10. Nikmat yg Tersesat.

31.3K 2.4K 493
                                    

Kaget ya gue update lagi??

Senang?

Bahagia?

Sengaja update dua kali untuk readers tersayang ♥♥

Cekidot

....
....
....
....

Pram segera keluar dari kamar dan mengejar Flopia ke depan rumah. Dia menyerukan nama Flopia untuk berhenti, namun wanita itu menghiraukannya dan terus berjalan.

"Flopia!" Teriaknya lagi di sekitar pinggir jalan raya.

"Apalagi sih?!" Bentak Flopia saat tangan Pram berhasil menahannya.

Pram sedikit malu dengan tatapan orang sekita yang berlalu lalang saat menonton aksi kejar-kejaran mereka berdua. "Kamu mau pergi kemana?" Tanyanya terengah-engah.

"Bukan urusan kamu," Jawab Flopia sambil memandang ke arah jalan raya.

"Aku minta maaf oke? Aku tahu aku salah. Kamu boleh pukul aku, tampar aku, tendang aku sesukamu. Terserah kamu. Asal jangan putusin aku."

"Untuk apa? Buang-buang energi! Mending lepasin tangan aku deh, aku beneran jijik lihat kamu. Jijik lihat bekas cumbuan yang ada di leher kamu! Enak banget pasti ya Pram? Wanita itu pintar banget puasin kamu. Nanti kenalin aku sama dia. Karena aku akan belajar puasin calon suami aku nantinya, TAPI YANG JELAS AKU PASTIKAN PRIA ITU BUKAN KAMU!"

Rahang Pram mengeras seketika mendengar perkataan dari Flopia. Dia benar-benar tidak terima kalimat itu keluar dari mulut Flopia. Dengan emosi, Pram menarik tangan Flopia dan memaksanya berjalan ke arah mobil yang terparkir di kontrakan Adiknya.

"Lepas, Pram! Kamu mau bawa aku kemana?!" Flopia berusaha berontak. Karena tak didengar, dengan sengaja Flopia mengigit tangan Pram. Spontan pegangan itu terlepas dan Pram meringis. Flopia menggunakan kesempatan itu untuk berlari. Namun sialnya, langkah kakinya kalah dari kecepatan Pram yang mengejarnya.

Pria itu akhirnya membopong  tubuh langsing Flopia seperti mengangkat karung beras. Karena kesal dengan tingkah laku Flopia, maka Pram pun menampar bokong wanita itu agar tidak berontak dalam gendongannya.

"Sialan kamu, Pram!" Maki Flopia saat merasakan panas di bokongnya akibat ulah pria tadi.

Pram membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Flopia di jok depan. "Diam di sini. Awas kalau kamu coba lari lagi!" Ancamnya sambil memasang sabuk pengaman di tubuh Flopia.

Lalu dia menutup pintu mobil dan berlari ke arah kontrakan Langit untuk mengunci pintu rumah itu. Kemudian dia balik lagi ke dalam mobil dengan ekspresi wajah memerah yang menahan emosinya.

Seperti tidak peduli apapun, Pram mengemudikan mobil dengan begitu cepat. Dia bahkan tidak memperdulikan teriakan Flopia yang menyuruhnya untuk mengurangi kecepatan.

Wajah dan jari-jari tangan Flopia memucat. Wanita itu takut melihat sosok Pramuda yang terlihat asing baginya. "Pram... aku takut." Suaranya bergetar karena diselingi tangisan.

"Terlambat Flo. Kamu sudah membangunkan setan dalam diriku," Balas Pram tanpa menoleh dan fokus menatap jalan di depan.

Begitu sampai di kontrakan miliknya, Pram segera menarik Flopia dari mobil dan memaksanya masuk ke dalam kontrakan. "Aku nggak mau di sini, aku mau pulang Pram. Aku mohon," Pinta Flopia dengan berurai air mata.

Pram menulikan telinganya untuk tidak mendengar tangisan wanita itu. Sejujurnya dia pun tak tega, tapi dia terpaksa harus melakukannya. Pram ingin menunjukkan kepada Flopia, bahwa hanya dia satu-satunya pria yang boleh menyentuhnya.

Di kamar yang gelap, Pram menghempaskan tubuh Flopia di atas ranjangnya. Dia memang sengaja tidak mau menghidupkan lampu, agar Pram tidak melihat air mata Flopia.

"Kamu mau apa?" Tanya Flopia takut dan segera bangkit berdiri.

Namun Pram tetap memaksa wanita itu untuk berbaring. Lalu dia mulai membuka kemeja bajunya. "Kamu bilang mau belajar puasin calon suami kan? Sama aku aja. Aku bisa ngajarin kamu Baby."

Flopia bergeleng. "Jangan Pram, kamu nggak boleh lakuin itu ke aku. Aku mohon padamu." Dia menangis terisak. "Oke, aku maafin kamu. Kita nggak jadi putus Pram, jadi tolong lepasin aku. Biarkan aku pulang."

"Kita memang tidak putus." Suara Pram mulai terdengar berat. Kedua tangannya menarik kaos milik Flopia ke atas.

"Aku nggak mau Pram!" Jerit wanita itu dan menahan tangan Pram. Dia berusaha menjauhkan tubuhnya, namun lagi-lagi kekuatan pria lebih kuat dari dirinya.

"Jangan takut sayang." Pram berhasil meloloskan kaos yang melekat di tubuh Flopia. Kemudian kedua tangan Pram menahan tangan Flo di antara kepala wanita itu.

Dia mulai mencumbu setiap inci tubuh dari Flopia yang setengah polos. Flopia berusaha untuk tidak mendesah dan tidak membalas perlakuan yang diberikan oleh pria itu padanya. Tapi bukan Pram namanya, jika tidak bisa menaklukan kaum hawa. Dengan terampil tangannya melepas kaitan bra hitam dipunggung Flopia. Dan bibirnya langsung bergerak cepat beraksi di dada itu.

Flopia menggigit bibirnya dan mendorong kepala Pram dari tubuhnya. Pram menggeram dan menatapnya kesal.

"Aku benci sama kamu! Aku bukan pelacurmu Pram!"

"Maki aku sesukamu, tapi aku tidak akan berhenti."

Baru akan melontarkan umpatan, bibir Flopia sudah dibungkam Pram dengan bibirnya sambil meraba dan meremas-remas dada wanita itu.  Sekuat apapun Flopia berjuang melawan kenikmatan yang ditawarkan oleh Pram, dia akan tetap kalah.

Flopia hanya manusia biasa. Dia wanita normal yang apabila dirangsang pastilah akan mendesah, apalagi Pram adalah sosok pria yang dia cinta.

Mendapat lampu hijau dari sang wanitanya, Pram melepas ciuman di bibir dan mulai turun menciumi lehernya Flopia. Dia hanya memejamkan matanya dan menggigit bibirnya sendiri saat Pram mulai menjilati ujung dada secara terus bergantian kanan kiri dengan meninggalkan tanda merah bekas hisapan kuat di kulit wanita tersebut.

Lama bermain di daerah dada, Pram coba membuka kancing dan resleting celana jeans Flopia. Setelah melepas semuanya, kini wanita itu sudah dalam keadaan polos. Pram kembali mencium bibir Flopia sambil menggesek-gesek miliknya di depan kewanitaan Flopia.

Setelah itu, dia memulai penetrasi secara perlahan lebih dalam dan lebih dalam lagi, sehingga terlihat ada darah yang keluar dari milik Flopia di bawah sana. "Pram...." Dia meringis kesakitan. Terlihat tersan air mata mengalir dari sudut matanya.

Pram diam beberapa saat agar Flopia mampu menguasai sakit di organ intim tersebut sambil menciumi kening dan bibir Flopia. Setelah Flopia agak tenang, Pram mulai menarik dan mendorong, maju dan mundur perlahan. Menit berikutnya Pram mempercepat gerakannya.

Flopia pun kini sudah tidak lagi merintih kesakitan tapi berbalik mulai merasakan kenikmatan. Hanya suara desahan yang keluar dari bibir mereka berdua. Tak berapa lama Flopia mendekap erat tubuh Pram saat akan mencapai titik puncaknya. Dia pun melenguh. Selang beberapa menit setelah Flopia, Pram juga merasa sudah hampir mencapai orgasme. Dia mempercepat gerakan begitu merasa sudah di pucuk, Pramuda mencabut miliknya dan menumpahkan cairan cinta itu di atas perut Flopia.

Ya, Pram lupa memakai pengaman karena terlalu emosi. Beruntung dia masih ingat mencabut miliknya cepat sebelum menumpahkan cairannya di dalam sana.

Kini mereka berdua terkulai berdampingan di ranjang kamar. Pram menyeka keringat di kening Flopia dan mengecupnya. "Aku sayang sama kamu. Maafkan aku," Ujarnya dan mengambil beberapa helai tisu untuk membersihikan cairan yang ada di tubuh Flopia yang terkulai lemas. Karena lelah, Flopia pun terlelap dan Pram langsung menutupi tubuh wanitanya itu dengan selimut.

12-Juni-2017

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang