Bagian XIII

10.5K 875 47
                                    

Reconnected Bond

“Lan, kamu di mana, sayang? Mama nelpon ke apartemenmu di Manhattan, tapi kamu nggak ada. Mama nelpon ke toko, kata pegawaimu kamu malah nggak lagi di sana,”

Lilan baru saja keluar dari kamar mandi ketika ponselnya berbunyi nyaring. Ketika ia melihat bahwa yang menelepon adalah mamanya, dia segera mengangkatnya. Suara panik mamanya adalah hal pertama yang lewat di telinganya ketika ia menjawab panggilan tersebut.

Daniell bungsu itu langsung mengusap-usap tengkuknya serba salah. Dia benar-benar lupa tentang kemungkinan mamanya bisa saja sesekali menelepon apartemennya di Manhattan. “Aku emang nggak pulang ke sana, Ma.” Ia menjawab kikuk, membiarkan jawabannya menggantung tanpa penjelasan tambahan.

“Terus kamu ke mana? Jangan bikin Mama khawatir,”

“Aku baik-baik aja, Ma. Aku lagi di Jatim. Aku kemarin mendadak pengen refreshing dulu sebelum pulang ke Manhattan.” Lilan menjelaskan, tapi tidak dengan detil. Sebaiknya memang begini saja, karena tak mungkin ia menjelaskan situasi antara dirinya dan Jagad pada mamanya.

“Terus sampai kapan kamu di sana? Kira-kira... kalau dari sana kamu balik lagi dulu ke Jakarta, gimana?”

Dahi Lilan mengernyit. Meski ia sudah memberi penjelasan, suara mamanya tetap terdengar seperti suara orang yang sedang dilanda kepanikan. Nada-nada kecemasan terlalu jelas terdengar. “Ada apa, Ma? Mama kok kayaknya lagi panik banget?”

Ada hening sejenak. Hanya helaan napas keras Clarissa yang terdengar di ujung sambungan.

“Ma?”

“Ini masalah pertunangan Clara, Lan,” Entah Lilan salah mendengar, tapi suara Clarissa kali ini mulai terdengar parau, “Jagad tiba-tiba datang ke rumah untuk membicarakan pembatalan pertunangan mereka,”

Bagaikan petir yang tiba-tiba menyambar di siang bolong, sekujur tubuh Lilan menegang begitu mendengar apa yang baru saja di sampaikan mamanya.

Butuh beberapa lama bagi Lilan untuk mengumpulkan suaranya kembali, itupun masih dengan terbata-bata, “K… kenapa? Apa alasannya?”

“Kami juga nggak tau, Jagad nggak menjelaskannya dengan detil. Dia cuma bilang kalau dia jatuh cinta sama orang lain. Dia bersedia menanggung semua kerugian dan akibat dari pembatalan pertunangan. Sekarang Clara lagi histeris, dia nggak berhenti nangis di kamarnya.”

Merasakan tubuhnya yang mendadak limbung, Lilan mendudukkan diri di ranjang. Kabar yang baru disampaikan Clarissa seperti baru saja menghisap habis seluruh energi dari dalam tubuhnya dan kini kakinya kehilangan tenaga untuk menopang tubuh.

Jagad! Apa yang telah dilakukan lelaki itu? Lilan mengira, dengan ia melarikan diri dan bersembunyi dari lelaki itu lantas semuanya akan selesai.

Jagad memang sempat berkali-kali menghubunginya dan mengiriminya pesan beberapa hari terakhir, tetapi Lilan mengacuhkan semua itu. Dia pikir, dengan semua yang telah dilakukannya akan menjadi jawaban yang jelas bagi Jagad bahwa Lilan menginginkan apa yang sempat terjadi di antara mereka berakhir sampai di sana saja. Namun sepertinya tak semua hal bisa berjalan selalu sesuai dengan perkiraan.

“Mama nggak tau mesti gimana, Lan… Papamu udah bicara sama Jagad, tapi sepertinya keputusannya sudah sangat bulat. Dalam waktu dekat dia akan mengatur konferensi pers mengenai masalah ini.”

Keringat dingin seketika terbit dari celah pori-pori Lilan. Mendengar kata pers membuatnya tiba-tiba menggigil ketakutan. Membayangkan kali ini media akan mengejar-ngejarnya kembali membuat Lilan segera lari dan mencari tempat bersembunyi. Namanya akan kembali disebut-sebut sebagai seorang gay hina yang suka merusak rumah tangga orang lain.

THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang