2. Birahi.

42.9K 3K 510
                                    

Sadar ban mobilnya bocor, Flopia langsung menepikan kendaraannya di tempat yang aman dan menyalakan lampu hazard. Setelah itu dia keluar dan berdiri di sisi mobil sambil menatap ban bocor tersebut.

"Duh, aku nggak ngerti cara ganti ban. Minta tolong ke Langit nggak ya?" Flopia tampak berfikir. Namun seperdetik kemudian dia menggelengkan kepala. "Enggak-enggak... aku nggak boleh bergantung terus ama Langit. Dia udah punya kekasih. Aku nggak boleh suka sama dia," Ujarnya sambil memukul kepalanya dengan pelan.

"Hai, butuh bantuan?"

Flopia menoleh ke arah suara maskulin itu. Sesaat dia terkejut melihat sosok Pramuda ada di sana. "Bang Pram? Kok bisa ada di sini?"

"Tadi kebetulan lewat, terus nggak sengaja lihat kamu. Mungkin ini yang dinamakan jodoh pasti bertemu."

Flopia mendengus seraya memutar kedua bola matanya. Pria yang ada di hadapannya itu memang tampan, namun dia begitu playboy. Jelas, bukan kriteria pria yang Flopia inginkan. Dia mau pria yang setia, seperti Langit yang setia pada Naomi seorang.

Banyak wanita yang mendekati pria itu, namun Langit sama sekali tak tergoda. Dia tipe pria yang berkomitmen dengan pasangannya. Lelaki yang seperti itulah yang Flopia mau.

"Daripada godain aku, mending bang Pram bantuin ganti ban mobil aku yang bocor. Mau ya?"

"Tanpa kamu minta, aku pasti bantuin. Hem... kamu punya alat-alatnya kan?" Tanya Pram.

"Alat?" Tanya Flopia membeo karena bingung.

Pram terlihat gemas melihat ekspresi dari wanita itu. "Maksud aku, dongkrak mobil, kunci roda sama ban cadangan. Kamu punya nggak?"

Flopia mengangguk paham. "Ooh... ada di dalam bagasi mobil."

Setelah semua peralatannya lengkap, Pram mulai mengendorkan baut dan memasang dongkrak. Begitu ban terangkat, barulah dia membuka baut ban hingga terlepas seluruhnya.

Secara diam-diam Flopia memperhatikan cara kerja dari pria tampan itu. "Abangnya Langit baik sih, tapi penjahat kelamin banget. Nggak kehitung berapa cewek yang dia kencani dan diajak seks. Nggak takut dosa kali yah?" Batin Flopia.

Sesekali Pram milirik ke arah Flopia dan wanita itu langsung berpura-pura melihat ke arah lain. Pram tersenyum kecil sembari melepas ban dan meletakkannya pada posisi tidur agar ban tersebut tidak menggelinding. "Udah punya pacar nggak?" Tanyanya.

"Nggak punya," Jawab Flopia singkat.

"Terakhir pacaran kapan?"

"Satu tahun yang lalu."

Pram mengambil ban cadangan untuk memasang posisinya. "Hem... lama juga ya kamu jomblonya. Nggak ada niat cari penggantinya apa?"

"Belum nemu cowok yang pas," Ucapnya sembari memperhatikan Pram yang memasang baut satu per satu.

"Emang kamu suka cowok yang seperti apa?"

"Aku suka cowok yang setia."

"Seperti Langit ya?" Sindir Pram.

Flopia langsung memucat di tempat ketika mendengar perkataan dari Pram. "Kenapa bang Pram bawa nama Langit sih? Dia itu teman aku."

"Kamu diam-diam nyimpan perasaan sama adik aku Langit kan?" Pertanyaan skakmat dari Pramuda.

"Enggak!" Flopia langsung menyanggahnya.

"Kamu bisa menyembunyikan itu dari orang lain, tapi aku enggak. Dari tatapan mata kamu aja aku bisa tahu."

Flopia mendengus. "Sok tahu!"

"Aku suka tempe bukan tahu."

Pramuda segera menurunkan dongkrak begitu ban terpasang. Kemudian dia mengembalikan peralatan ke tempat semula.

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang