1. Admire

141 10 0
                                    

Koridor sekolah menjadi tempat mereka berpapasan hampir setiap hari. Tempat ini juga menjadi saksi tatapan memuja Alea pada Arka. Tak ada sapaan. Alea tak punya keberanian sebesar itu untuk menyapa Arka.

Hampir setiap hari Alea berusaha mengendalikan ekspresinya saat melihat Arka karena Alea tahu Arka tak akan meliriknya walaupun matanya tak bisa berbohong. Pemuda itu punya pujaan hatinya sendiri. Alea juga mengenal gadis pujaan Arka —teman seangkatan Alea waktu SMP dan pernah satu organisasi dengannya. Lagi pula Alea tak punya niat jahat untuk membuat Arka berpisah dengan pacarnya.

Demi kebahagiaan seorang Arka, Alea harus bersyukur bisa sekedar memandang punggung Arka yang bahkan sudah membuat ribuan kupu-kupu seakan berterbangan di perut Alea. Begitulah pengaruh Arka bagi gadis itu.

Berbanding terbalik dengan Arka, keberadaan Alea bahkan tak terlihat di mata pemuda itu.

Arka dan Alvi baru saja melewati Alea. Alvi tersenyum sekilas yang disambut dengan senyum juga oleh Alea. Berbeda dengan Arka yang menatapnya sinis. Namun sesinis apapun pria itu, Alea selalu betah memandang manik mata tajamnya yang hitam pekat.

Jantung Alea berdebar. Ia tersenyum manis karena telah menatap wajah Arka walaupun ekspresinya sangat datar.

Arka. Gue suka banget sama lo!
Alea berteriak dalam hatinya.

Arka terus melanjutkan langkahnya, sangat muak rasanya mendapatkan tatapan memuja dari setiap gadis yang melihatnya. Apalagi Alea yang menatapnya dengan mata berbinar. Ia benar - benar ingin muntah melihat ekspresi gadis itu ketika menatap dirinya.

Hanya satu gadis yang bisa mengalihkan dunianya saat ini yaitu Zirania Vindy. Apapun akan dia lakukan hanya untuk Vindy.

Alea masih menatap punggung tegap milik Arka walaupun pemuda itu sudah cukup jauh. Setelah Arka tak terlihat lagi dari pandangannya gadis itu pun berlalu menuju kelasnya.

"Alea?" Panggil seseorang.

Namun yang dipanggil tetap bergeming.

"Woi. Alea!" Seru orang itu lagi sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Alea.

"Hah? Ar..." Alea tersadar dari lamunannya dan hampir saja keceplosan menyebut nama Arka karena baru saja ia melamunkan cowok tampan itu.

"Ar? Ar siapa?" Tanya teman sekelas Alea.

"Bu.. bukan apa - apa kok. Hehe. Btw, ada apa yaa?" Alea gelagapan.

"Gue cuma mau balikin buku lo, nih. Thanks yaa." Ucapnya menyerahkan sebuah buku.

"Sama - sama." Ucap Alea menyunggingkan senyum manisnya.

Jam pelajaran terakhir baru saja berlalu. Semua murid berhamburan keluar dari area sekolah. Begitupun Alea yang saat ini tengah berdiam di samping mobilnya. Gadis cantik itu tengah menunggu seseorang.

Alea selalu menunggu Arka di parkiran mobil. Setelah melihat Arka menjalankan mobilnya barulah Alea mengikutinya dari belakang. Walaupun di pertigaan depan nanti mereka harus berpisah, Alea tetap melakukan rutinitasnya itu.

"Arka kok gak langsung balik ya?" Gumam Alea saat melihat mobil Arka tidak menuju jalan yang biasanya ia lewati.

"Ikutin aja lah." Ucap Alea lagi sambil terus mengikuti arah mobil Arka.

Arka menghentikan mobilnya di depan SMA Citra Kartini. Ia keluar dari mobil sportnya lalu menemui seorang gadis.

Alea memperhatikan setiap gerak - gerik Arka dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari posisi Arka saat ini.

"Hey, sayang. Udah lama ya?" Tanya Arka pada gadis itu, ialah Vindy.

"Belum kok." Balas gadis itu sambil tersenyum.

"Yaudah yuk!" Ajak Arka menarik lembut tangan gadisnya.

Alea yang melihat kejadian itu merasa sedikit tercubit di hatinya, namun Alea hanya bisa tersenyum. Tak sekali - dua kali ia melihat adegan seperti ini karena sejak lama ia sudah tahu bahwa Arka memiliki seorang kekasih.

Gadis cantik itupun segera menyalakan mobilnya dan melajukannya menuju rumahnya. Tak berniat untuk melanjutkan pengintaiannya terhadap Arka karena akan membuat hatinya semakin remuk.

Di rumahnya Alea segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya ke kasur. Inilah yang terjadi setiap kali ia melihat Arka dan Vindy, moodnya menurun drastis sehingga ia terkena syndrome mager (read : malas gerak) bahkan untuk mengganti seragam sekolahnya pun ia tak ingin.

Gadis cantik nan ceria itu bisa menjadi sangat murung hanya karena Arka. Bisa juga menjadi sangat ramah dan murah senyum juga karena Arka. Sungguh, Arka adalah pemuda pertama yang dicintai Alea sampai sedalam ini.

"Aleaaa.." Teriak seorang wanita memanggil Alea.

"Iya, kak." Alea segera bangkit dari kasurnya. Percayalah, ia sangat tidak bisa membantah ucapan kakak tersayangnya yang bernama Airy.

Alea beranjak menghampiri gadis yang tak kalah cantik darinya tersebut.

"Lo udah makan siang?" Tanya Airy ketika melihat Alea sudah berada di hadapannya.

"Hm. Belum." Ucap Airy perlahan. Ia sudah sangat hafal watak kakaknya, ia pasti akan sangat marah jika tahu Alea telat makan.

"Bagus. Ganti tuh baju seragam gih. Bukannya besok masih dipake, Dek?" Airy menatap Alea lembut.

"Kok bagus sih kak?" Tanya Alea tak mengerti dengan kakaknya yang biasanya marah jika ia belum makan.

"Gue mau ngajak lo makan di luar. Siap - siap gih."

"Okey, Sist!" Seru Alea segera berlari ke kamarnya.

Alea dan saudara perempuannya, Airy, berjalan mengelilingi mall, selain makan siang, mereka juga membeli berapa barang seperti alat make up dan cemilan.

Menghabiskan waktu dengan Airy membuat Alea melupakan sejenak kesedihannya tadi siang. Alea memang gampang sekali untuk tersenyum bahagia, namun bisa juga sedih sedetik kemudian.

Yup. Beberapa detik lalu Alea mulai tersenyum dan tertawa tanpa beban. Namun sekarang moodnya hancur bahkan lebih parah daripada tadi siang. Baru saja ia melihat Arka dan Vindy saling menyuapi di food court.

"Lo kenapa, Dek?" Airy bertanya setelah melihat raut tak mengenakkan dari adiknya.

"Gak apa - apa kok, Kak." Ucap Alea sambil tersenyum sebahagia mungkin.

"Lo bohong." Tekan Airy mendapati kebohongan di mata Alea.

"Gue gak apa - apa. Udah ah, yuk!" Alea menggandeng tangan Airy meninggalkan tempat tersebut.

"Lo kalo ada sesuatu, cerita aja sama gue." Ucap Airy lembut.

"Iya, kak. Makasih."

Airy adalah satu - satunya orang yang dimiliki Alea saat ini setelah kedua orangtuanya meninggal. Mereka memang saling terbuka dan jujur soal masalah masing - masing, kecuali tentang Arka, karena Alea tak ingin Airy merasa ia tak fokus sekolah karena pemuda tampan itu.

To be Continued

Don't forget to VOTE and COMMENT(!)

15 Maret 2017

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang