Bagian XXII

10K 879 79
                                    

Defeat


Reynard memandang jauh keluar, menembus dinding kaca kedai eskrim yang tampak berembun karena derasnya hujan di luar sana. Kedua tangannya terlipat di atas meja. Di atas meja juga ada topi dan kaca mata hitam miliknya yang sengaja ia kenakan semenjak meninggalkan hotel. Berjaga-jaga kalau sampai ada yang mengenali wajah artis besar yang menghilang beberapa tahun lalu setelah membuat sebuah skandal. Tetapi barangkali ada untungnya hujan deras di luar sana, kedai eskrim ini jadi sepi pengunjung dan dia bisa melepas topi dan kacamatanya.

Di sampingnya, Ry baru saja menyendok satu suapan besar eskrim coklat ke mulutnya. Cuaca dingin sepertinya sama sekali tak mengusik seleranya untuk makan eskrim. Sesekali dengan telaten Reynard akan menyapu sudut bibir dan dagu Ry yang belepotan dengan eskrim, "Makannya pelan-pelan, jangan belepotan. Papa nggak bawa baju ganti buatmu tadi," Ia memperingatkan anaknya. Tetapi Ry terlihat tak peduli dan kembali menyendok eskrim dengan lahapnya.

Reynard menarik napas panjang, tentu saja dia tahu tak akan begitu mudah membuat Ry mau mendengarkan kata-katanya dan akhirnya memutuskan untuk membiarkan Ry makan sesukanya. Lelaki itu kemudian mengangkat pergelangan tangannya, mengecek jam yang kini sudah hampir menunjukkan pukul tiga. Dia datang ke tempat ini sejak jam dua tadi, tetapi orang yang meminta bertemu dengannya belum kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Sori telat, hujan deras. Di mana-mana Jakarta macet." Sebelum Reynard sempat kembali hanyut dalam pikirannya sendiri, seorang lelaki menghampiri meja mereka dan mendudukkan diri di kursi di hadapannya.

Reynard baru sekali bertemu dengan lelaki ini di rumah Lilan, tetapi bagaimana ia bisa lupa dengan wajah pongah dan sikap dominan lelaki ini yang begitu kentara? Apalagi dia baru tahu lelaki inilah yang menjadi saingannya untuk dapat merebut hati Lilan kembali. Masih dengan menggunakan setelan jas eksklusif dan wajah yang datar, ia duduk dan bertatap muka dengan Reynard. Jagad Winanta bukanlah nama yang teramat asing di telinga Reynard, sesekali ia pernah mendengar nama konglomerat muda ini dengan semua manuver bisnisnya.

"Jagad," Jagad mengulurkan tangan padanya yang segera Reynard sambut dengan sebuah senyuman kecil.

"Reynard,"

Jagad terlihat bergumam kecil. Ia lalu mengeluarkan sekotak rokok dan sebuah pemantik dari saku bagian dalam jasnya. Ia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam sebelum menghembuskan kepulan asap yang mengepul di sekitar mulutnya.

"Rokok?" Ia menawarkan rokoknya pada Reynard.

Lelaki yang ia tawari seketika menggeleng, dahinya sedikit berkerut. Ia kadang juga merokok, tetapi menyadari statusnya sebagai orang tua, sebisa mungkin ia tidak merokok saat Ry ada bersamanya. Asap rokok sangat berbahaya untuk anak kecil.

Tetapi sepertinya Jagad tak begitu peka dengan hal-hal seperti ini dan tetap merokok meski ia bisa melihat ada seorang anak kecil yang sedang makan eskrim tepat di depan matanya.

"Sebaiknya matikan dulu rokokmu, ada anak kecil di sini." Reynard menegur.

Jagad mengarahkan pandangan pada anak kecil di samping Reynard. Tentu saja dia tahu kalau anak ini adalah putra Reynard dan ia menyadari bahwa tempo hari Lilan terlihat begitu dekat dengan bocah ini.

Jagad mendadak merasa kesal saat menyadari sesuatu. Jika Reynard menggunakan kedekatan anak ini dengan Lilan untuk mendekat kembali pada Lilan, tentu saja Jagad merasa ia akan kalah telak.

Ry yang menyadari lelaki asing di depan papanya sedang menatapnya dengan lekat-lekat, buru-buru menghentikan sendokan eskrimnya. Anak kecil
tentu saja sangat peka dengan siapa saja yang bersikap baik dan siapa yang bersikap buruk padanya. Dengan begitu menyebalkannya, bocah itu menjulurkan lidahnya ke arah Jagad.

THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang