15. Magnificent Agony

38 18 4
                                    

Hujan membasahi bumi tepat pukul 19.30 WIB hari ini menyebabkan seorang anak manusia merengkuk di balik selimut yang ditarik sampai sebatas leher.

"Iya. Gue 'kan sebangku sama si Galen tuh. Jadi waktu itu elo pernah lewat gitu 'kan dari depan kelas gue?" Yola mengangguk.

"Lo ke-gep sama Jo, 'kan?" Yola mengangguk, lagi.

"Nah! Sebenernya yang pertama kali sadar itu si Gaga. Tapi dia ngasih tau juga sama si Jo, jadinya si Jo nge-gep elo!"

"..."

"Terus si Gaga bilang kayaknya lo naksir sama si Jo"

"Terus?"

"Terus si Jo bilang kalau lo itu gebetannya Fandi. Emang iya gitu?" Yola menggeleng. "Gebetan apanya? Orang berantem terus juga!" jawabnya.

Sandi melanjutkan ceritanya.
"Nah itu dia! Tapi Jo bilangnya gitu! Terus si Galen nanya deh tuh 'lo naksir gak sih sama si Yola?' ke si Jo. Tapi..." Sandi menggantungkan kalimatnya. Takut menyakiti hati gadis di depannya ini.

"Tapi?" Yola menunggu lanjutan cerita Sandi.

"Tapi si Jo bilang, lo... lo bukan tipe dia. Ini gue nyeritain aja loh ya! Gue gak tau apa-apa!" katanya waktu melihat perubahan raut wajah Yola.

"It's okay." jawab Yola.

"Dia juga kebetulan aja nemu buku lo di perpus, katanya gitu. Lagian lo udah di cap sebagai gebetannya si Fandi.!"

Yola mengingat cerita Sandi tadi. Bodohnya dia; menganggap sifat Jo itu adalah wujud rasa suka Jo padanya. Padahal, sama sekali Jo gak menganggapnya apa-apa.

❄❄❄

"Tentukan kecepatan apel jatuh sampai mengenai tanah, jika tinggi pohon-"

"Berisik!" Fandi menghentikan kalimat Gaga.

"JIKA TINGGI POHON ADALAH 5 METER!" Gaga malah semakin menguatkan volume suaranya.

"Berisik banget sih!" kali ini Galen yang memprotes kegiatan Gaga yang menurutnya amat sangat gak penting.

"Kalian kenapa sih gak pernah ngedukung hal-hal positif yang akan gue lakukan?" ucapnya dramatis. Fandi dan Galen mendengus sebal sedangkan Jo sibuk dengan gitar yang sedang dipangkuannya.

"Kalian tuh kayak gak ikhlas banget kalau gue jadi pinter!" kata Gaga lagi.

"Pinter? cih! Sampe bakso Bu Tutik turun harga jadi seribu pun, lo gak bakal pinter!" Galen mencibir.

"Diem lo! Bilang aja lo sirik kalau gue juara 1!" sahutnya. Jo yang mendengarnya terkekeh sambil sesekali bersenandung ringan.

"Kalau lo juara 1, gue bakal lari-lari keliling lapangan pake sempak aja!" kata Galen. Gaga manggut-manggut. "Menarik!" katanya.

Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku?
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu?

Jo bersenandung ringan diiringi petikan gitarnya.

"Berisik!" Fandi menatap Jo sinis. Jo langsung memberhentikan kegiatannya.

"Lo kenapa sih, Fan? Dari tadi ngomongnya 'berisik berisik' aja! Ini mulut jadi ga guna!" kata Galen. Fandi berdiri dan menumbuk dinding kamar Gaga. Mereka memang sedang berada di rumah Gaga karena orang tua Gaga sedang pergi ke rumah neneknya. Dan Gaga yang manja itu mengajak teman-temannya menginap; dia takut di rumah sendirian.

"Lo kenapa sih?" Jo angkat bicara. Mulai tersulut emosi melihat tingkah Fandi yang menyebalkan.

