Arka masih melanjutkan misinya untuk menjaga jarak dengan Alea sembari memikirkan cara untuk mengakhiri hubungannya dengan gadis cantik itu. Bahkan saat istirahat, ia lebih memilih mengurung diri di perpustakaan dari pada harus bertemu Alea di koridor sekolah. Sungguh kejam.
Drrrrtt
Handphone Arka bergetar. Disana tertera nama Alea.Arka sedikit berdecak, lalu meraih handphone tersebut.
"Halo, kak?" Sapa Alea, ketika sambungan teleponnya dengan Arka terhubung.
Arka menarik nafas perlahan.
"Iya, Le? Ada apa?" Tanya Arka sambil memutar bola matanya.
"Kakak ada dimana?"
"Bilang aja, kamu perlu apa." Ketus Arka.
Alea terdiam sesaat.
"Maaf, kalo aku udah ganggu waktu kamu. Aku cuma mau bilang, tadi kamu dicari Pak Doni, katanya sih untuk menyelesaikan remidi, kak." Balas Alea.
Arka membulatkan matanya. Ia telah salah sangka dengan Alea, padahal gadis itu hanya ingin memberitahu suatu hal padanya.
"Ak-" belum sempat Arka berbicara. Alea telah memutus sambungan teleponnya.
Arka berdecak. Kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan perpustakaan.
"Lo lihat Alea gak?" Tanya Arka pada Alvi yang sedang berdiri di depan kelas mereka.
"Tadi sih dia ke sini nyariin lo." Balas Alvi.
Tanpa menghiraukan ucapan Alvi lagi, Arka segera berlalu menuju kelas Alea.
Arka menyapu pandangannya ke seluruh sudut kelas Alea. Nihil. Gadis itu tidak ada di kelasnya.
Alea kemana sih?
Gumam Arka dalam hati.Ia terus mencari Alea di setiap lorong kelas dan kantin. Tapi tak juga menemukan gadis itu. Sampai ia melihat punggung seorang gadis yang mirip dengan Alea.
Arka mendekati gadis itu. Tampaknya ia tengah menelpon.
"Ah, kamu bisa aja." Ucap gadis itu sambil terkekeh pelan.
Arka mendekati gadis itu. Ia semakin yakin bahwa itu adalah Alea.
"Kamu mau datang ke sini, kapan?" Nada bicara Alea terdengar antusias.
Arka mengernyit.
Alea nelpon dengan siapa? Kayaknya seneng banget.
Batin Arka menerka-nerka.Terlalu asyik memikirkan siapa yang menjadi lawan bicara Alea saat menelpon tadi membuat Arka tak sadar Alea telah mematikan teleponnya. Gadis itu berbalik dan menemukan Arka di belakangnya.
"Kak Arka?" Ucapnya pelan.
"Eh," Arka sedikit terkejut.
"Kakak ngapain disini?" Tanya Alea.
"Ehm, engga, tadi aku nyari kamu, eh tahunya kamu disini lagi nelpon, jadi aku tungguin aja." Balas Arka.
Alea mengangguk.
"Tapi, kenapa kakak nyari aku?" Tanya Alea tiba - tiba.
Arka terdiam sesaat. Mencari jawaban yang tepat.
"Itu, tadi kan kamu matiin telponnya tiba - tiba gitu, jadi aku pikir kamu marah karena tadi aku ketusin." Jawab Arka sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Alea tersenyum ramah.
"Engga kok, tadi itu ada yang nelpon, makanya aku matiin sepihak. Maaf yaa kak." Balas Alea.
Jadi yang nelpon barusan lebih penting daripada gue? Siapa sih tuh orang?
Arka sewot namun dalam hati."Oh ya, maaf juga yaa soal tadi aku ketusin kamu." Ucap Arka.
"Iya, gak apa - apa, kak."
Alea tersenyum lagi. Arka juga ikut tersenyum.
"Kakak udah nemuin Pak Doni?" Tanya Alea.
Arka meringis lalu menepuk dahinya pelan.
"Aku lupa!"
Alea terkekeh.
"Yaudah, gih, samperin!" Ucap gadis cantik itu.
"Iya, doain aku bisa nyelesain remidinya yaa!" Seru Arka kemudian berlalu dari hadapan Alea.
Gadis itu tersenyum geli melihat tingkah Arka.
Alea menghela nafas sejenak. Ia sadar sudah beberapa ini hari Arka menjauhinya. Tapi gadis itu hanya pura - pura tak tahu.
"Kadang jutek, kadang baik. Gue benar - benar gak ngerti lo, Kak." Ucap Alea pelan.
Memikirkan Arka membuat Alea bingung dan pusing karena sifat Arka yang aneh, ia masih tak mengerti kenapa Arka menyatakan cintanya malam itu, padahal ia baru saja putus dengan Vindy, Arka bersikap manis seolah ia sangat mencintai Alea, lalu belakangan ia mulai cuek bahkan menghindar, Alea sadar bahwa Arka memang tak pernah benar - benar mencintainya. Tapi ia masih tak mengerti kenapa Arka menjadikannya kekasih, apa karena suatu hal? Atau paksaan mungkin? Alea benar - benar bingung!
Gadis itu mengedikkan bahunya, kemudian berlalu menuju kelasnya. Mendengarkan lagu sambil membaca novel yang baru dibelinya semalam, mungkin lebih baik, daripada memikirkan pemuda yang belum tentu memikirkan dirinya itu.
Lagi pula moodnya sedang bagus karena tadi Kai mengatakan akan datang. Sudah berapa lama ya Alea tak bertemu Kai? Terakhir saat Alea kelas 8 SMP. Berarti sekitar tiga tahun. Alea jadi tidak sabar melihat Kai, sebanyak apa ya Kai berubah selama tiga tahun terakhir ini.
Di koridor menuju kelasnya, Alea bertemu Alvi.
"Eh Alea! Tadi lo dicariin Arka, udah ketemu?" Sapa Alvi mengingat Arka tadi kelimpungan mencari Alea.
Alea mengangguk. "Udah, Kak."
"Btw kenapa Arka nyariin lo, Le? Dia heboh banget tadi. Oh iya, lo juga tadi nyariin dia kan?" Sifat kepo Alvi mulai keluar. Dia memberondong Alea dengan banyak pertanyaan. Untung ganteng jadi Alea bersedia menjawab.
"Tadi Kak Arka nyariin aku karena teleponnya aku matiin sepihak. Terus tadi aku nyariin kak Arka karena diminta pak Doni biar kak Arka nyelesain remidinya." Alea menjelaskan kronologinya sedetail mungkin agar rasa kepo Alvi dapat terobati.
Sejak kapan Arka kelimpungan hanya karena teleponnya dimatikan sepihak? Oleh Alea pula! Ada yang tidak beres, pikir Alvi menduga-duga.
"Kak?" Panggil Alea karena Alvi hanya bergeming setelah mendengar penjelasan gadis di depannya.
"Ha- eh iya, Le. Kenapa lo matiin teleponnya sepihak?" Tanya Alvi masih penasaran.
Alea berpikir sejenak. Haruskah ia menjawab karena telepon dari Kai? Alea segera menepis pikirannya. Nanti Alvi malah bertanya Kai itu siapa dan membuat urusannya makin panjang.
"Ada telepon penting dari temen, Kak." Jawab Alea meyakinkan.
Alvi mengangguk sambil meletakkan jarinya di dagu. Seolah-olah sedang berpikir, namun Alea segera mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri dari hadapan Alvi. Semakin banyak pertanyaan Alvi, Alea akan semakin bingung untuk menjawabnya.
"Ya udah. Aku ke kelas dulu ya, Kak." Pamit Alea segera berlalu.
Terlalu banyak berbincang dengan Alvi malah akan mengingatkan Alea pada Arka yang kentara sekali sedang menjauhinya. Biarlah Alea pura-pura tidak tahu seperti ini saja.
Novel-novel kesayangannya sudah menunggu dari tadi untuk ia baca. Berhubung guru yang mengajar di kelasnya sedang tidak masuk, Alea tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menamatkan minimal satu novel yang baru dibelinya dua hari yang lalu.
Selain memandang Arka, Alea juga sangat suka membaca novel. Saat kesal atau mood tidak bagus ia akan memilih novel menjadi pelampiasannya. Novel satu-satunya hal yang tidak akan mengkhianatinya, walaupun kadang memberikan akhir yang tidak bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Teen Fiction"Kalo gue perjuangin lo kali ini, lo mau kasih gue kesempatan gak?" "Selalu ada kesempatan buat orang yang mau berjuang, Kak."