Bagian XII

11K 1K 87
                                    

Tanpa Kata

Hari ini Rey mengajak Lilan dan Ry pergi memancing. Kebetulan hari itu Rey tidak harus pergi ke kota dan tambak sudah melewati masa panen. Semua udang sudah dipanen dan dipak untuk segera dipasarkan. Tambak-tambak yang sudah tidak ada udangnya dikeringkan untuk kemudian dibersihkan dan diisi dengan bibit yang baru. Pekerjaan pembersihan tambak biasanya bisa ditangani oleh pekerja. Jadi setelah mengawasi pembersihan tambak sebentar, Rey segera mengajak mereka menyewa sebuah perahu motor sewaan untuk pergi memancing.

Ry langsung melompat-lompat kegirangan. Pasalnya dia tak punya banyak kesempatan berpergian dengan papanya yang selalu sibuk.

Situasi di antara Rey dan Lilan setelah malam itu sebenarnya masih canggung. Lilan ingin menghindar sejenak dari lelaki itu, tetapi ia tak sampai hati membuat Ry kecewa. Rey rupanya sudah memanipulasi anaknya bahwa mereka hanya akan pergi bila Lilan bersedia pergi dengan mereka.

Menjelang siang, perahu motor yang mereka sewa sudah mengapung di tengah lautan. Sejauh mata memandang, hanya lautan biru yang terbentang. Mereka juga sudah membawa bekal lengkap dan berniat untuk menghabiskan makan siang di atas perahu.

Lilan tak tahu benar perihal memancing. Ini pertama kali untuknya. Jadi ia membiarkan saja Rey yang mengurus semuanya. Segera setelah Rey mematikan mesin motor perahu, ia segera berkutat dengan pancingan. Ia memilih ukuran mata kail dan umpan yang sesuai untuk ikan-ikan di perairan tersebut. Satu pancingan ukuran lebih kecil ia berikan pada Ry sambil ia menunjukkan cara-cara bagaimana menggunakannya. Begitu Ry mulai beranjak dan duduk manis di ujung dek perahu dan mulai memancing, baru Rey membagikan satu pancing untuk Lilan dan satu lagi untuk dirinya sendiri.

“Bisa makainya?” Rey bertanya.

Lilan menggeleng, “Kamu dulu. Nanti aku tinggal perhatikan dan niru gimana caranya aja,”

Rey tersenyum, “Nanti kalau aku terlanjur lempar mata kailku, terus kamu kamu nggak ngerti, bisa susah. Aku harus narik kailku lagi. Sini aja aku ajarin kamu sebentar.”

Setelah berkata demikian, Rey beringsut mendekat pada Lilan. Lengan-lengan mereka saling bersenggolan saking dekatnya tubuh mereka. Lilan buru-buru menarik diri mundur. Rasa panas kembali menjalar ke mukanya dan ia melirik khawatir pada Ry. Apa yang akan dikatakan bocah itu jika melihat papanya begitu dekat dengan lelaki lain.

Tetapi seakan tak menyadari gerak Lilan yang menarik diri, Rey beringsut lagi untuk mendekat. Bahkan kali ini lebih dekat dari sebelumnya.

“Rey!” Lilan menegur. “Anakmu lagi ada di sini. Kalau dia lihat, gimana?”

Rey memandang mata Lilan, “Jadi kalau sedang tak ada anakku, nggak masalah kita deketan gini?”

Lilan tergagap. Tak tahu harus bagaimana menjawab.

“Nggak apa-apa juga dia kalau dia lihat,” Rey bergumam. “Kurasa sebentar lagi dia juga bakal tahu dengan nama siapa aku menggabungkan namaku untuk jadi namanya,”

Lilan termangu. Tetapi belum sempat ia berkata apa-apa, Rey sudah mundur kembali. Ia mengambil lagi pancingannya dan melemparkan mata kailnya ke dalam air, “Yakin ya kamu bakal bisa kalau cuma melihat? Kalau gitu lihat aku baik-baik,” Rey berkata lagi sambil mengerling menggoda. Kata-katanya rancu dengan disambiguasi makna.

Jantung Lilan seakan mau melompat keluar dari rongga dadanya. Bunyi degupannya keras sekali, sampai Lilan mengira suaranya bersahutan dengan suara desau angin yang bertemu dengan permukaan laut.

-

Clarissa membuka pelan pintu salah satu kamar di lantai dua. Hatinya seketika mencelos begitu ia melangkahkan kaki untuk masuk dan mendapati suasana di kamar itu masih sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Pandangan perempuan itu tanpa sadar langsung berkabur karena entah sejak kapan matanya sudah berair. Lilan memang sempat pulang dan menempati kamar ini beberapa lama, tapi kini sepertinya anak bungsunya itu tak mengusik apa-apa selama dia berada di Indonesia dan membiarkan kamar itu seperti sedia kala. Seolah dia hanya menumpang singgah sesaat untuk bermalam. Lilan tak lagi memperlakukan ruangan itu seperti kamarnya sendiri.

THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang