15. Hello Flopia.

25.7K 2.2K 494
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul lima pagi, namun Pram tidak dapat memejamkan kedua matanya. Dia masih setia memeluk Flopia yang tertidur dalam pelukannya sambil menghusap rambut wanita itu seperti anak kecil.

Pram menundukkan kepala saat merasakan Flopia bergerak gelisah dan meronta untuk dilepaskan dari pelukannya. Setelah berhasil lepas, Flopia turun dari ranjang dan berlari mencari kamar mandi sambil menutup mulutnya.

Sesampainya di sana, dia segera mengeluarkan cairan dari mulutnya yang bergejolak sedari tadi ingin dimuntahkan. Pram berdiri di sampingnya dan membungkukkan sedikit badannya ke arah Flopia.

"Lain kali kalau mau nyoba minum alkohol, pastikan lambungmu sudah terisi makanan lebih dulu." Nasehat Pram sembari memijit tengkuk kekasihnya itu.

Flopia menghapus muntahan dari bibir dengan tangannya. Lalu dijauhkan tangan Pram dari tubuhnya. "Jangan pegang-pegang! Kenapa aku bisa ada di sini? Di mana Yessy?" Tanyanya marah.

Pram menghela napas dan kembali menegakkan tubuhnya. Dia berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Mata hitamnya fokus menatap wajah Flopia yang memerah karena emosi.

Alih-alih menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu, Pram malah dengan santai membuka baju dan melemparkannya ke lantai kamar mandi. Spontan kedua mata Flopia melotot melihat aksi Pram yang bertelanjang dada. Dengan waspada dia berjalan mundur ke belakang. "Siapa yang menyuruhmu membuka baju? Cepat pakai bajumu kembali!" Teriaknya.

Pram tersenyum dan bergeleng pelan. "Aku akan memandikanmu sebelum aku berangkat ke rumah sakit."

"Kamu gila?" Pekik Flopia. "Aku bisa mandi sendiri! Pergi!"

Pram tidak memperdulikan larangan dari Flopia. Dia tetap berjalan menghampirinya dan memaksa membuka baju wanita itu. "Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam oke? Aku hanya ingin memandikanmu. Dan lihat rambutmu ini, tercium bau rokok dari klub semalam."

"Aku tidak mau telanjang di depanmu!"

"Aku sudah pernah melihat itu sebelumnya. Jadi kamu nggak perlu malu. Biarkan aku menebus kesalahanku oke?"

"Menebus kesalahan dengan cara memandikanku? Enak di kamu dan rugi di aku! Lagian kamu pikir aku mayat yang harus dimandikan? Aku bisa mandi sendiri, jadi mending kamu keluar!"

"Please Flo... aku cuma mau nunjukin kalau aku bukan sebrengsek yang kamu pikirkan. Aku masih bisa menahan napsu walaupun kamu tak pakai sehelai baju sekalipun."

Entah setan apa yang mempengaruhi isi kepala Flopia, sehingga kini dia sudah membalikkan tubuh dan membuka pakaiannya sendiri. Hanya menyisakan pakaian dalamnya. Dengan posisi membelakangi Pram, dia pun duduk di lantai kamar mandi.

"Aku pegang perkataanmu," Seru Flopia.

Pramuda tersenyum karena Flopia akhirnya mau mengalah. Dia mulai membasahi tubuh Flopia dengan air. Kemudian mengambil sebotol shampoo dan menuangkan di atas kepala Flopia. Pram mulai menggosok shampoo tersebut sampai berbusa.

"Aku harap kamu nggak pergi ke tempat hiburan seperti itu lagi," Ujar Pram sambil memberi pijitan lembut di kulit kepala kekasihnya.

"Jangan membatasi ruang gerakku!"

"Aku yakin kamu akan menangis jika seandainya pagi tadi kamu terbangun dengan keadaan tanpa baju dalam pelukan pria yang tidak kamu kenali."

Flopia menolehkan kepalanya ke belakang menatap pria itu. "Apa yang terjadi semalam?"

Tangan Pram berhenti dan menatap kekasihnya. "Kamu mabuk dan seorang pria memanfaatkan itu. Dia membawamu pergi dari klub karena berencana ingin---- ah sudahlah. Kamu pasti ngerti apa maksudku."

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang