7.Secret Admirer?

62 31 25
                                    

Lagi-lagi, seperti biasanya kelas Yola kembali digegerkan dengan munculnya kabar tentang PR matematika yang sebelumnya sama sekali tidak diketahui oleh seluruh anggota kelas.

"EH INI GIMANA SIH?! KOK GUE GAK NGERTI SIH!" teriak salah seorang murid kelas. Dari antara seluruh murid di kelas tersebut, hanya ada 2 orang yang tidak terpengaruh dengan kegaduhan yang terjadi di ruangan kelas tersebut.

Dan dari 2 orang yang tidak peduli tersebut, Yola adalah salah satunya. "Yol, lo gak ngerjain MM?" Yola menggeleng. Persetan dengan matematika! Dia tetap melanjutkan kegiatannya membaca novel yang kemarin dibelinya dengan Jo. Ah.. mengingat hal itu, pipi Yola kembali bersemu merah.

"Lo kemarin kemana sama Jo?" tanya seseorang tepat di samping Yola. Dia yang sudah mengetahui siapa yang bertanya hanya diam. "Jangan berharap lebih. Ntar lo sakit hati" lanjutnya. Yola mengarahkan pandangannya pada orang itu dan menatapnya tidak suka.

"Gausah ngurusin gue! Urusin tuh matematika!" kata Yola ketus. Selain Yola, seseorang yang juga tidak peduli dengan segala tugas yang menumpuk itu adalah Fandi. Setelah berkata demikian, Yola bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan kelas. Namun ketika akan pergi, bel berbunyi bersamaan dengan masuknya seorang guru. Yola mengurungkan niatnya dan kembali duduk di bangkunya. Begitupun semua siswa yang seketika terburu-buru duduk di bangkunya masing-masing.

Fandi mendekati Yola dan membungkukkan badannya. "Sesuatu yang berlebihan itu gak baik. Apalagi pengharapan yang berlebihan. Kasian hati lo kalau terlalu berharap." bisiknya dan kembali ke bangkunya yang terletak di barisan paling belakang.

"Eh dia bilang apa?" tanya Sivia. Yola hanya mengedikkan bahu. Di dalam hati, Yola kembali mengingat rangkaian kejadian yang dilaluinya bersama Jo. Senyum yang ditunjukkan Jo padanya, tindakan yang dilakukan Jo padanya, sebenarnya itu nyata atau hanyalah khayalan yang diciptakan oleh hati dan pikirannya sendiri?

❄❄❄

Istirahat kali ini, Yola memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah. Tadi dia sudah akan pergi ke kantin dan melakukan kegiatan yang rutin dilakukannya; menguntit segala kegiatan Jo. Namun, hal itu urung dilakukan mengingat dia masih bingung tentang kepastian dari sikap Jo beberapa hari ini kepadanya.

Dia membuka lagi lembar demi lembar novel yang ada di tangannya. Dan membaca kata demi kata dan paragraf demi paragraf. Beberapa saat kemudian, dia sudah terhanyut dalam cerita yang dibacanya sampai dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang menatapnya dari kejauhan sambil tersenyum. Orang itu mengambil handphone dari saku celananya dan memotret Yola dari kejauhan. Setelah melihat hasilnya, orang itu tersenyum puas.

"Lo tetap dan akan selalu cantik, Yol. Lo mengambil semua definisi dari kata 'cantik' itu" Orang tersebut pergi meninggalkan taman dan Yola masih berkutat dengan novel yang dibacanya sampai suara handphone merusak fokusnya.

From: +628527300xxxx

Lo boleh baca novel setebal dan selama yang lo mau. Tapi lo jangan sampai lupa makan dan menyiksa diri lo sendiri hanya karena keasyikan dengan dunia fiksi itu.

Yola mengernyit membaca pesan tersebut. Berkali-kali Yola membacanya, tapi dia tak kunjung mendapat gambaran tentang orang yang kira-kira mengirimkan pesan itu.

'siapa sih? Iseng banget!' batinnya. 

Bel tanda jam istirahat berakhir berbunyi. Yola segera mengambil novelnya dan pergi meninggalkan taman. Sepanjang perjalanan menuju kelas, Yola terus menerka-nerka siapa kira-kira yang mengirimkan pesan itu.

Tadi saat di taman, dia sama sekali tidak merasakan kehadiran orang lain. Jadi, dari mana orang itu tau kalau Yola membaca novel sampai tidak pergi ke kantin sekedar untuk mengisi perut.

Sesampainya di kelas, Yola mengeluarkan buku sejarah dari lacinya. Tapi, saat ingin mengambil buku, dia merasakan ada sesuatu di dalam laci mejanya. Dia mengambil benda tersebut yang ternyata adalah bekal makan siang beserta selembar post it yang tertempel diatasnya.

Lain kali jangan sampai gak ke kantin, apalagi gak makan. Gue takut lo sakit. Selamat makan.

'Pojok

Begitulah kira-kira isi post it itu. Yola lagi-lagi dibuat bingung. Sebelumnya belum pernah ada orang yang diketahui menyukainya dan belum ada orang yang menunjukkan tanda-tanda suka kepadanya.

"Cie... dari siapa tuh? Loe udah taken ya?" tanya Sivia sambil mengambil post it dari tangan Yola.

"Gue takut loe sakit. Ciee..." Sivia menoel-noel pipi Yola. Yola baru akan protes saat pintu kelas diketuk dan menampilkan sosok laki-laki dengan seragam yang dikeluarkan dan dua kancing baju teratas yang dibuka.

"Dari mana kamu Fandi?!" tanya Pak Dodo. "Dan apa-apaan pakaian kamu ini. Mau jadi apa kamu nanti?" lanjutnya. Seisi jelas menatap Fandi.

"Saya dari kantin, pak" jawab Fandi.

"Enak sekali kamu bilang dari kantin. Kamu memang tidak ada niat mengikuti pelajaran saya 'kan!" bentak Pak Dodo. Fandi mengangguk. "Tadinya saya pengen cabut aja tapi guru BK suruh saya masuk. Jadi saya masuk." jawab Fandi santai.

Melihat Fandi, Yola jadi teringat dengan isi post it tadi.

'di post it di bilang "gue takut loe sakit". Tadi, Fandi bilang "ntar loe sakit hati.' batinnya. Saat dia kembali melihat ke depan, Fandi sudah tidak ada disana.

"Fandi kemana?" tanya-nya pada Sivia.

"Diusir sama Pak Dodo" jawab Sivia sambil tetap menghadap ke depan. Sementara Yola mengarahkan seluruh tubuhnya kearah Sivia.

"Kok bi-"

"YOLA! KELUAR KAMU DARI KELAS INI!" Yola terkejut mendengar teriakan itu. Saat melihat ke depan, tampaklah Pak Dodo sedang menatapnya dengan mata melotot.

"KELUAR!" teriaknya lagi. Yola menghela nafas kasar. Melakukan negosiasi saat keadaan seperti ini tidak ada gunanya. Dia mengemas barang-barangnya dan melangkah keluar kelas. Sivia menatapnya iba.

Yola berhenti tepat di depan kelas dan melihat Fandi bersandar di dinding depan kelas.

"Fandi?!" Fandi melihat ke sumber suara dan tersenyum.

"Lo kok disini? 'kan tadi lo bilangnya mau ke kantin."

"Nunggu lo"

"Hah?!"

"Gue tau lo bakalan dikeluarin juga"

"Kok?"

"Tadi 'kan loem keliatan banget tuh pengen cabut bareng gue" Fandi menunjukkan smirk-nya yang membuat Yola mendengus sebal.

RepeatedlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang