak pendidikan Airy dan Alea cukup jauh.

Pengalaman yang sudah banyak dirasakan Airy membuatnya menjadi sosok yang kuat dan bertanggung jawab. Sedikit pun Airy tak pernah mengeluh kepada Alea karena Airy ingin Alea bangga padanya. Ia ingin Alea selalu merasa aman dan nyaman, Airy berusaha untuk selalu ada buat Alea sesibuk apapun dia, agar Alea tak mencari pelampiasan lain. Bergaul dengan orang-orang yang salah dan merusak masa depannya sendiri.

Selama ini Airy selalu memperhatikan pendidikan dan prestasi Alea yang cukup membanggakan. Airy mendukung apapun yang dipilih adiknya itu selagi berdampak positif.

"Udah siap?" Tanya Arka pada Alea yang baru saja menggunakan seat belt-nya.

"Udah." Balas Alea.

Arka melajukan mobilnya, sesekali ia melirik Alea. "Le, kapan-kapan mau main ke rumah lagi gak? Mama pengen ketemu."

Gadis yang duduk di sebelah Arka itu terkesiap. Bertemu Mamanya Arka lagi? "Kapan, Ka? Kalo hari ini aku gak bisa. Udah ada janji sama Kak Airy."

Seketika Alea besyukur tadi Airy mengajaknya pergi hari ini. Alea belum siap bertemu dengan Aira lagi. Takut Aira tidak suka atau bahkan tidak menyetujui hubungan Arka dan Alea.

"Emang mau ke mana sama Kak Airy?"

"Nemenin Kak Airy beli hp baru."

"Kamu juga beli dong? Dari kemaren aku tawarin gak mau."

"Aku nggak, Ka. Entar aku pake hp Kak Airy yang lama."

"Padahal aku nunggu kamu ulang tahun, mau ngasih kado hp baru."

"Ih gak usah." Alea memukul lengan kiri Arka.

Arka tertawa gemas kemudian mengacak pelan rambut Alea.

"Mama gak jadi ketemu calon mantunya dong hari ini."

"Calon mantu?" Pipi Alea panas seketika.

"He-em." Sahut Arka sambil melirik wajah Alea yang memerah.

"Arka hari ini ngeselin ya!" Omel Alea kemudian tersenyum malu.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang