5.Dimana?

77 46 23
                                    

Pagi ini, Yola sekeluarga sedang sarapan bersama. Sarapan kali ini diselingi dengan obrolan ringan antar anggota keluarga.

"Adek hari ini pulang jam berapa?" Rahman-ayah Yola- bertanya pada anak bungsunya tersebut. "Jam.... gak tau, Pa. Jam 4 kali." jawab Yola. Rahman manggut-manggut mendengar jawaban Yola.

"Mau papa jemput gak nanti?" tanya-nya.

"Gausah deh, pa. Papa kan banyak kerjaan."

"Yaudah. Kamu hati-hati pulangnya. Kalau ada apa-apa telpon papa atau mama. Oke sayang?"

"Iya." Yola tersenyum. Rahman adalah definisi nyata dari kata 'pahlawan' menurut Yola. "Yola pergi dulu." Yola mencium punggung tangan ayah dan ibunya.

❄❄❄

Sesampainya di sekolah, Yola segera berlari mengelilingi koridor menuju ke kelasnya. Itu semua dilakukan karena jika tidak, maka dia akan terlambat masuk pelajaran pertama. Semua terjadi karena taxi yang ditumpangi Yola mogok di tengah jalan dan mengharuskan Yola menunggu taxi yang sangat jarang ditemukan pada jam-jam berangkat sekolah.

'Yaampun.. jant telat, please.!' batinnya.

Pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Indonesia dan Yola menyukai pelajaran tersebut. Karena itulah dia membuat catatannya semenarik mungkin agar dia semangat mempelajarinya kembali di rumah. Omong-omong tentang pelajaran Bahasa Indonesia, Yola jadi teringat bahwa bukunya masih ada pada Jo.

'ah elah! Persetan dengan catatanlah!' batinnya dan kembali berlari menuju kelas.

Sesampainya di kelas, dia mendapat kabar mengenaskan bahwa bu Rani-Guru B.Indonesia-tidak hadir. Jadi.. sejak tadi dia lari maraton itu sia-sia? tidak berarti apa-apa?WHAT THE F*CK!

"Ya elo sih! kan gue udah ngesms lo tadi. Coba deh lo cek!" Sivia membela diri atas tuduhan Yola yang mengatakan bahwa dia tidak berperi kemanusiaan, membiarkan Yola lari-larian sementara guru sedang tidak hadir.

Yola segera mengambil handphone-nya untuk memastikan kebenaran yang diucapkan sahabatnya tersebut. Dan ternyata...

From: Sivia  Kunyuk

Lo gak usah buru-buru. Bu Rini hari ini ga dateng

"eh hehe iya ya. Lo ternyata emang ngesms gue. Maaf yaa.." Sivia mendengus mendengar ucapan Yola.
"Dasar!" katanya. Bersamaan dengan itu datanglah Sandi dan mengajak Sivia untuk sarapan di kantin. Dan jadilah Yola ditinggalkan sendirian di kelas. Sebenarnya tidak benar-benar sendirian karena di kelas masih banyak siswa/i yang sayangnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Buku lo sama Jo?" tanya seseorang tiba-tiba dan mengagetkan Yola. "Eh anjir! seneng banget lo buat gue kaget" kata Yola kesal.

"Buku lo sama Jo?" kata orang itu lagi masih dengan pertanyaan yang sama.

"Heh Fandi Aldian yang terhormat, gue kasih tau ya sama lo, ITU BUKAN URUSAN LO!"

"Emang bukan urusan gue kalau aja Jo gak nyamperin gue ke rumah dan nitipin nih buku ke gue!" Fandi meletakkan buku bersampul baymax tersebut di meja Yola.

"Ini kan buku gue! kok bisa ada di elo sih?!" Yola mengambil buku tersebut dan menatap Fandi curiga.

"Kan tadi udah gue bilang, Jo nyamperin gue ke rumah dan nitipin tuh buku ke gue. Lo budeg?"

"Lo tuh budeg! Lagian lo kayak gak pernah salah aja! Lagian ngapain sih si Jo nitipin ke elo?! kayak gak ada orang lain aja."

"halah! Bilang aja lo pengen Jo yang nganterin. Mimpi lo! Mimpi tuh jangan ketinggian! Jatoh aja tau deh sakitnya"

"Heh! Namanya mimpi itu harus tinggi!"

"Mimpi memang harus tinggi tapi ya ingat bumi juga keleus!"

"Gue inget bumi kok! Lo tuh..! Ngurusin banget sih!?"

"Serah lah! Dasar cewek, gak pernah mau salah!" Fandi pergi meninggalkan Yola.

"DASAR COWOK, SALAH MULU!" teriak Yola.

❄❄❄

Jam istirahat, Yola, Sivia dan pacarnya sedang duduk di salah satu bangku kantin. Semenjak sampai di kantin, Yola terus menerus melihat ke seluruh penjuru kantin. Mencari-cari keberadaan Jo. Pasalnya, Yola sama sekali belum melihat sosok Jo seharian ini di lingkungan sekolah. Hal tersebut ternyata tidak lepas dari penglihatan Sivia.

"Nyari siapa sih lo? Dari tadi noleh kanan, noleh kiri, lihat ke depan, lihat ke belakang. Ngapain sih?" tanya Sivia.

"Hah? Nggak nyari siapa-siapa kok. Emang gue nyari siapa?"

"Ya mana gue tau lo nyari siapa. 'Kan gue tadi nanya.!" jawab Sivia. Yola tidak lagi menghiraukan Sivia dan pacarnya yang terus-menerus menebar kemesraan dihadapannya.

"Kalian itu pasangan macam apa sih?" tanya Yola kesal. Sivia dan Sandi-pacarnya- menghentikan aksi suap-menyuap yang sejak tadi mereka lakukan.

"Kita tuh the next Glen-Chelsea!" jawab Sandi enteng. Yola berlagak seperti orang yang ingin muntah.

"Lagian lo ngapain nanya gitu?" kali ini Sivia angkat bicara.

"Biasalah, yang. Si Yola kan jones, jadi dia pasti jealous ngeliat kita romantis-romantisan." sahut Sandi lagi. Mendengar hal tersebut, Yola lebih memilih untuk meninggalkan kantin daripada harus melihat pasangan itu pacaran.

"Kamu sih, yang. Dia jadi ngambek 'kan!" kata Sivia pada Sandi saat melihat Yola pergi. Sebenarnya Yola pergi bukan semata-mata karena Sivia dan Sandi yang senantiasa menampilkan adegan mesra dihadapannya. Namun, lebih karena dia merasa bosan berada di kantin. Alasannya adalah karena Jo tidak ada di kantin. Biasanya jam istirahat pertama Jo akan ke kantin bersama teman-temannya sekedar makan bakso Bu Tutik. Tapi hari ini, Jo belum menampakkan batang hidungnya. Dan hal tersebut menimbulkan ke-khawatiran dalam diri Yola.

RepeatedlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang