Galeri
Jagad berdiri di tengah lorong panjang yang memamerkan sederet lukisan. Sebelah tangannya memegang paper cup starbucks berisikan espresso dan sebelah tangannya lagi ia masukkan ke dalam saku celananya. Matanya tak lepas memandangi sebuah lukisan kontemporer yang tergantung tepat di hadapannya.
Psikiater pribadinya selalu mengatakan dia adalah orang yang memiliki pemikiran praktis. Dalam menghadapi permasalahan yang rumit, ia akan memiliki kecenderungan untuk mencari jalan cepat penyelesaian masalah tersebut tanpa membuat dirinya terjebak dalam kerumitan masalah itu. Dan sepertinya itu ada benarnya, karena setelah beberapa saat sang pengusaha muda menatap lukisan tersebut, ia tak kunjung mengerti apa makna dibaliknya dan ia akhirnya memutuskan bahwa mungkin memang lukisan itu tidak lebih dari setumpuk campuran warna tanpa arti. Jagad cukup puas dengan kesimpulan itu dan akhirnya melanjutkan meminum espressonya.
Alasan mengapa Jagad berada di sana malam itu adalah karena ia sudah membuat janji dengan Al untuk hang out, seperti yang selalu mereka lakukan dulu. Sampai sekarang Al masih tidak berubah, senang membuat Jagad repot, dan kali ini pun tidak ada bedanya. Saat dihubungi tadi, Al meminta dijemput dengan alasan dia tidak memiliki mobil dan terlalu malas naik taksi. Dan sekarang justru saat Jagad telah sampai di sana, ternyata laki-laki itu masih terus saja membuat Jagad repot, ia masih diminta untuk menunggu sementara Al masih harus berbicara dengan pemilik galeri tempat ia akan membuat pameran tersebut. Itulah alasan dibalik kenapa Jagad berdiri di sana masih dalam balutan jasnya dan menatap jenuh sejumlah lukisan kontemporer.
Berdesak bosan, Jagad mulai berpindah ke lukisan lain. Saat tatapan matanya terus menjelajah di sepanjang lorong galeri, tanpa sengaja mata lelaki itu tertumbuk pada sesosok lelaki yang belakangan tak kunjung enyah dari dalam kepalanya; Lilan.
Calon adik iparnya itu tanpak berdiri dengan nyaman mengamati setiap detil lukisan yang ada di hadapannya beberapa meter dari tempat Jagad berdiri. Melihat kehadiran Lilan yang tidak disangka-sangka membuat Jagad tersedak oleh espressonya. Ia makin merutuki dirinya sendiri saat ia justru terbatuk-batuk dengan suara nyaring dan tentu saja keributan yang ia buat, membuat Lilan menoleh ke arahnya.
Mata Lilan melebar begitu ia menangkap sosok Jagad. Sepertinya ia sama kagetnya melihat Jagad ada di sana saat itu. Saat Jagad berhasil menghentikan batuknya, ia melangkah perlahan mendekati calon adik iparnya itu. Namun Lilan justru terlihat seperti orang yang akan bersiap untuk kabur kapan saja dari tempat itu.
Jagad merutuk dalam hati. Terlalu cepat untuk bertemu Lilan kembali. Baru kemarin kejadian memalukan itu terjadi dan tanpa disangka ia sudah harus bertemu lagi dengan calon adik iparnya ini lagi. Seharusnya mereka bertemu beberapa hari lagi saat Jagad sudah menyiapkan mentalnya untuk meminta maaf dan menyiapkan beberapa alasan untuk berkelit.
"Hai," Jagad menyapa. Bagaimanapun dia bukan anak kecil yang mungkin dalam situasi ini akan segera lari bersembunyi bila bertemu dengan seseorang yang tidak dia ingini.
Akan tetapi Jagad mulai merasakan dahinya berkedut saat melihat Lilan secara refleks memundurkan tubuhnya saat Jagad mendekat. Kenapa adik iparnya melihatnya seolah-olah ia adalah seorang gadis yang sedang berhadapan dengan seorang lelaki mesum yang berniat memperkosanya? Dan kenapa tampang ketakutan Lilan justru terlihat menggoda?
Shit! Shit! Shit!
Kebodohan yang terjadi kemarin akan terulang kembali jika Jagad tidak cepat-cepat mengendalikan nafsunya dan 'adik kecil'-nya.
Setelah terlihat mempertimbangkan situasi sejenak dan saat ia menganggap kalau ia cukup berada dalam keadaan aman, Lilan akhirnya tampak lebih tenang. "Hai," Ia membalas sapaan Jagad seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]
RomanceJagad Winanta, pebisnis muda sukses yang tidak peduli pada apapun selain pada bisnis dan uang. Itulah alasan mengapa ia menyetujui pertunangannya dengan Clara Viona Daniell. Prospek keuntungan dari bisnis kerja sama dengan keluarga Daniell adalah se...