Hai, gue kembali lagi. Maaf baru bisa update. Belakangan ini semangatku untuk nulis cerita menurun banget. Itu sebabnya aku jarang buka wattpad dan lebih suka nimbrung di grup line atau baca novel yg baru dibeli.
Diese Frau bakal aku unpublish karena ide lagi buntu banget. Maaf yaa guys, takutnya kalo dipaksain ntar hasilnya jelek, dan aku nggak mau kalo itu terjadi. Walaupun sbnarnya ceritaku absurd semua sih HAHAAA. Tapi nggak lah, Diftan & Arabella ank kesayangan aku no 1. Nanti aku bakal bikin lebih baik dari Dieser Mann :)
Jadi mungkin aku fokus ke dua cerita dulu HELLO FLOPIA & CINDERELLA JAHAT. Ini aja aku paksain ngetik krn merasa pnya utang ke readers kalo gak update.
By the way hari ini tgl 21 Juli. Nggak ada yg mau ucapin Happy Birthday gitu buat aku? Xoxoxo
Oke deh... Happy reading ya!
.....
.....
.....
.....
Semenjak obrolan hari itu, sudah tiga hari berturut-turut Pramuda tidak pulang ke kontrakan lagi. Dia sengaja melakukannya demi menghindari pertengkaran dirinya dengan Flopia. Pram sendiri masih bingung dengan perasaannya. Di satu sisi Pram sangat menyayangi Flopia dan di sisi lain dia belum siap menikah. Tidak untuk saat ini.
"Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?" Tanya Bian sambil menyerahkan segelas kopi padanya.
Siang tadi sepulang kerja dari rumah sakit, Pram memutuskan untuk singgah ke rumah Bian sahabatnya itu. Dia butuh teman untuk bertukar pikiran. Dan menurutnya Bian adalah orang yang tepat. "Apa yang kamu rasakan setelah enam bulan menikah dengan Zee? Kamu bahagia?"
"Pertanyaan konyol. Tentu saja aku bahagia." Bian bergeleng kepala dengan pertanyaan Pram barusan.
"Apa yang membuatmu dulu begitu yakin untuk menikah muda?"
Bian bertopang dagu dengan tangan kanannya sambil menatap lurus ke Pram. "Oke, aku mengerti arah pembicaraan ini. Apa Flopia memintamu untuk menikahinya?"
Pram mengangguk pelan dan meminum kopi yang diberikan Bian.
"Dan kamu bingung untuk menjawabnya?" Tanya Bian lagi.
"Ya."
"Melihat hubunganmu dengan Flopia selama beberapa tahun ini, membuatku mengerti bahwa antara bodoh dan polos itu sangat beda tipis. Aku nggak habis pikir, kenapa Flopia mau bertahan denganmu yang jelas-jelas nggak bisa memberi hubungan yang pasti. Jika aku menjadi Flopia, aku sudah mendatangi kedua orang tuamu dan meminta untuk dinikahkan karena anak sulung keluarga Prasaja telah meniduriku selama masa berpacaran."
"Aku nggak bermaksud untuk mempermainkan dia," Ujar Pram terdengar frustasi.
"Kalau begitu JANGAN MEMBUAT DIA JATUH CINTA, KALAU KAMU NGGAK BERNIAT UNTUK MENIKAHINYA!"
Pram menutup kedua mata dan mengacak rambut di kepalanya sendiri. "Entahlah. Aku bingung dan aku belum siap untuk menikah di usia muda ini, Bian. Aku masih ingin mengejar karir dan membanggakan kedua orang tuaku. Dan aku juga belum pernah berfikir untuk menjadi suami atau seorang Ayah di usia sekarang."
"Dengar Pram, aku paham dengan dirimu karena dulu aku juga pernah mengalaminya. Sewaktu pilihan datang padaku antara karir atau menikah muda dengan Zee. Aku lebih memilih untuk menikahi dia. Kamu tahu kenapa? Karena aku percaya, Allah akan menjaga rezekiku karena niatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Flopia!
General Fiction(HELLO SERIES #2) Pramuda Prasaja. Pria berusia 26 tahun ini, memiliki sejuta pesona dalam dirinya. Dia merupakan tipe pria yang suka berpetualang dalam hal bercinta. Jelas, wanita jenis apapun sangat mudah untuk ia raih. Hobinya yang berselingkuh m...