6.Seperti mimpi

60 40 20
                                    

Hari ini tepat pukul 14.15 WIB, bel pulang berkumandang di seantero sekolah. Siswa/i berhamburan keluar dari kelas dan berbondong-bondong melewati koridor menuju gerbang sekolah.

Diantara keramaian tersebut, terdapat seorang gadis manis yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Gadis itu adalah Yola Safira.

Hari ini sepulang sekolah, Yola memutuskan untuk pergi ke toko buku guna mencari buku karangan seorang penulis terkenal bernama Tere Liye. Di sepanjang koridor Yola senantiasa mengucapkan kata 'permisi', 'maaf' dan lain-lain. Pasalnya tak jarang dia menabrak bahu seseorang saat sedang berusaha menerobos gerombolan menusia itu.

"YOLA!" seseorang meneriakkan nama Yola. Yola yang notabene-nya sedang buru-buru tidak mendengar panggilan itu dan tetap berjalan tergesa-gesa ke gerbang sekolah. Jo pun berlari-lari kecil mengejar Yola.

"YOLA!" Panggilnya lagi namun Yola tetap tidak mendengar. Yola sampai di gerbang dan sedang menunggu taxi. Kesempatan itu digunakan Jo untuk mengejar Yola. Dan setelah perjuangan keras tersebut, sampailah Jo di gerbang sekolah dan berdiri tepat di samping Yola. Yola belum menyadari kedatangan Jo dan masih mengedarkan pandangannya untuk mencari-cari taxi yang lewat. Saat dia melihat ke belakang, disanalah Jo berdiri..

"Hai" Sapa Jo sambil menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya.

"Eh h-hai" sahut Yola gugup. "Lo abis dari mana? Kok keringetan gitu?" tanya-nya. Jo tersenyum manis.

"Lo mau kemana?" Tanya Jo tanpa menjawab pertanyaan Yola terlebih dahulu.

"Mau ke toko buku"

"Sama?"

"Hah?!" Yola menatap bingung karena tidak mengerti maksud dari pertanyaan Jo.

"Lo perginya sama siapa?" Jo memperjelas pertanyaannya. Yola tersenyum, "Sendiri" jawabnya.

"Sama gue, ya?" kata Jo lagi. Kali ini mata Yola membola sempurna.

'tadi itu pertanyaan atau ajakan?' batinnya.

Jo tersenyum melihat ekspresi yang ditampilkan Yola. Entah sejak kapan Jo mulai menyukai setiap ekspresi yang ditunjukkan Yola saat bersamanya. Karena terlalu gemas dengan ekspresi Yola, tanpa sadar Jo mengarahkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Yola. Yola lagi-lagi dibuat tercengang oleh tindakan Jo.

"Lo lucu" kata Jo singkat dan menarik tangan Yola dan membawanya ke parkiran tempat motornya disimpan.
Diparkiran, teman-teman Jo sedang duduk-duduk di atas motor mereka masing-masing seperti yang biasa mereka lakukan setiap harinya.

"Wah... Main gandeng-gandeng anak orang aja lo, Jo!" Gaga yang pertama kali menyadari kedatangan Jo. 2 orang lainnya serentak mengedarkan pandangannya kearah datangnya Jo dan Yola.

"Mau kemana lo?" tanya Fandi.

"Mau pergi" jawab Jo singkat.

"Sama dia?" Fandi menunjuk Yola dengan dagunya. Yola yang ditunjuk seperti itu pun mendengus sebal. Sementara Jo hanya berdeham sebagai jawaban.

"Lo bukannya gebetan Fandi? Kok lo sekarang sama Jo, sih?" tanya Galen.

"Kapan gue pernah jadi gebetannya dia?" tanya Yola ketus. Fandi terkekeh mendengar respon yang diberikan Yola. "Dia masih gebetan gue kok. Makanya gue kaget ngeliat dia gandengan sama Jo. Gue ngerasa... dikhianati" katanya dramatis.

Yola menatap tajam kearah Fandi. Jo yang melihatnya segera menghidupkan mesin motornya dan melesat meninggalkan teman-temannya.

❄❄❄

"Makasih ya, Jo. Maaf ngerepotin." kata Yola saat sampai di rumahnya.

"My pleasure" jawab Jo sambil tersenyum. "Gue balik dulu ya. Bye..." lanjutnya.

"Hati-hati" kata Yola sesaat sebelum motor Jo pergi dari halaman rumahnya.

Yola masuk ke rumah dengan senyum sumringah. Hari ini, untuk yang kedua kalinya dia pulang bersama Jo. Ditambah lagi dengan percakapan mereka tadi yang semakin membuat Yola bahagia.

"Lo mau nyari buku apa?" tanya Jo saat mereka sampai di toko buku yang dituju.

"Novelnya Tere Liye" jawab Yola.

"Lo suka baca novel?" Yola mengangguk sebagai jawaban. Mereka melangkahkan kaki mengitari toko buku sambil sesekali melihat-lihat buku yang sekiranya menarik.

"Lo suka novel sejak kapan?" tanya Jo lagi. Yola menatap Jo sambil tersenyum, "mulai SMP" jawabnya. Jo ikut tersenyum melihat senyum yang terukir di wajah Yola. Mereka kembali melanjutkan mencari novel Tere Liye yang dimaksud Yola.

"Gue suka cewek yang suka novel" kata Jo tiba-tiba dan membuat pipi Yola bersemu merah. Hal tersebut tidak lepas dari pandangan Jo. Lagi-lagi Jo tersenyum melihat Yola.

"Kapan-kapan lo harus bacain satu novel buat gue." kata Jo.

"kenapa lo gak baca sendiri?"

"Gue pengen baca sendiri tapi gue males ngeliat huruf banyak-banyak gitu." Yola mengangguk. "Lain kali gue bacain" katanya.  Selanjutnya mereka larut dalam keasyikan masing-masing. Yola asyik dengan kegiatannya membaca sinopsis beberapa novel; dan Jo asyik memperhatikan Yola yang membaca sambil bersandar di salah satu rak buku.

Jo mendekati Yola. "Serius banget" katanya. Yola terkekeh.

"Gue udah pernah bilang gak kalau lo itu cantik?" Yola seketika menatap Jo. Gugup; itulah yang dirasakan Yola. Sedetik kemudian dia kembali mencoba fokus pada novel yang digenggamnya, walaupun tetap tidak bisa.

"Lo cantik." kata Jo sambil berusaha membuat Yola menatapnya.

"Ma-makasih" kata Yola gugup.

"Sama-sama" kata Jo, lalu mengacak-acak rambut Yola. Jantung Yola berdegup kencang mendapat perlakuan seperti itu dari Jo.

Pipi Yola bersemu merah mengingat kejadian tadi. Yola tidak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Jo. Semuanya sungguh diluar perkiraan Yola.

'Tuhan, kalau ini mimpi; aku rela tidur selamanya'

RepeatedlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang