And now I will start living today, today, today
I close the door
I got this new beginning and I will fly
I'll fly like a cannonball
— Lea Michele, Cannonball.***
Author POV
Keyla melajukan sepeda motor pitungnya dengan kecepatan sedang. Sebenarnya dia ingin melajukan motornya dengan kecepatan lebih lagi, namun apa daya, dia menyadari bahwa motor antiknya itu pasti tidak akan bisa diajak kompromi.
Sesekali dia meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri untuk mencari celah yang bisa ia lewati untuk segera sampai kesekolah.
Pukul 6.45 Keyla telah sampai di parkiran motor sekolah barunya. Suasana parkiran motor memang cukup lengang dikarenakan murid lain lebih senang mengendarai mobil dari pada motor, tak sedikit pula yang memilih untuk menggunakan angkutan umum.
Dia bergegas melangkahkan kaki menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera Hari Senin sekaligus pembukaan acara MOS yang akan dipimpin langsung oleh kepala sekolah.
Sepuluh menit sebelum bel berbunyi, para anggota OSIS lengkap dengan jas almamater berwarna biru dongker dengan logo sekolah di bagian kiri atas dan nametag di bagian kanan atas mulai berteriak mengatur barisan peserta MOS. Dan tepat setelah barisan sudah tertata, bel masuk berbunyi.
Upacara yang berlangsung selama 45 menit itu berjalan dengan khidmat. Upacara usai dan siswa kelas 11 dan 12 mulai meninggalkan lapangan upacara.
Dan disinilah para peserta MOS berada, di lapangan upacara dengan sinar matahari yang cukup terik.
Mereka berbaris sesuai dengan kelas masing-masing, dimana pembagian kelas memang telah diumumkan sejak Hari Sabtu kemarin, namun ajaibnya walau pengumuman pembagian kelas sudah ditempel di papan pengumuman, masih saja ada satu dua murid yang salah masuk kelas.
***
Keyla POV
Hari ini hari pertamaku menjalani MOS, dan disinilah aku, terdampar di antara ratusan siswa baru di sekolahku, ditemani dengan cahaya matahari yang cukup terik.
Pembagian kelas memang sudah dilakukan kemarin Sabtu, dan aku masuk di kelas 10 IPA 1, kelas dengan jumlah siswa paling sedikit di antara yang lain. Bagaimana tidak? Jika di kelas lain jumlah siswanya mencapai 34, maka di kelasku hanya diisi 20 siswa.
"Halo adik-adik, ini kelas 10 IPA 1 kan ya?" Tanya seorang anggota OSIS yang sudah berdiri di depan barisan kelasku.
"Iyaaa .." Jawab kami serentak.
"Oke, adik-adik kenalin nama gue Liana, kalian bisa panggil gue Kak Lia dan di samping gue ada si Jack, kalian bisa panggil dia Kak Jack, kami yang akan menjadi penekel kalian selama MOS, ada yang mau ditanyakan?" jelas OSIS yang bernama Lia tadi.
"Tidaak .." jawab anak-anak kelasku.
"Oke, kalau tidak ada yang ditanyakan, kalian pastinya udah bawa kan peralatan yang kita suruh bawa kemarin Sabtu?" Kini giliran Kak Jack yang berbicara.
Sontak semua murid mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau gitu kalian boleh duduk, ntar nama yang gue panggil langsung maju bawa peralatan yang bakal dikumpulin ya." Titah Kak Lia.
Aku hanya fokus pada perintah OSIS dan tidak mempedulikan perempuan kelasku yang mulai sibuk mengagumi ketampanan Kak Jack. Dasar perempuan.
Setelah menunggu 10 menit, akhirnya namaku dipanggil, aku maju dan mengumpulkan peralatan yang diminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyara (Selesai)
Ficção AdolescenteBohong itu hak kamu ! Sedangkan kewajiban aku hanya pura-pura tidak tau jikalau sedang kamu bohongi, biar kamu senang - Keyla Agatha G. Jangan sia-siain orang yang udah tulus sama elo, karena penyesalan bukan pendaftaran yang datangnya di awal, peny...