Fifteen

4.1K 698 40
                                    

Jeon Wonwoo selalu menyukai buku. Baginya membaca buku memiliki kesenangan tersendiri. Buku juga merupakan pelariannya ketika ia sedang sedih atau tertimpa masalah.

Begitupun kali ini. Wonwoo tengah duduk sendirian di sudut ruangan perpustakaan kota. Ya, gadis itu pergi membolos dari sekolahnya dan menuju kesana.

Perpustakaan kota terletak tidak begitu jauh dari flatnya. Hanya membutuhkan satu kali naik bus dan Wonwoo sudah bisa sampai kesana. Gedungnya cukup besar. Terdiri dari beberapa ruangan. Setiap ruangannya dipenuhi oleh buku sejenis.

Wonwoo menyukai semua jenis buku, namun ia paling suka dengan novel. Wonwoo memiliki dua jenis novel yang paling ia sukai, yakni novel tentang kisah detektif dan fiksi ilmiah. Keduanya memiliki jalan cerita yang sulit ditebak dan memaksa otaknya untuk berpikir.

Wonwoo kali ini membaca novel tentang fiksi ilmiah. Ia begitu larut dalam bacaannya sehingga tanpa sadar ia telah sampai pada halaman terakhir novel tersebut.

Begitu selesai dengan bacaannya, Wonwoo meregangkan otot-otot tangan dan punggungnya yang sedari tadi kaku. Ia kemudian mendongakkan kepalanya menatap langit di luar sana dari balik jendela di hadapannya. Rupanya saat itu matahari tengah berada di puncak tertingginya.

Gadis itu lalu merogoh tasnya untuk mencari hpnya. Ia ingin melihat jam melalui hpnya. Setelah beberapa saat mengaduk-aduk isi di dalam tasnya, ia tersadar bahwa ia tidak membawa hp. Kelihatannya tertinggal di kamarnya.

Namun kemudian ia tidak terlalu peduli. Wonwoo bukan orang penting yang perlu mengecek hpnya setiap menit dan detik. Paling-paling hanya Jihoon dan Seungkwan yang menghubunginya.

Wonwoo kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju rak buku yang berjejer tidak jauh dari tempat duduknya. Ia mulai melihat-lihat ke bagian rak berisi novel. Namun seketika itu juga ia teringat akan sesuatu.

Betul sekali, ia harus mencari tahu penyakit aneh yang akhir-akhir ini sedang dideritanya.

Maka dari itu, Wonwoo meninggalkan ruang berisi buku-buku fiksi dan memasuki ruangan berisi buku-buku kesehatan. Pertama-tama, ia menuju rak buku bagian jantung dan langsung mengambil ensiklopedia jenis terbaru.

Dia membuka-buka sekilas. Mencoba mencocokkan gejala penyakit yang ia punya dengan teori yang ada di buku. Matanya kemudian menangkap sebuah tulisan dalam halaman yang sedang dibukanya.

"....Perasaan seperti sesak saat bernapas dan jantung berdebar, dapat disebabkan oleh gangguan jantung, gangguan paru-paru, psikologis atau emosional..."

Wonwoo menimang-nimang buku di hadapannya itu. Ia tidak punya penyakit jantung atau paru-paru. Berarti kemungkinan mengapa jantungnya berdebar dengan kencang adalah karena gangguan psikologis.

Wonwoo kemudian menutup bukunya dan mengangguk-angguk kecil. Ia merasa lega telah mengetahui penyebab dari penyakit anehnya ini. Besok, Wonwoo berniat akan meminta antar Jihoon atau Seungkwan menemui psikiater untuk meminta obat.

Sepuluh menit kemudian, Wonwoo kembali ke ruangan tempat buku-buku fiksi berada. Gadis itu kembali menenggelamkan dirinya pada novel baru yang ia baca.

•••

Kim Mingyu terlihat sangat gelisah. Sedari tadi ia berjalan mondar-mandir di dalam flat Wonwoo. Ia melipat tangan di depan dadanya sambil menggigiti bibir bawahnya. Ia terus saja bolak-balik melihat ke arah jam.

Ya, saat itu sudah pukul sembilan malam dan Wonwoo belum saja kembali. Diluar, hujan turun dengan deras sejak tiga jam yang lalu dan membuat kekhawatiran lelaki itu makin berlipat ganda.

Tadi siang ketika Mingyu pulang, Mingyu tidak mendapati kehadiran Wonwoo di manapun. Hp gadis itu bahkan tertinggal di kamarnya. Ia mendengar bunyi nada dering dari arah kamar Wonwoo ketika sedang berusaha menghubungi gadis itu.

Mingyu makin panik. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia langsung saja menghubungi Lee Jihoon melalui hp Wonwoo.

"Sunbae!! Bagaimana ini?! Wonwoo tidak ada di rumah!! Hpnya ia tinggal!!"

