Fandi duduk di atas motornya yang terparkir di depan rumah seseorang. Sudah kurang lebih 15 menit Fandi berada di tempat ini, tapi orang yang ditunggu tak kunjung keluar.
Fandi mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri untuk membuang kebosanan.
Seorang gadis baru keluar dari dalam rumah dan menatap bingung orang yang sedang duduk di atas motor di depan rumahnya. Dia menghampiri orang itu.
"Fandi?" panggilnya. Orang yang diatas motor itu menengok saat di panggil.Dia lalu turun dari motornya dan menghampiri gadis itu dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Lama banget, Yol. Padahal gak nambah cantik, juga!" katanya kesal.Yola menggarut tengkuknya. "Sorry," katanya. Fandi mengangguk dan mengarahkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Yola.
Yola menggeram kesal sambil merapikan rambutnya yang berantakan."Bokap ada?" tanya Fandi. Yola mengernyit bingung. "Bokap gue?" Yola menunjuk dirinya sendiri. Fandi mengangguk.
"Ada kok," jawab Yola. Fandi langsung melangkahkan kakinya ke teras rumah Yola. Bersamaan dengan itu, seorang pria berumur sekitar 45 tahun keluar dari dalam rumah dengan seorang wanita yang Fandi kenal sebagai mama Yola."Pagi om, tante," sapa Fandi. Rahman dan Yuli tersenyum. Fandi mengambil punggung tangan Rahman dan Yuli, lalu menyalimnya.
"Kamu... bukan yang waktu itu 'kan?" Rahman meneliti wajah Fandi.
"Bukan, pa. Ini Fandi,"potong Yola dan mengenalkan Fandi pada Rahman. Rahman manggut-manggut. "Mau pergi bareng sama Yola?" tanya-nya.
"Iya om," jawab Fandi.
"Yaudah. Jagain anak om, yah. Hati-hati."
"ah.. iya om. Pasti. Kita pergi dulu om, tante." Fandi tersenyum pada Rahman dan Yuli sedangkan Yola mencium punggung tangan orang tuanya itu.
❄❄❄
Tasya berjalan menyusuri koridor yang sudah mulai ramai. Sesekali dia membalas sapaan beberapa orang yang menyapanya.
Dia berjalan menuju kelasnya. Kelasnya berada tepat di samping kelas Jo. Omong-omong tentang Jo, Tasya sedari tadi belum melihat keberadaannya.
Saat melewati kelas Jo, Tasya menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan kelas itu. Disana ada Galen dan Gaga, tapi tidak ada Jo.
Tasya menghampiri bangku Galen dan Gaga.
"Hai Len, Ga," sapanya. Galen dan Gaga melihat Tasya dan tersenyum ramah. "Hai, Tas," jawab mereka serentak."Jo belum dateng?" tanya-nya sambil melihat bangku Jo yang kosong.
Galen dan Gaga saling tatap beberapa saat. "Belum, tuh. Kan biasa juga berangkat bareng sama lo," kata Galen. Tasya tersenyum sendu dan mengangguk.
"Kalau gitu, gue ke kelas dulu deh. Bye," Tasya pergi meninggalkan Galen dan Gaga bersama rasa penasaran mereka.
Saat baru keluar dari kelas Jo, Fandi dan Yola lewat di depan kelas itu. Yola melihat Tasya dan tersenyum canggung.
"Hai Yol, Fan," sapa Tasya. Fandi dan Yola menghentikan langkah mereka dan tersenyum pada Tasya."Kalian... berangkat bareng?" Tasya melihat Fandi dan Yola bergantian. Fandi mengangguk.
"Lo gak berangkat bareng Jo?" Fandi bertanya sambil melirik Yola. Menunggu reaksi gadis itu, tapi Yola tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Tasya tersenyum tipis. "Nggak," jawabnya singkat.
Alis mata Fandi terangkat sebelah mendengar jawaban Tasya. Setelah Tasya kembali dari Australia, dia dan Jo kerap berangkat dan pulang bersama.
"Kenapa?" tanya Fandi untuk menghilangkan rasa penasarannya. Sementara Yola hanya memperhatikan dua teman lama yang sedang ngobrol itu.
"Tadi gue buru-buru," kilah Tasya. Fandi mengangguk. Sebenarnya dia tau kalau Jo dan Tasya sedang ada masalah. Tapi dia tidak tau apa masalahnya.
"Yaudah kita ke kelas dulu yah, Tas," kata Fandi dan segera menarik Yola dari sana.
❄❄❄
Sesampainya di kelas, Yola segera duduk di bangkunya; Sivia juga sudah ada disana.
"Lo bareng Fandi?" tanya Sivia langsung saat Sivia sudah sampai di bangku mereka. Yola menjawabnya dengan anggukan.Yola duduk di bangkunya dan memasukkan tasnya ke dalam laci. Tapi, dia merasakan sesuatu di dalam laci itu. Yola mengambilnya. Sebuah agenda bercover baymax beserta sebuah post it.
I want to be your baymax, but I can't. I'm too weak to be your baymax.
I'm sorry.Yola bingung membaca isi post it itu. Apa maksudnya?
Sivia ikut melirik ke post it yang dipegang Yola.
"Ini kok gak ada tulisan 'pojok'nya gitu sih? Biasa ada 'kan ya?" tanya-nya.Yola masih diam. Benar kata Sivia, post it kali ini tidak menyertakan kata 'pojok' di bawahnya; seperti biasa. Saat sedang sibuk dengan pikurannya sendiri, seseorang masuk ke kelas dan berdeham keras. Semua perhatian langsung tertuju pada orang itu; Jeje.
"PERHATIANNYA! HARI INI PAK JOKO GAK DATENG KARENA ADA URUSAN KELUARGA MENDADAK!" seisi kelas sontak berseru senang. Bahkan ada yang sampai naik ke atas meja dan lompat-lompar senang. Yola hanya geleng-geleng kepala melihat teman-temannya itu.
Colekan Sivia membuatnya melihat kearah gadis itu.
"Lo kok bisa berangkat bareng Fandi, sih?" tanya-nya. Yola menceritakan kronologis kejadiannya, mulai dari Fandi yang berdiri di depan rumahnya sampai akhirnya sampai ke kelas."Lo mau jadiin Fandi pelarian, yah?" Sivia memicingkan matanya melihat Yola. Yola yang ditatap begitu memutar bola matanya kesal.
"Gue sama Fandi gak se-deket itu, Vi." jawabnya malas.
"Tapi, kayaknya dia naksir deh sama lo. Masa iya dia mau jemput lo gitu, padahal lo gak minta. Ditambah lagi dia izin ke bokap lo," kata Sivia. Yola hanya mengedikkan bahunya; tidak tau menau tentang hal itu.
"Lo kalau mau move on, yah move on aja. Tapi, jangan cari pelarian. Apalagi Fandi itu cowok baik, ya walaupun agak slengean."
"Gue gak jadiin dia pelarian!" tegas Yola. "Lagian... gue belum kepikiran buat move on," lanjutnya.
Mata Sivia membelalak lebar. Tidak habis pikir dengan sahabatnya ini.
"Setelah lo sakit hati sampe nangis, lo tetep gak mau move on?" tanya-nya sambil berdecak kagum.Yola menghela napasnya lemah dan mengambil agenda bercover baymax itu.
"Kalau move on gampang, dunia gak akan punya sejarah, Vi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeatedly
Teen FictionAKAN DIREVISI SETELAH CERITA SELESAI. Yola Safira. Siswi kelas 2 SMA. Putri semata wayang dari pasangan Rahman dan Yuli. Memiliki teman bernama Sivia Andriana. Dia terjerat di lingkaran pertemanan dua orang lelaki; Jovian Andreas dan Fandi Aldian. B...