Prolog

19.4K 921 10
                                    

Meskipun ku tak siap untuk merindu, ku tak siap tanpa dirimu, ku harap terbaik untukmu.

Endang Soekamti, Sampai Jumpa.

***

Author POV

Jam dinding masih menunjukkan pukul 6 pagi saat gadis berseragam putih biru dengan rambut dikepang dua itu memandang pantulan dirinya pada cermin.

"Hay Kak Iyan, hari ini adalah hari pertama Ara MOS." Gadis itu memulai monolognya.

Masih memandang pantulannya, "Kak Iyan kenapa bohong sih? Katanya kakak mau bareng Ara terus, jagain Ara terus." Ada jeda sebentar disela kata-katanya yang entah kenapa semakin terdengar lirih itu.

Ia menghembuskan napas kasar, mati-matian dia menahan air matanya agar tak jatuh, "Kak Iyan kenapa tega sama Ara? Kenapa?"

Banyak tanya bersarang di kepalanya, "Banyak cerita yang harusnya aku bagi ke kakak, banyak hal yang harusnya aku lalui dengan kakak, tapi kenapa semudah itu kakak pergi?" Emosinya sudah tak terbendung lagi, dia kalut kali ini.

"Sekarang aku udah ketemu keluarga aku kak, nama aku bukan lagi Kiara, tapi Keyla, dan kenapa kakak malah milih pergi disaat harusnya kakak yang jadi orang pertama yang tau tentang ini, kenapa? Apa dengan pergi, kakak lebih bahagia?"

Tak disangka pipi gadis itu mulai basah oleh air mata yang mengalir deras dari mata indah itu.

Senyum getir tercetak jelas di wajahnya, ia masih saja terpaku pada cermin di depannya.

Hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Lala, ini papa, sudah siap belum? Ayo sarapan, nanti kesiangan sayang." Teriak Kelvin, ayah Keyla dari luar kamar.

Dengan susah payah gadis itu mencoba menghentikan tangisnya, menghapus secara kasar sisa air mata yang masih menggenang di kedua pipinya, "Iya pa, Lala siapin peralatan buat MOS dulu, bentar lagi Lala turun."

"Oke, papa sama kakak-kakakmu tunggu di bawah ya."

"Iya pa."

***

Keyla POV

Aku turun dari kamarku setelah selesai memasukkan seluruh perlengkapan yang akan ku gunakan untuk MOS nanti, mulai dari cocard dengan bentuk Pulau Sumatera, tas berbahan dasar karung beras, dasi kupu-kupu, hingga dua teka-teki yang harus aku pecahkan yaitu raja buah dan teletubbies cari keringat. Aku berharap barang yang ku bawa adalah jawaban dari teka-teki yang diberi oleh OSIS kemarin Sabtu.

Setibanya di meja makan, ku lihat sudah ada papa dan kedua kakak kembarku.

Oh iya kenalkan, namaku Keyla Agatha Gibson, keluargaku suka memanggilku Lala, sedangkan teman-temanku .. Ah aku lupa, di Jakarta ini aku belum memiliki teman satupun. Aku memang tergolong orang lama yang baru menginjakkan kaki 'lagi' di kota ini. Dari umur 5 sampai 13 tahun, tepatnya saat aku lulus SMP, aku tinggal di Jogja. Kalau teman-temanku di Jogja biasa memanggilku Kiara. Kenapa bisa begitu? Akan aku ceritakan di lain kesempatan.

Baiklah, sedikit ku ceritakan tentang keluargaku yang kini tengah duduk di meja makan.

Yang pertama ada seorang laki-laki berusia 40 tahun yang masih terlihat gagah, bahkan mungkin orang akan mengira beliau lebih muda dari usianya. Beliau ayahku, Kelvin Gibson. Kesehariannya mengurus perusahaan properti dan yayasan yang dulunya dikelola oleh almarhum ibuku. Ibuku memang sudah tiada sejak 7 tahun yang lalu.

Meskipun ayahku tergolong orang yang sangat sibuk, namun beliau tetap meluangkan waktunya untuk keluarga. Papa sangat mencintai mama dan anak-anaknya. Bahkan setelah 7 tahun kepergian mama, papa tetap memilih untuk tidak menikah lagi sekalipun sudah mendapat restu dari aku dan kakakku.

Untuk yang kedua ada kakak pertamaku, Attaera Orie Gibson. Umurnya dua tahun di atasku.

Kak Atta atau yang sering aku panggil Kak Tata ini adalah orang yang paling overprotective jika sudah menyangkut tentang aku, sesayang itu memang dia padaku.

Dan yang terakhir adalah kakak keduaku yang lahir 5 menit setelah Kak Tata, namanya Atvassel Orie Gibson.

Ku panggil dia Kak Vava, dia adalah orang yang susah jauh dari aku, kemanapun selalu nempel ke aku, kalau orang lain melihat kedekatan kami, pasti mereka akan mengira kami ini sepasang kekasih.

Setidaknya itulah pendapatku tentang sifat kedua kakakku itu. Namun jika dengan orang lain, kedua kakakku itu akan menampakkan sisi lainnya, karena sudah bukan rahasia lagi kalau mereka adalah sosok yang dingin.

Kembali ke meja makan, suasana di meja makan sangat hening, hanya terdengar suara sendok yang bertumbukan dengan piringlah yang menemani sarapan kami.

Papa memang selalu mengajarkan kepada kami untuk tidak berbicara saat makan, kalau ada hal yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah saat acara makan sudah usai.

"Lala berangkat sekolah naik apa?" Papa membuka pembicaraan saat kami telah menyelesaikan sarapan.

"Naik sepeda motor pa." Jawabku.

"Kamu yakin? Nggak mau bareng kakak aja?" Kini giliran Kak Vava yang menghadiahiku pertanyaan.

"Enggak kak, lagian kan kita udah buat kesepakatan." Jawabku seraya tersenyum ke arah kakakku yang satu ini.

"Lala yakin? Naik motor itu panas dik, terus banyak polusi, ntar kalo kamu sakit gimana?" Kini giliran sifat overprotective nya Kak Tata yang keluar.

Sambil tersenyum ku arahkan pandanganku ke Kak Tata, "Kak, tolong hargai keputusan Lala ya, pertengahan semester genap deh Lala berangkat bareng kalian."

"Janji?" Tanya kakakku bersamaan.

"Janji !" Jawabku mantap.

Papa memandang kami secara bergantian lalu tersenyum. Kamipun lantas berpamitan untuk pergi kesekolah.

Selebihnya, ku serahkan semua pada waktu. Semoga ia masih berpihak kepadaku.

Keyara (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang