1

33 7 4
                                    

"Sepatu baru?".

semua orang matanya tertuju mengarah ke Abel dan Ananda. Ada beberapa orang mulai khawatir dan bersiap-siap keluar kelas. ada yang menyaksikan layaknya film luar. Sumber suara berasal dari Abel. Rambut cukup panjang dan sedikit di cat bewarna coklat muda.

Ananda terdiam. Tampilan Ananda biasa. dari golongan menengah kebawah. Sepatu barunya didapatkan dari salah satu donatur.

"Lain kali ganti sepatu ya agak kerenan dikit lah," tambah Abel sambil memperlihatkan sepatunya dan pergi.

Tapi kali ini Ananda tidak kuat lagi. Ia segara menarik rambut panjang Abel saat Abel berbalik badan. Seisis sekelas pun kaget.

Cepat panggil guru BP!!  Seru salah satu dari mereka.

Abel tidak pernah peduli. Ia pun berbalik arah mengarah ke Ananda, "Ohh sekarang mulai berani ya...".

"Kali ini lo jajani gue dua kali lipat. ingat itu! dua kali lipat!" balas Abel tak peduli apakah Ananda marah atau bukan. lagipula melawan Ananda cuma di sentil udah ke bulan.

"NGGAK!!" teriak Ananda. 

Ia menarik seragam Abel. Abel pun mulai tidak terima atas pelakuan Ananda. Ia mendorong Ananda sampai jatuh. Beberapa murid berlarian di lorong-lorong menemui ruang BP. Walau mereka tahu ini cara yang tidak akan manjur, setidaknya bisa dihentikan.

"Gue nggak takut sama lo! walaupun lo melapor ke polisi. peduli amat gue yak.. Dasar! makanya nyari sepatu yang pas dong! Nggak enak gue pandangnya," balas Adel.

Ananda mulai meneteskan air mata. Air kebencian.

"Nangis aja terus! cemen emang!" tambahnya lagi.

"Gue bukan pengecut!!" Ananda tidak terima dengan kata-kata Abel.

beberapa saat kemudian, "ABELLLLL!!!". itu teriakan guru BP. Bu Sri. ia menarik kuping Abel. Abel tak peduli sama sekali.

"Kayanya dipanggil guru BP memang sudah makananmu setiap hari... Ada aja kerjaannya gangguin orang," Bu Sri menarik kuping sebelah kiri Abel keluar kelas.

"Ampunnnn Bu.... Okey saya ngakuuu salahhhh. Auwww!" jerit Abel.

Bu Sri melepaskan tarikan kuping sebelah kiri Abel, "Kamu harus ngasih uang Ananda seratus ribu! ini hukumannya!".

Abel pun mengeluarkan uang selembar bewarna merah bernilai seratus ribu rupiah dan memberikan ke Bu Sri. "Kenapa ngasihnya ke saya? kasih ke Ananda lah" tolak Bu Sri.

"Ibu aja deh!" Abel segera lari dari Bu Sri dan kawan sekelasnya. Ia berniat cabut dari kelas. kalau bisa cabut dari sekolah.

Sepertinya Abel harus mendapatkan seseorang yang benar-benar sabar agar tidak kumat penyakitnya! kata Bu Sri dalam hati.

Loba Lo LobuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang