Setelah makan dengan Alea, Arka mengantarkan gadis itu pulang. Lalu ia segera mengendarai mobilnya menuju rumahnya.
Ketika Arka hendak membuka pintu kamarnya. Tiba - tiba sesuatu di dalam sakunya bergetar.
Drrrrtt
Ternyata handphonenya bergetar menandakan ada panggilan masuk.Arka meraih handphonenya kemudian meraih gagang pintu kamarnya.
"Halo." Ucap seseorang di seberang sana.
Arka mengernyit, ia seperti mengenal suara ini.
"Iya, halo. Ini siapa?" Tanya Arka.
"Gu- Gue Vindy, Ka." Ucapnya lagi terdengar parau.
Arka sedikit kaget. Untuk apa Vindy menghubunginya lagi?
"Ohh, elo. Ada apa Vin?" Arka berusaha sesantai mungkin.
"Gue mau minta maaf sama lo. Gue nyesel," Jawabnya terdengar parau.
Arka terdiam sejenak. Vindy minta maaf padanya?
"Lo mau maafin gue kan?" Tanya Vindy.
"I-iya." Balas Arka gugup.
"Makasih, Ka. Maaf gue udah ganggu waktu lo."
"Eh- nggak ganggu kok." Arka mengetuk - ngetukkan jarinya di meja sembari satu tangannya yang lain memegang handphone-nya di samping telinga.
"Kalo gitu lo mau gak jalan sama gue besok? Em- sebagai permintaan maaf gue gitu, gue yang traktir deh." Ucap Vindy ragu.
"Hm. Oke deh, besok pulang sekolah."
Arka memutuskan sambungan telepon setelah berpamitan pada Vindy. Ia menatap dirinya di depan cermin. Lalu menghela nafas. Ia benar - benar bingung sekarang.
Baru saja tadi ia memutuskan untuk mulai hubungannya dengan Alea dan di hari yang sama Vindy menghubunginya kembali. Arka bahkan tidak tahu apakah keputusannya untuk menemui Vindy adalah suatu hal yang baik atau tidak. Ia hanya mencoba untuk memaafkan dan menghapus rasa kecewanya pada gadis yang pernah mengisi hari dan hatinya itu.
Arka menghela nafas untuk kesekian kalinya setelah berbicara melalui telepon dengan Vindy. Banyak hal memenuhi pikirannya saat ini namun akhirnya ia memilih untuk melupakannya sejenak dengan membuka lockscreen handphonenya lalu bermain game kesayangannya Mobile Legend.
***
Pagi ini ada razia atribut di gerbang sekolah. Murid yang tidak melengkapi atributnya akan dihukum. Sialnya Arka lupa membawa dasinya.
Ragu-ragu Arka melangkahkan kakinya menuju gerbang, Arka pasrah dengan hukuman yang akan diterimanya.
"Psttt! Kak Arka!" Arka menoleh dengan wajah lusuhnya dan dia menemukan Alea melambaikan tangannya dari jerjak besi pagar sekolah. Mengisyaratkan Arka agar mendekat ke pagar tersebut.
Arka melangkah mendekati gadis tersebut yang dibatasi pagar besi. "Kenapa?"
"Nih, biar gak dihukum sama Bu Dewi." Alea menyodorkan dasinya dari celah pagar besi tersebut.
"Terus lo gimana?"
"Lah aku kan udah di dalem, pake cepetan, kak. Entar ketahuan!" Alea menggoyangkan tangannya yang masih memegang dasi tersebut.
Arka meraih dasi tersebut. "Thanks ya, entar gue balikin."
Setelah membalas dengan anggukan kecil, Alea segera bergegas memasuki kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Teen Fiction"Kalo gue perjuangin lo kali ini, lo mau kasih gue kesempatan gak?" "Selalu ada kesempatan buat orang yang mau berjuang, Kak."