"Tenanglah Mingyu-ssi, tunggulah sebentar lagi mungkin Wonwoo akan pulang.."

Mingyu masih saja gelisah. Kemudian, Mingyu mendengar Jihoon melanjutkan omongannya.

"Ah, ngomong-ngomong apakah akhir-akhir ini Wonwoo memiliki masalah? Apa ia cerita padamu Mingyu-ssi? Tidak biasanya Wonwoo membolos seperti ini."

Mingyu memijit pelipisnya, mengingat percakapannya tadi siang dengan Jihoon sunbae.

Wonwoo?

Masalah?

Kenapa gadis itu tidak pernah bercerita padanya?

Pukul empat sore tadi, belum ada tanda-tanda kepulangan Wonwoo. Akhirnya Mingyu bergegas mencari Wonwoo dengan mendatangi beberapa tempat, yang mungkin saja Wonwoo kunjungi.

Ia pergi ke supermarket dekat rumah dan kafe dekat sekolah. Sayangnya selain dua tempat itu, Mingyu tidak tahu lagi harus pergi kemana. Mingyu tidak pernah melihat Wonwoo pergi kemanapun selain sekolah dan rumah. Sehingga ia tidak tahu harus kemana lagi menyusul Wonwoo. Dan tidak mungkin seorang Jeon Wonwoo se-random itu dan pergi ke gwanjang market tempat mereka berwisata kuliner beberapa minggu lalu, bukan?

Mingyu tahu kalau ia tidak mungkin terus berdiam disini tanpa melakukan apa-apa. Akhirnya ia berkeliling mencari payung di dalam rumah dan berniat mencari Wonwoo untuk kedua kalinya. Namun belum sempat ia menemukan payungnya, ia mendengar deritan pintu yang terbuka perlahan.

"Aku pulang..."

Itu Jeon Wonwoo.

Gadis itu akhirnya kembali. Dengan keadaan basah disana-sini. Kulit pucatnya terlihat makin pucat. Rambutnya lepek karena basah. Wonwoo hanya menggunakan jaket tipis ketika pertama keluar rumah. Sehingga tubuhnya terlihat menggigil kedinginan.

Jantung Mingyu serasa akan mencelos keluar melihat pemandangan gadis di depannya itu. Kakinya melangkah gontai mendekati perempuan itu. Tanpa ia sadari tangannya kemudian terangkat bersamaan dengan terkikisnya jarak antara tubuh mereka.

Mingyu memeluk Wonwoo.

Dengan sangat erat.

"Wonwoo-ssi..."

Mingyu menggumam perlahan dalam pelukannya. Ia merebahkan kepalanya ke bahu kecil milik Wonwoo dan mencium aroma basah gadis itu dalam-dalam. Mingyu tidak lagi memedulikan tubuhnya yang ikut kebasahan karena memeluk gadis didepannya itu.

Wonwoo mematung dalam pelukan Mingyu. Ia tidak bisa berkata atau berbuat apa-apa. Hanya jantungnya yang ia rasakan makin berdebar dengan keras.

Ini tidak baik.

Ia harus segera pergi ke psikiater.

"Wonwoo-ssi..." Mingyu kembali menyebutkan namanya dengan nada lirih sebelum kemudian melepas pelukannya.

Lelaki itu kemudian menuntun Wonwoo menuju dapur dan mendudukkannya di kursi makan. Ia lalu mengambil dengan cepat handuk yang tersampir di rak, yang berada di kamar mandi dekat dapur.

Dengan perlahan, Mingyu mengeringkan wajah dan rambut Wonwoo yang basah karena kehujanan. Ia melakukannya dengan pelan dan hati-hati seakan-akan Wonwoo adalah pajangan porselen yang mudah pecah.

"Kau pergi kemana saja, Wonwoo-ssi?" Tanya Mingyu pelan.

Wonwoo tidak menjawab. Mingyu tidak melanjutkan pertanyaannya. Tangannya masih saja sibuk mengusapi wajah Wonwoo pelan.

"Kau pergilah mandi, dan makanlah habis ini. Akan kubuatkan sesuatu.." Mingyu kemudian beranjak dari meja makan dan mulai membuka kulkas. Wonwoo menurut dan langsung mengambil baju salin sebelum ia mandi.

Malam itu, Mingyu tidak berkata banyak. Ia tidak menanyai Wonwoo macam-macam dan tidak memarahi Wonwoo seperti biasanya. Lelaki itu hanya memperhatikan Wonwoo dalam diam ketika gadis itu memakan masakan buatannya sambil sesekali mengusap rambut basah Wonwoo pelan.

Mingyu memperlakukan Wonwoo dengan sangat lembut malam itu.

Dan Wonwoo tahu ia benar-benar harus pergi ke psikiater esok hari.

My Nasty Wonnie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang