Suasana di sekolah masih sama seperti biasanya. Tapi, berbeda dengan yang dirasakan Fandi. Dia merasa kosong karena tidak ada Yola. Hari ini Yola tidak hadir tanpa adanya pemberitahuan.
Fandi keluar dari kelas dan menyusuri koridor dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya. Sesekali dia menengok ke kiri dan kanan. Tujuannya kali ini adalah kantin.
Fandi memasuki kawasan kantin yang selalu ramai seperti biasanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Dari sudut kantin, terlihat seseorang melambai-lambaikan tangannya kearah Fandi.
Fandi menyipitkan matanya dan memfokuskan penglihatannya kepada orang itu. Dan terlihatlah Tasya sedang melambaikan tangan seperti meminta Fandi untuk menghampirinya.
Fandi berjalan kearah meja yang diduduki Tasya.
"Kenapa?" tanya-nya sesaat setelah sampai di tempat itu.Tasya tersenyum ramah kearah Fandi, "Gabung sini. Udah lama lo gak gabung sama kita," katanya.
Fandi menatap orang di meja itu satu persatu. Benar kata Tasya, sudah lama dirinya tidak bergabung dengan teman-temannya ini; tepatnya semenjak Tasya kembali.Fandi akhirnya duduk di salah satu bangku yang kosong. Dia memperhatikan lagi teman-temannya satu persatu, tapi dia tidak menemukan Jo.
"Jo mana?" tanya Fandi pada Tasya. Tasya mengedikkan bahu; menunjukkan bahwa dia tidak tahu menahu tentang keberadaan Jo.
Fandi diam; dia merenung. Yola tidak datang, Jo juga. Ada yang mengganjal dalam hatinya. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Apakah Yola sedang bersama dengan Jo saat ini?
"Fan?" panggilan Tasya menyadarkan Fandi dari lamunannya. Dia menatap Tasya seakan bertanya, kenapa?
"Lo kenapa? Dari tadi ngelamun mulu," kata Tasya.
Fandi menghela nafasnya pelan dan kembali menatap Tasya. "Gue...gak apa-apa," katanya.
Fandi berdiri dan hendak meninggalkan meja tersebut, tapi panggilan Galen menghentikan niatnya itu.
Galen menghampiri Fandi. "Kita perlu ngomong!" katanya dan berjalan mendahului Fandi meninggalkan kantin.
Fandi mengikuti dari belakang. Mereka berhenti di taman belakang sekolah. Fandi diam mematung, begitu juga Galen.
Galen menarik nafas dalam, "Udah lama kita gak ngobrol..." ucapnya. Fandi hanya diam sambil menyimak perkataan Galen. "Sebenernya, lo itu kenapa?" lanjutnya.
Fandi menatapnya bingung. Galen ini adalah orang yang paling dekat dengannya daripada kedua temannya yang lain.
"Lo udah lama gak ngumpul sama kita," kata Galen."Kita udah sama-sama dewasa, Fan. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Ini bukan pertama kalinya kita berantem, jadi kenapa harus dibesar-besarin gini?"
Fandi diam mendengar penuturan Galen. Dia seperti tidak berniat menjawab perkataan Galen.
"Kita temenan udah dari lama dan gue bahkan udah nganggep lo kayak keluarga gue sendiri."
"Kita emang temenan, tapi perasaan gue gak mengenal kata 'temen', Len!" jawab Fandi akhirnya dan segera berlalu.
Galen melihat kepergian Fandi dengan tatapan sendu. Dulu, Fandi adalah teman terdekatnya. Dia sangat tau kepribadian Fandi dan Fandi juga sangat tau kepribadiannya. Tapi sekarang mereka berdua seperti orang asing.
❄❄❄
"Ga, Fandi itu kenapa sih? Kok kayak aneh gitu?" tanya Tasya pada Gaga yang saat ini sedang sibuk melahap bakso pesanan Galen.
"Gue gak tau," jawab Gaga sekenanya.
"Apa ini gara-gara gue?" perkataan Tasya membuat Gaga tersedak sampai terbatuk-batuk. Tasya segera memberikan minuman kepada Gaga. Gaga meneguk habis minuman itu dalam sekali tegukan.
"Lo... kenapa nanya gitu?" tanya Gaga saat batuknya sudah mulai mereda.
Tasya mengedikkan bahu, "I don't know, but..." Tasya memperbaiki posisi duduknya, "Semenjak gue balik, kalian semua jadi renggang," lanjutnya.
Gaga menggeleng cepat, "nggak, nggak!" dia mengarahkan telapak tangannya kepada Tasya, "Ini bukan tentang lo! Sebelum lo balik pun mereka udah rada gak akur," jelasnya.
"Kenapa?" tanya Tasya penasaran.
"Jadi, mereka berdua tuh emang udah ada problem sebelum lo balik."
"Masalah apa?"
"Jadi si Fandi tuh punya gebetan, ternyata si Jo naksir sama gebetannya si Fandi; begitu juga gebetannya si Fandi. Terus, ya gitu."
Tasya mengernyit dan mencondongkan tubuhnya kearah Gaga, "Ya gitu gimana? Jangan nanggung dong kalau cerita!" kesal Tasya.
"Ya mereka jadi renggang gitu. Si Fandi ngerasa ditikung kali."
"Siapa?"
"Siapa apaan?"
"Cewek yang mereka perebutin itu!"
Gaga meneguk minuman pesanan Galen dan mengelap mulutnya dengan tisu yang ada di meja kantin, "Ada. Anak kelas lain," jawabnya singkat. Tasya dibuat kesal dengan jawaban itu.
"Ya namanya siapa?!"
"Namanya..."
❄❄❄
Jo menatap Yola dalam diam, begitu juga Yola. Jo berdeham keras, "Sorry." katanya.
Yola memperbaiki duduknya, "buat?" tanya-nya.
"Semuanya. Gue gak pengen kita secanggung ini. Gue pengen kita kayak dulu lagi."
"Kayak dulu itu gimana?" Yola bersuara dengan penuh penekanan.
"Ya-" belum sempat Jo menyelesaikan kalimatnya, Yola kembali bersuara. "Gue juga pengen kita kayak dulu." katanya.
Jo menatap Yola dan menunggunya melanjutkan kalimatnya.
Yola meremas-remas ujung roknya. "Gue pengen kita kayak dulu, sebelum kita kenal!" katanya tegas tapi kepalanya tetap menunduk.
Jo terkejut mendengar perkataan Yola, dia tidak menyangka Yola akan berkata begitu. "Lo... kenapa?" tanya-nya.
Yola mengangkat kepalanya, menatap tepat di manik mata Jo. "Gue gapapa. Gue cuma..." Yola menarik nafasnya sejenak, "Nyesel pernah kenal sama lo!" ucapnya dan pergi meninggalkan Jo.
Jo mengejar Yola dengan tergesa-gesa, bahkan dia sampai lupa membayar bakso pesanan mereka tadi. Jo akhirnya bisa menyamai langkah Yola. Saat ini dia berjalan tepat di belakang Yola; sengaja tidak memanggil, agar Yola tidak pergi lagi.
Beberapa langkah kemudian Yola berhenti, begitu juga Jo. Dari tempatnya berdiri saat ini, Jo mendengar Yola terisak.
Jo mendekat perlahan; berusaha tidak menimbulkan suara. Semakin lama, isakan Yola semakin jelas terdengar. Jo menghembuskan nafas pelan, menutup mata dan mengepalkan tangannya. Sakit rasanya ketika kita berada tepat di belakang seseorang, menatap punggungnya sangat dekat, tanpa bisa melakukan apa-apa.
Jo melangkah semakin dekat tapi Yola segera berlari meninggalkan tempat itu. Jo menatap kepergian Yola dengan nanar. Ternyata begini rasanya ketika kata tak mampu terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeatedly
Teen FictionAKAN DIREVISI SETELAH CERITA SELESAI. Yola Safira. Siswi kelas 2 SMA. Putri semata wayang dari pasangan Rahman dan Yuli. Memiliki teman bernama Sivia Andriana. Dia terjerat di lingkaran pertemanan dua orang lelaki; Jovian Andreas dan Fandi Aldian. B...