Liburan semester telah tiba. Sebagai murid kelas XII, Arka sudah memutuskan liburan kali ini akan ia gunakan untuk belajar dan mengulang materi pelajaran. Beberapa bulan lagi mereka akan menghadapi Ujian Nasional, setelah itu persiapan menjadi mahasiswa. Arka harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.
Saat ini pemuda berusia 18 tahun itu sedang mencari beberapa materi di laptopnya sambil sesekali membandingkan dengan buku panduan Ujian Nasional yang sudah terbuka lebar di sebelah laptopnya. Arka belajar di sebuah Café.
Menurut Arka suasana yang baik sangat penting untuk mendukung aktivitas belajarnya, bukannya ia tak nyaman belajar di rumah. Tapi ia butuh suasana baru untuk me-refresh otaknya. Itulah alasan Arka saat pamit pada Aira, padahal sekalian Arka ingin bertemu adik kelas tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Alea.
Ya. Alea duduk di sebelah Arka dan hanya memandangi Arka yang belajar tanpa niat mengganggu. Melihat Arka belajar seperti ini sudah cukup mengasyikkan bagi Alea. Tak pernah sedikit pun ada rasa bosan bagi Alea saat memandang Arka.
"Maaf ya, Le. Aku jadi nyuekin kamu." Ucap Arka saat sadar Alea hanya memandanginya.
Gadis itu tersenyum. "Gak apa, Ka. Aku suka kok."
"Aku juga suka kamu."
"Belajar lagi, Ka. Jangan gombal terus."
"Aku mau istirahat bentar." Arka menutup laptop di depannya.
Alea mengangguk, kemudian menyesap jus-nya.
"Arka." Panggil Alea.
"Hem?" Arka memandang Alea, menunggu kalimat yang akan keluar dari bibir gadisnya.
"Aku tahu ini pertanyaan sensitif buat kamu, tapi aku pengin tahu planning kamu, Ka." Alea menatap Arka sejenak. "Kamu mau lanjut kuliah dimana?"
"Astaga, Sayang. Aku pikir kamu mau nanya apaan." Arka tertawa pelan. Ia sempat gugup ketika mendengar ucapan Alea di awal kalimatnya.
"Aku mau masuk ITB, Le. Menurut kamu gimana?"
Alea mengetukkan jarinya ke meja sebelum memberi tanggapan. "Aku sih dukung aja. Apa lagi ITB kampusnya bagus. Kamu mau ambil jurusan apa?"
"Perminyakan, Le."
"Wah, semoga lulus pas SNMPTN ya, Ka."
"Aku gak terlalu berharap lewat SNM, Le. Aku udah nyiapin diri buat SBM kok."
"Ya kan kalo lulus SNM bagus, Ka."
"Iya, kenapa sih semangat banget doain aku lulus SNM?" Tanya Arka, pemuda itu gemas sendiri dengan ekspresi menggemaskan milik Alea.
"Biar kamu bisa liburan, kalo jalur SBM kan harus belajar lagi."
"Oh kamu cemburu sama buku? Maunya aku sama kamu terus, gitu?" Goda Arka dengan ekspresi meledeknya.
"Ih pede banget. Aku cuma gak mau kamu kecapekan karena belajarnya terlalu diforsir dan gak sempat istirahat."
"Iya deh, Sayang. Aku kuat kok belajar terus asal ditemenin sama Alea." Balas Arka masih menggoda Alea.
"Kepaksa ini mah." Sungut Alea pura-pura kesal.
Arka tersenyum senang, kemudian mengusap rambut Alea. Gadis itu pun menyandarkan kepalanya di bahu Arka. "Arka, aku jadi kepikiran. Nanti aku masuk kuliah dimana ya? Aku bahkan gak tahu apa-apa soal kuliah."
"Kamu belum punya rencana? Aku juga dulu gitu sih. Setelah banyak nyari info, akhirnya aku mutusin masuk ITB." Jelas Arka.
"Nanti bantuin aku ya, Ka. Kamu ada saran kampus yang cocok buat aku?"
"Kamu mau masuk jurusan apa? Gak semua kampus tersedia jurusan yang kamu pengen, Le."
Alea tampak berpikir sejenak. "Hukum. Aku pengin masuk jurusan hukum, terus nanti bisa jadi jaksa kayak di drakor." Alea tersenyum membayangkan adegan jaksa-jaksa keren di drama Korea yang pernah ia tonton.
Arka menyentil pelan dahi Alea, "Masa kamu milih jurusan karena terinspirasi dari drakor sih, Le." Omel Arka.
"Bercanda, Zheyeng. Tapi aku emang pengen masuk jurusan hukum. Menurut kamu gimana?" Alea membenarkan posisi duduknya, tak lagi bersandar di bahu Arka.
"Kampus yang bisa kamu coba nih ya, UI, UGM, Unpad, UB, coba nanti kamu search info tentang kampusnya."
"Aku pengin Unpad aja deh." Putus Alea tanpa mencari tahu lebih lanjut.
"Belum juga dicari tahu, Le." Arka menggeleng tak habis pikir.
"Gak apa, yang penting aku udah punya planning untuk sekarang. Hehe." Alea nyengir.
"Kalo kamu masuk Unpad, kita deketan dong."
"Eh masa?" Alea bertanya tak yakin.
"Kan sama-sama di Bandung, Sayang."
"Kampusnya deketan gak?"
"Deket. Bagus deh. Aku gak bisa jauh-jauh dari kamu soalnya."
"Halah maunya, tapi aku jadi makin yakin deh mau masuk Unpad." Seru Alea.
"Yaudah kamu juga belajar yang bener, biar diterima." Sahut Arka gemas.
"Kalo kamu udah diterima di ITB, baru aku belajar sungguh-sungguh biar bisa nyusul kamu ke Bandung. Tapi kalo kamu gak jadi masuk ITB, aku juga gak jadi masuk Unpad." Jelas Alea membuat Arka tertawa.
"Dasar bucin!" Ejek Arka sambil mencubit pipi Alea dengan gemas sambil pipi gadis itu memerah.
"Aduh sakit, Arkaa!" Rengek Alea.
"Hehe. Maap-maap, Sayang. Kelepasan gemesnya." Arka nyengir kemudian mengusap-usap pipi Alea dengan sayang.
"Untung aku orangnya gak ngambekan ya, Ka. Walaupun kamu isengin terus."
"Kamu mah gak bakalan bisa ngambek sama aku, kan kamu bucin." Sahut Arka.
"Iyain Arka mah kalo ngomong suka bener." Alea tertawa ringan seakan setuju dengan pernyataan Arka.
Kenapa juga Alea harus marah saat dibilang bucin? Karena memang faktanya begitu. Bahkan dari sebelum dekat dengan Arka, Alea memang sudah bucin. Alea yang selalu mengejar Arka walau tahu langkah mereka tak beriringan.
Tapi Alea tak pernah menyesal berlari mengejar Arka selama ini, karena pada akhirnya ia bisa menggenggam tangan pemuda itu. Berjalan beriringan seperti impiannya dulu. Walaupun Alea sendiri tak tahu, apakah mereka akan mencapai tujuan yang sama atau tidak. Pada akhirnya Alea hanya bisa membiarkan semuanya mengalir begitu saja seperti air.
Senyuman tulus Alea tak pernah luntur saat bersama Arka seperti saat ini. Manik mata Alea bertabrakan dengan Arka.
Thanks, Arka.
Arka ikut tersenyum tulus lalu mengusap rambut Alea lembut.
Makasih, Alea.
"Kalo kita LDR nanti gimana ya?" Tanya Arka sambil menerawang jauh, membayangkan sesuatu.
"Ya nggak gimana-gimana," Sahut Alea kalem.
"Kamu gak takut jauh-jauh dari aku?"
"Aku malah takut kalo dekat kamu terus, Ka."
"Loh, kok gitu?" Arka bertanya heran. Sejak kapan Alea jadi takut dekat dengannya?
"Abisnya aku deg-degan terus, takut jantung aku kenapa-napa." Balas Alea dengan cengiran khasnya.
Balasan Alea membuat Arka terkekeh, ada-ada saja Alea ini. Setiap hari ada saja perkataan dan tingkah laku Alea yang membuat Arka gemas. Hal seperti pasti akan membuat Arka merindukan Alea saat mereka harus menjalani hubungan jarak jauh. Arka jadi merasa belum siap untuk jauh dari gadisnya.
Author's note :
Ini last part Querencia <3
See you on my next story!
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Teen Fiction"Kalo gue perjuangin lo kali ini, lo mau kasih gue kesempatan gak?" "Selalu ada kesempatan buat orang yang mau berjuang, Kak."