"Biar gue tebak!" Gaga mengacungkan jarinya. "Pasti karena si Yola Yola itu kan?" tebaknya.

"Kenapa Yola?" kali ini Jo yang bertanya.

"Dia kemaren bilang, dia risih ada di deket kita!"

"Kita?" kata Galen dan Gaga serentak.

"Lo pada sering banget nanya sama dia: 'lo gebetannya Fandi atau Jo sih?', dia gak suka!" Jelas Fandi. Ketiga temannya manggut-manggut.

"kan cuma nanya! Kenapa dia baperan banget?" kata Galen. Fandi langsung menghampirinya dan menarik kerah bajunya.

"Tapi dia gak suka! Dia ngerasa jadi cewek murahan yang deket sama semua cowok karena pertanyaan lo itu!" Fandi merapatkan tubuh Galen ke dinding.

"Udah, Fan. Udah! Kita bisa omongin ini baik-baik." Gaga melerai. Fandi melepaskan cengkramannya di kerah baju Galen.

"Itu pertanyaan wajar, Fan! Dan gue emang cuma nanya! Gue gak ada niat ngerendahin dia." Galen menjelaskan. Fandi sudah mulai tenang, walaupun dadanya masih naik-turun karena emosi tadi.

Jo berdiri dan berjalan ke balkon kamar. Dari sana, dia melihat teman-temannya satu persatu. Dia sudah menduga hal ini pasti terjadi.

"Makanya, kalau kalian mau dia gak ngerasa kayak direndahin, ya kalian ngalah lah salah satu! Masa lo berdua deketin cewek yang sama!" kata Gaga.

❄❄❄

"Pa, aku masuk dulu ya. Papa hati-hati di jalan." Yola mencium punggung tangan papanya. Pagi ini Yola berangkat sekolah dengan Rahman karena dia merasa punya banyak masalah dan papanya adalah satu-satunya orang yang bisa menenangkannya.

"Kamu yang bener belajarnya, jangan mikirin cowok dulu." Rahman mengusap kepala putrinya. Yola mengangguk.

Tepat di depan mobil mereka, berhenti sebuah motor. Yola kenal betul siapa pemilik motor itu.

"Itu bukannya temen kamu yang waktu itu pernah dateng ke rumah?" Yola mengangguk.

"Siapa namanya?" tanya Rahman lagi.

"Yaudah, pa. Yola masuk dulu" Bukannya menjawab,Yola malah turun dari mobil papanya dan berlari memasuki gerbang. Saat melewati motor Jo, Yola memelankan langkahnya. Melirik Jo yang sama sekali tidak melihatnya.

Selama beberapa saat dia mengamati Jo, dia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke gerbang sekolah. Saat berjalan, sebuah motor lewat dari sampingnya. Itu motor yang sama dengan yang tadi berhenti di jalan depan sekolah. Bedanya, jok belakang motor itu sekarang diisi oleh seorang gadis.

Yola diam. Kakinya lemas melihat pemandangan didepannya. Di parkiran motor, tampak gadis itu turun dari motor Jo; begitu juga Jo turun dari motornya.

Yola masih diam di tempatnya. Sekelilingnya terasa sunyi walaupun banyak murid yang berlalu-lalang. Yola merasa sekarang hanya ada dirinya, Jo, dan gadis itu.

Dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat Jo mengacak-acak rambut gadis itu. Hal yang sama seperti yang pernah dilakukannya kepada Yola.

'gue gak tahan lagi!' Yola berlari meninggalkan tempat itu bersama pemandangan yang tersuguh didalamnya.

Aku terlalu terbiasa merasakan sakitnya memandangmu dari jauh.
Aku terlalu terbiasa menjadi seseorang yang tak terlihat dimatamu.
Tapi aku sama sekali belum terbiasa melihatmu berjalan dengan orang lain disampingmu.
Ini sakit; sakit yang sama sekali tak kau ketahui.
Sama seperti perasaan cintaku yang sama sekali tidak kau ketahui.

RepeatedlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang