11. Rasa Bersalah.

27.7K 2.5K 502
                                    

Jika ada yang bertanya pada Pram, apakah dia menyesal telah melakukan hal itu pada Flopia? Tentu jawabannya Iya. Lihatlah, betapa Pram mengutuk dirinya sendiri begitu mendapati wanita itu menangis ketika terbangun dari tidurnya.

Ini pertama kalinya dalam hidup Pramuda memaksa seorang wanita untuk bercinta di atas ranjangnya. Biasnya teman kencan dan kekasih Pram selalu bersedia mengangkang tanpa harus diminta. Mereka akan melakukannya secara sukarela dengan landasan nafsu semata.

Namun, beberapa jam yang lalu setan lebih mendominasi akal sehatnya. Sehingga ia memaksa Flopia. Menurut Pram, wanita tidak akan bisa pindah ke lain hati dan susah untuk mencari pria lagi jika sudah di-taken seperti itu. Jelas itu pemikiran  yang sangat picik sekali dan merugikan kaum hawa.

"Aku benar-benar minta maaf." Sudah ratusan kali, Pram mengucapkan kalimat itu dari bibirnya. Namun tetap tidak mampu membuat wanita itu berhenti menangis. "Flo... air mata kamu nggak akan bisa bikin perawan kamu balik lagi," Lanjutnya.

Flopia yang sedari tadi menunduk dengan memeluk kedua lututnya, kini spontan menatap ke arah pria itu. "Kenapa kamu lakuin ini? Apa salah aku Pram?" Tanya Flo disela tangisannya. "Papa udah hancurin hidup aku dan sekarang kamu ngambil satu-satunya hal yang bisa aku banggakan sebagai seorang wanita. Kamu tahu? Kamu itu lebih kejam daripada Papa aku. Kenapa kamu nggak bunuh aku saja hah? Ayo bunuh aku Pram! Bunuh! Biar kamu puas!"

Pram tahu jika saat ini Flopia sedang dalam keadaan emosi. Namun tak urung membuatnya untuk mendekati wanita itu dan mencoba membujuknya agar lebih tenang.

"Jangan dekat-dekat sama aku! Pergi Pram! Aku nggak mau lihat muka kamu! Pergi!" Teriaknya saat melihat Pram berjalan mendekat ke ranjang. Bantal dan benda apapun yang dapat diraih tangannya, dia lemparkan ke arah Pram sambil menahan selimut di tubuh polosnya agar tidak merosot.

Pram menangkap satu per satu barang yang dilempar wanita itu dan meletakkannya ke bawah lantai. Pria itu menahan tawanya saat mendapati wajah bingung Flopia yang kehabisan benda untuk dia lempar lagi. Setelah itu dia menghampiri kekasihnya. Jangan bayangkan Pram sedang bertelanjang dada, karena saat ini dia memakai pakaian lengkap yang santai yaitu kaos putih dan celana training hitam.

Flopia memalingkan wajahnya ke arah lain karena tidak mau menatap Pram. Pria itu mencoba menarik dagunya agar wanita itu mau melihat, namun Flopia tetap keras kepala dan menolaknya. "Aku tahu kamu marah, tapi ya mau bagaimana lagi? Sudah terlanjurkan?"

"Aku benci sama kamu Pram! Benci. Benci. Benci. Kamu menghancurin masa depan dan harga diri aku."

"Yakin kamu benci sama aku? Oke, di awal aku memang maksa kamu untuk bercinta. Tapi di pertengahan kamu menikmatinya. Kamu balas ciuman aku dan mendesah saat kusentuh. Itukah yang kamu bilang benci Flo?"

Spontan Flopia langsung mengarahkan pandangannya ke Pram. Dia tidak percaya kalau Pram akan berbicara seperti itu. Dia merasa malu. Dia merasa terhina. Flopia akui, perkataan Pram barusan itu ada benarnya. Tapi dia membalas ciuman itu di luar dari kemampuannya. Dia sudah berusaha untuk menolak, namun pria itu terus mencumbu dan menggagahinya. Bagaimana bisa dia tidak mendesah? Apalagi pria yang melakukan itu adalah orang yang dia cintai.

"Brengsek!" Maki Flopia dengan mata berkaca-kaca.

"Ya aku memang brengsek."

"Kalau sampai aku hamil karena kejadian ini. Aku bersumpah akan membunuhmu!"

"Ya silahkan bunuh aku, tapi setidaknya pakai bajumu terlebih dahulu. Aku tidak bisa konsentrasi berbicara jika kamu hanya memakai selimut itu ditubuhmu."

Flopia melilit selimut itu ditubuhnya seperti memakai handuk, lalu turun dari ranjang dan memunguti pakaiannya. "Jangan berpikir setelah kamu meniduriku, hubungan kita akan kembali lagi. Kita tetap putus!"

"Jangan memulai memancing emosiku lagi Flo!"

"Aku bukan milikmu yang bisa kamu mainkan seenaknya!" Bentak Flopia dengan mata memerah.

"Kamu pikir setelah kejadian ini, akan ada pria yang mau menerima kamu lagi? Nggak ada Flopia! Sekalipun ada, itu hanya ada satu diantara seratus orang."

Flopia kembali menangis dan melemparkan pakaiannya ke arah wajah Pram dengan kasar. "Kamu keterlaluan Pram! Kenapa aku bisa cinta dengan pria sepertimu! Lihat saja, akan aku adukan perbuatanmu ini pada Langit. Biar dia tahu, betapa brengseknya dirimu!"

"Silahkan adukan padanya, asal kamu tidak malu saja membeberkan kalau saat ini kamu udah nggak perawan lagi."

Flopia menghentakkan kakinya dengan kesal. Lalu kembali menangis dan menjerit histeris sambil menjambak rambutnya sendiri.

Pram yang melihat itu pun langsung berlari menghampiri Flopia dan memeluknya. Dia tidak bermaksud untuk melukai perasaan Flopia. Hanya saja tadi dia tidak suka dengan respon Flopia yang tetap ngotot untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Hey Flo! Jangan melukai dirimu sendiri!" Bentak Pram saat melihat wanita itu mencakar dan memukul dirinya sendiri.

"Lepaskan aku, aku mau mati saja!"

"Nggak! Aku nggak akan biarin kamu ngelakuin hal konyol itu."

"Aku kotor... nggak ada lagi yang mau sama aku. Nggak ada yang bisa aku banggain ke suami aku nantinya." Wanita menangis sejadi-jadinya.

Pram sadar dirinya sangat bajingan. Tapi begitu melihat reaksi Flopia seperti itu, rasanya dia ingin memenggal kepalanya sendiri. Dalam hatinya ia berucap akan menjadi satu-satunya pria untuk Flopia. Dia tidak mau menyakiti hati wanita itu lagi. Dengan rasa bersalah, Pramuda mendekapnya. Lalu diciumnya puncak kepala Flopia dan membisikkan kata maaf berpuluh-puluh kali di telinganya.

13-Juni-2017

Gila ya, part semalam penuh maki-makian untuk bang Pramuda. Wkwkwkwkkkk

Di cerita Hello, December banyak yg fans sama Pram. Karena di sana dia udah versi tobat guys...

Kalo di sini dia brengsek habis. Banyak yg nanya juga brp part lagi menuju adegan Flo yg pergi ninggalin Pram. Hemm.. gini ya, gue ngetik cerita itu tanpa draft. Cuma di otak gue udah bkin apa yg akan jd permasalahan dan ending cerita. Jadi kalau ditanya brp part lg, gue nggak tahu.

Gue ngetik tiap part itu kalau lagi dapat ide, jadi nyambung atau nggak jalan ceritanya tolong dinikmatin ya :-)) maklum, gue bukan penulis profesional.

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang