Bagian XXIV

9.8K 882 90
                                    

Suitor and Stalker

Manhattan
1 Tahun Kemudian

"Come on, Lilan baby, it's just one time dinner. I'll take you to the best place in the town, you won't regret it!" 1)

Lilan menatap lelaki di depannya dengan tatapan tak tertarik. Namun dia harus tetap menjaga kesopanannya, jadi dia menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang terlalu menyinggung, atau bahkan lebih baik dia diam sekalian.

Lelaki di depannya itu bernama Louis Winston Jr. Ia berasal dari Inggris, tetapi kelakuan casanova-nya mengingatkan Lilan pada lelaki Perancis kebanyakan.

Louis adalah seorang pemilik sebuah publishing house kecil di Manhattan. Beberapa bulan setelah kembali ke Manhattan, kondisi Lilan perlahan mulai membaik. Michelle, psikiater yang menangani kasusnya, akhirnya memberinya ijin untuk kembali bekerja seperti sedia kala tepat empat bulan setelah ia kembali ke Manhattan. Menurutnya kesibukan dan pekerjaan akan membantu Lilan mengontrol pikirannya kembali. Dia tidak lagi diijinkan terlalu banyak berdiam diri di rumah, agar tak ada kesempatan untuk pikirannya mengawang tanpa arah dan tentu saja ia masih harus menjalani terapi rutin.

Dengan adanya lampu hijau dari psikiaternya, Lilan tak lagi membuang waktu untuk kembali pada rutinitasnya saat sebelum ia bertandang ke Indonesia dan semua kejadian buruk itu terjadi. Lagipula ia sudah begitu merindukan untuk kembali mengelola Bookies Town, toko bukunya. Selain itu, pada beberapa bulan terakhir, pemuda itu juga mulai mengambil pekerjaan sebagai editor lepas kembali.

Salah satu penulis yang tulisannya akan Lilan editori ternyata tergabung dalam manajemen sebuah Publishing House dan pemiliknya tidak lain adalah Louis. Di sanalah Lilan bertemu pertama kali dengan lelaki super persisten itu.

Entah bagaimana, sejak pertemuan pertama Louis seolah seketika langsung tahu bahwa Lilan adalah seorang gay dan ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera mencoba flirting pada Lilan di setiap kesempatan mereka bertemu. Meski Lilan sudah berkali-kali menampakkan sinyal-sinyal bahwa ia ketidak tertarikan secara gamblang, Louis tetap dengan keras kepalanya tetap membuntuti Lilan. Bahkan belakangan ini lelaki itu mulai lancang, ia tidak lagi menunggu sampai Lilan datang ke kantornya untuk memulai gencaran rayuannya. Ia sekarang bahkan mulai berani mengunjungi Lilan di toko bukunya untuk mengajaknya berkencan, seperti yang terjadi saat ini.

"Sorry, Mr. Winston Jr., I...."

"Louis," Louis memotong cepat, "I told you it's Louis for you, sweetheart," Tangannya terulur menyentuh sisi lengan Lilan yang dengan cepat ditepis oleh Lilan.

Lilan mendesah. Ia menoleh saat ia mendengar suara para pegawainya yang terkikik geli dari salah satu sudut toko. Barangkali menurut mereka pemandangan bos mereka yang dikejar-kejar oleh seorang lelaki player yang tak tahu kata menyerah adalah salah satu pemandangan yang lucu, menghibur dan pantas dijadikan tontonan gratis. Kebanyakan kenalan Lilan di sini memang sudah mengetahui orientasi seksualnya. Meski tak semua dari mereka bisa menerimanya dengan tangan terbuka, tetapi setidaknya mereka mengerti batasan dan tidak ikut mencampuri masalah personalnya. Mereka tahu batas. Berbeda dengan Indonesia yang jauh lebih konservatif. Dan para pegawai di toko bukunya adalah sekian dari mereka yang mau dengan terbuka menerima preferensi seksual Lilan, meski terkadang mereka jadi sedikit terlalu ikut campur.

"Okay, Louis, I think I've told you before that I can't. I have plan for this entire week. Maybe you should look for another date," 2)

"And what plan it would be? Darling, I know you at this moment you don't have anyone. Instead of playing this hard to get game, why don't just we try something off and who knows we will hit it off? One date and I promise if you don't like my company, I'll give up on you and settling myself as nothing more than your friend." 3)

THE WEDDING AFFAIRS [PO ke-2 22 Mei - 12 Juni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang