8.Jo?!

59 35 15
                                    

"Dek, tadi ada yang ngasih ini. Katanya buat kamu." Yuli memberikan sebuah boneka yang terbungkus rapi dengan plastik kado. Yola mengambil boneka itu.

"Dari siapa, bun?" tanya Yola.

"Bunda nggak tau. Tadi yang nganternya tukang pos. Kamu...udah punya pacar?" Yola menggarut tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu jangan pacaran dulu, yah" Yola mengangguk ragu.

"Yola ke atas dulu deh, bun." Yola berlalu ke lantai atas. Sesampainya di kamar, Yola membuka plastik kadonya dan menemukan sebuah post it didalamnya.

'Gue sayang sama lo tapi gue bukan apa-apa dibanding orang-orang di sekitar lo'

Yola mengambil boneka itu, boneka baymax berukuran sedang. Dari mana orang itu tau kalau dirinya menyukai boneka berwarna putih tersebut.

"Yol, ada temen kamu dibawah" Yuli mengetuk pintu kamar Yola.

"Suruh masuk aja, bun. Kamarnya gak di kunci" jawab Yola.

"Tapi, temen kamu cowok." Yola terdiam.

'cowok? siapa?'

Yola keluar dari kamarnya. 

"Temen kamu dibawah, tuh!" kata bundanya. Yola mengangguk dan segera turun ke lantai bawah.

Sesampainya di bawah, Yola tidak menemukan siapa-siapa.

"Bun, mana orangnya? Gak ada siapa-siapa." teriak Yola sambil melihat kearah dapur walaupun ibunya tidak ada disana. Saat melihat ke depan..."JO?!" teriaknya. Jo tersenyum dan mengacak-acak rambut Yola.

"Lo ngapain?" tanya-nya bingung. Jo mengedikkan bahunya dan duduk di sofa seperti sudah biasa. "L-lo ngapain?" tanya-nya lagi.

"Gak ngapa-ngapain sih. Waktu itu 'kan gue pernah pengen mampir tapi gak jadi. Jadinya, gue ganti sama sekarang aja. Gapapa 'kan?" Jo menatap Yola. Yola melangkah dan ikut duduk di sofa;di samping Jo.

"Temennya Yola ya, nak?" Yuli yang baru turun menghampiri Yola dan Jo. Jo segera berdiri dan mencium punggung tangan Yuli.

"Iya, tante." jawabnya.

"Yaudah. Kalian ngobrol aja. Tante ke belakang dulu" Jo dan Yola mengangguk. "Temen kamu dikasih minum dong, Yol." katanya pada Yola dan dibalas Yola dengan anggukan.

"Jangan lupa yang bunda bilang tadi" lanjutnya dan berlalu pergi. Jo kembali duduk ke tempatnya semula. Hening menyelimuti mereka berdua.

"Hmm... Gue ngambil minum dulu deh, ya." Yola berdiri namun Jo menahan pergerakannya. Yola menatap Jo bingung seakan bertanya 'kenapa?'. Jo tersenyum kikuk. Tadi itu gerakan refleks yang diciptakan otak dan tubuhnya. Jo segera melepaskan genggamanmya pada tangan Yola.

Di dapur Yola termenung mengingat rentetan kejadian yang terjadi hari ini. Semuanya terasa sangat... aneh.

Yola cepat-cepat mengambil minuman kaleng dan beberapa makanan ringan dan membawanya ke ruang tengah; tempat Jo berada.

"Maaf ngerepotin" kata Jo saat melihat Yola membawa beberapa makanan ringan dan minuman. Yola mengangguk. Merasa asing dengan situasi yang terjadi saat ini.

"Gue mau nagih janji lo" kata Jo.

"Janji? Janji apa?"

"Bacain novel"

"o-oh oke. Bentar deh gue ngambil novelnya dulu." Yola berdiri.

"Gue bercanda" kata Jo dan menarik tangan Yola agar kembali duduk. Yola mengikuti kemauan Jo dan kembali duduk di sofa.

"Lo... kenapa sih kalau ketemu gue tiba-tiba jadi kayak kehilangan nyawa gitu. Lo juga tiba-tiba gagap gitu. Apa gue se-menakutkan itu?" Jo mengarahkan semua tubuhnya pada Yola dan membuatnya semakin gugup.

'Itu semua karna gue terlalu lemah untuk mengatasi perasaan gue' Yola membatin.

"Jangan takut sama gue. Gue emang gak bisa jagain lo kayak orang-orang yang ada di sekitar lo, tapi gue juga gak bakal nyelakain lo kok." Yola merasa tidak asing dengan rentetan kata itu.

'gue gak ada apa-apanya dibanding orang-orang di sekitar lo...' tulisan post it itu. Apakah Jo yang memberinya. Yola menatap Jo. Jo hanya diam ditatap sebegitu intensnya oleh Yola. Ini kali pertama Yola menatapnya se-berani ini.

"Yola?" Jo melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Yola. Yola tersadar dari khayalannya.

"e-eh iya. Kenapa?" kata Yola. Jo tersenyum.

"Jangan takut sama gue." kata Jo sambil menatap tepat di manik mata Yola. Yola mengangguk canggung.

"Gue... gue tau lo udah di tag sama orang lain. Tapi jujur, gue nyaman ada di dekat lo." Jo berucap sambil terus menatap Yola. Yola bingung.

'di tag? sama siapa?' batinnya.

"L-lo... nyaman sama gue?" tanya-nya berhati-hati. Takut terdengar sangat berharap; walaupun kenyataannya memang begitu. Jo tersenyum manis. "as a friend" jawabnya. Seketika senyuman hilang dari wajah Yola. Jo menyadari perubahan ekspresi itu tapi dia hanya tersenyum pada Yola.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Yola sibuk dengan berbagai teka-teki yang secara tiba-tiba bermunculan di kehidupannya. Mulai dari sikap Jo yang tiba-tiba sangat manis, sikap Fandi yang tiba-tiba sangat aneh, bekal makan siang, boneka; semuanya membingungkan.

"Gue gak di tag sama siapa-siapa" kata Yola. Entah kenapa dia merasa perlu mengatakan hal itu. Jo melihat kearah Yola dan tersenyum. Yola yang tidak mendapat respon apa-apa pun menatap Jo yang kebetulan juga sedang menatapnya. Saat mereka larut dengan adegan tatap-tatapan, seseorang masuk ke dalam rumah dan melihat adegan tersebut.

"Dek?" Rahman yang baru pulang kerja menghampiri dua kawula muda tersebut. Yola dan Jo tersentak kaget.

"Papa?" Yola berdiri dan mencium punggung tangan Rahman; begitu juga yang dilakukan Jo.

"Kalian... ngapain?" Rahman melihat Yola dan Jo bergantian.

"Kita cuma lagi ngobrol-ngobrol, om" kata Jo. Rahman mengangguk. "Ngobrol kok mulutnya gak gerak dan cuma tatap-tatapan?" katanya. Yola dan Jo serentak menggarut tengkuk mereka masing-masing.

"Nama kamu siapa?"

"Saya Jovian Andreas, om" Jo mengulurkan tangannya dan disambut oleh Rahman. "Saya papanya Yola" katanya. Jo mengangguk.

"Kalian ngobrol aja lagi ya. Om mau ke belakang dulu." Rahman menepuk bahu Jo dan mencium kening Yola.

RepeatedlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang