"Tadi itu pacar kamu, dek?" Yola dan Rahman-papanya- sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga.
"Temen, pa." jawab Yola. Rahman mengangguk dan menggeser tempat duduknya semakin dekat dengan Yola.
"Kamu udah lama sama dia?" tanya-nya lagi.
"Kita temen, pa." jawab Yola.
"Iya, papa tau. Maksud papa, kamu udah lama temenan sama dia?"
"Baru sih, pa." Yuli datang dari dapur dan membawa beberapa makanan ringan.
"Tadi itu pacar kamu, dek?" tanya Yuli sesaat setelah duduk di samping suaminya.
"Temen, bun." jawab Yola.
"Kamu... jangan pacaran dulu yah, dek" kata Yuli. Yola menatap Yuli bingung.
"Kamu boleh pacaran, tapi gak sekarang" Rahman menimpali. Yola kini menatap Rahman.
"Kita temenan, pa, bun." katanya. Rahman dan Yuli mengangguk senang.
"Tapi papa seneng sama temen kamu tadi. Mirip papa waktu muda" kata Rahman.
"Kalau kamu mau pacaran, kamu harus kenalin calon pacar kamu dulu ke papa." lanjutnya.
"Yola belum deket sama siapa-siapa, pa" jawab Yola.
"Belum deket tapi kok ada yang ngirim boneka?" kata Yuli. Yola jadi teringat dengan boneka tadi.
"Boneka apa, bun?" Rahman bertanya pada Yuli.
"Itu, pa. Tadi tukang pos nganterin boneka, katanya buat adek."
"Dari pacar kamu dek?" kali ini Rahman bertanya pada Yola.
"Yola gak punya pacar, pa." jawab Yola.
❄❄❄
Yola berputar kearah kiri, lalu ke kanan, lalu ke kiri lagi dan begitu terus sampai waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB. Malam ini, untuk pertama kalinya Yola mengalami insomnia. Mungkin karena banyaknya teka-teki yang membuatnya penasaran. Ditambah lagi nasehat dari papanya yang semakin membuat beban pikiran Yola bertambah.
"Dari pacar kamu dek?" Rahman bertanya pada Yola.
"Yola gak punya pacar, pa." jawab Yola.
"Kamu tau papa gak pernah larang kamu buat dekat sama siapa pun. Papa nggak mau kamu merasa terkekang sama peraturan-peraturan yang gak semestinya ada." Yola mengangguk.
"Tapi kamu juga harus tau, kalau satu-satunya laki-laki yang gak akan pernah mungkin nyakitin kamu cuma papa" lanjutnya. Yola mengangguk lagi.
"Papa nggak mau kamu salah pilih." Yola mengangguk lagi untuk yang ketiga kalinya. "Papa seneng sama temen kamu yang tadi. Tapi... papa belum yakin dia bisa jagain kamu." Yola terdiam menatap Rahman dan akhirnya mengangguk untuk yang ke-empat kalinya.
Terlalu banyak beban pikiran yang membuatnya risau. Ini kali pertama Yola menyukai laki-laki, dan secara tidak langsung Rahman sudah menentangnya.
Yola memang belum berpikiran untuk menjalin hubungan dengan lelaki manapun dan perkataan Rahman tadi membuatnya semakin yakin untuk tidak menjalani hubungan; setidaknya dalam waktu dekat ini.
❄❄❄
Pagi ini Yola kembali mendapatkan bekal makan. Omong-omong tentang bekal, kemarin Yola sama sekali tidak memakan bekal yang didapatnya di laci meja. Dan pagi ini, dia kembali mendapat bekal makan lengkap dengan post it diatasnya.
'Gue tau lo gak makan yang kemarin. Jujur, gue kecewa karna lo sama sekali gak ngehargain usaha gue. Tapi gapapa. Selamat makan' begitu isinya. Yola semakin dibuat penasaran. Siapa kira-kira pengirim bekal ini?
"Eh mbul, loem tau gak siapa yang naruh ini di laci gue?" Yola menghampiri si embul yang sedang berkutat dengan handphone-nya.
"Emang itu apaan?" Dia mengarahkan pandangannya ke benda yang dipegang Yola.
"Bekal makan." jawab Yola. Embul mengangguk-angguk. "Gue gak tau sih. Tapi... tadi waktu gue datang, ada anak kelas lain yang baru keluar dari kelas ini. Dia kali yang ngasih itu " katanya. Yola mulai tertarik dengan perkataan embul. Dia merasa mendapat sedikit titik terang tentang kasus bekal makan ini.
"Lo tau gak dia kelas berapa?" tanya Yola. Embul menggeleng, "tapi gue inget mukanya" katanya. Yola tersenyum dan mengangguk.
Sivia muncul dari balik pintu dan berhenti tepat di samping Yola.
"Bekal lagi?" tanya-nya. Yola mengangguk.
"Dari siapa sih?" Yola mengedikkan bahu.
"Lo sebenernya udah taken belum sih?" Yola menggeleng. Sivia kesal sendiri dengan tingkah Yola yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Gue pusing" kata Yola akhirnya. Sivia menarik Yola kembali ke tempat duduk mereka.
"Jadi... apa yang buat lo pusing?" tanya Sivia saat mereka sudah duduk.
"Kemarin ada yang nganterin boneka baymax ke rumah." kata Yola. Sivia terkejut mendengar cerita Yola.
"Kok dia bisa tau alamat rumah lo sih?" tanya Sivia. Yola mengedikkan bahu.
"Emang yang tau alamat rumah lo siapa aja?" Yola seketika teringat tentang Jo. Memang hanya Jo yang mengetahui alamat rumahnya. Apa mungkin? Tapi, dia kembali mengingat perkataan papanya kemarin.
"Papa ngelarang gue pacaran" lanjut Yola.
"Emang lo udah mau pacaran?"
"Ya belum sih. Tapi gue udah langsung dapat larangan tersirat dari papa." Sivia mengangguk.
"Papa lo gak bakalan nyakitin lo. Nurut aja apa kata papa lo." Yola mengangguk. Sivia tersenyum melihatnya.
"Eh ada anak kelas sebelah yang mau kenalan sama lo" kata Sivia. Yola mengangkat alisnya sebelah.
"Siapa?" tanya-nya.
"Ada. Namanya gue lupa siapa tapi ganteng kok."
"cowok?"
"Yaiyalah! Masak cewek ganteng sih!" Sivia memutar bola matanya.
"Kayaknya dia naksir elo deh" lanjutnya. Yola hanya manggut-manggut. Tidak mau terlalu ambil pusing dengan hal tersebut. Masih banyak yang harus dipikirkannya.
"Lo sebenernya mikirin bekal atau omongan papa lo sih?"
"Semuanya. Gue bingung sama kejadian-kejadian belakangan ini."
"Kejadian apaan?"
"Gue berasa punya pengagum rahasia, tau gak? Padahal gak ada yang suka sama gue sampai sekarang."
"Lo tau dari mana gak ada yang suka sama lo?"
"Ga ada yang nunjukin itu selama ini"
"Gak kelihatan bukan berarti gak ada. Ada beberapa orang yang cuma berani mengamati tanpa berani mendekati." Diam-diam Yola membenarkan perkataan Sivia, karena dia juga merupakan salah seorang yang seperti itu; cuma berani mengamati tanpa berani mendekati.
"Lo perlu buka mata lo dan lihat sekeliling lo. Di suatu tempat, pasti ada orang yang diam-diam tersenyum saat lo tersenyum, diam-diam bahagia saat lo bahagia dan diam-diam sedih saat lo sedih. Lo harus yakin kalau ada beberapa orang yang bisa ngerasain apa pun yang lo rasain." Sivia mengakhiri perkataannya dengan menepuk pundak Yola dua kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeatedly
Teen FictionAKAN DIREVISI SETELAH CERITA SELESAI. Yola Safira. Siswi kelas 2 SMA. Putri semata wayang dari pasangan Rahman dan Yuli. Memiliki teman bernama Sivia Andriana. Dia terjerat di lingkaran pertemanan dua orang lelaki; Jovian Andreas dan Fandi Aldian. B...