18. Janji Pramuda Prasaja.

23.9K 2.2K 449
                                    

"Pram...." Ujar Flopia mencoba membangunkan kekasihnya.

"Hem.... " Balas Pram dengan bergumam tanpa membuka mata.

"Hari ini kamu jaga pagi kan?"

Pram menguap dan mengucek kedua matanya. "Udah jam berapa?"

"Jam enam."

Pram bangun dan memandang ke arah Flopia yang tubuhnya hanya tertutupi selimut. "Kamu baik-baik aja kan? Maaf kalau tadi malam aku terlalu kasar di ranjang. Efek terlalu lama puasa."

Wanita itu ikut duduk dan bersender ke dinding yang menyatu dengan ranjang, sambil menggulung rambut panjangnya ke atas. "Badan aku pegal semua. Bisa nggak gaya bercintanya satu macam aja? Cukup di ranjang ini, jangan pindah ke mana-mana. Punggung aku sakit kalau di posisikan ke lantai sama dinding."

Pram terkekeh mendengar keluhan polos dari Flopia. "Kenapa baru pagi ini kamu protesnya? Tadi malam pasrah aja mau aku apain."

Detik berikutnya pria itu meringis saat lengannya dihadiahkan cubitan oleh Flopia. "Ya namanya juga lagi digagahi, pasti pasrahlah."

"Gimana rasanya? Nikmat kan?"

Flopia melemparkan bantal ke wajah Pram atas pertanyaannya tadi. Setelah itu dia turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.

Saat sedang sibuk menyabuni tubuhnya, tiba-tiba Pram muncul di sana untuk ikut bergabung. "Yank, kita mandi bareng ya? Aku takut telat nih ke RS-nya."

"Asal tahan napsu aja lihat tubuh polos aku."

"Boleh juga bercinta di kamar mandi, aku belum pernah coba."

"No! Tadi malam kita udah tiga kali ngelakuinnya. Kamu mau bikin aku nggak bisa jalan ke kampus?!" Seru Flopia dengan mata melotot.

"Kamu ada kuliah pagi ini?"

"Ada."

Pram mengangguk pelan dan mulai membasahi tubuhnya sendiri. Sekitar lima belas menit mereka berdua selesai mandi. Flopia dan Pramuda berlaku seperti pasangan suami istri yang sah. Tidak ada unsur malu lagi diantara mereka berdua saat dalam keadaan polos. Seperti sekarang, dengan santainya Flopia memakai celana dalam dan memasang branya di sebelah Pram yang hanya memakai handuk di pinggul.

"Yank, kamu nggak usah ngontrak lagi ya. Tinggal sama aku aja di sini."

"Kok gitu?" Tanya Flopia bingung.

"Kalau aku kangen dan pingin kamu kan tinggal pulang aja. Di kontrakan kamu ketat Flo, cowok dilarang nginap."

"Kalau aku hamil gimana?"

"Kemungkinan kamu hamil itu kecil Yank, aku kan pakai pengaman."

"Terus kalau kemungkinan aku hamil gimana?" Tanyanya ulang.

"Aku usahakan nggak bikin kamu hamil."

"Kalau ternyata aku hamil?"

"Aku bakal tanggung jawab."

Flopia menggigit bibir bawahnya sebelum kembali melempar pertanyaan yang sejujurnya ia takut untuk mendengar jawabannya dari pria tersebut. "Tanggung jawab dalam bentuk apa Pram?"

Pram menghembuskan napas panjang. Dia tahu, Flopia pasti akan menanyakan hal itu padanya. "Menikah. Aku akan menikahimu, jika seandainya kamu hamil." Sejujurnya lidah Pram sangat berat untuk mengucapkan kata tersebut. Tapi dia tetap mengucapkannya untuk membuat Flopia senang.

"Tapi aku sangat berharap kamu nggak hamil untuk sekarang Flo. Kita berdua harus menyelesaikan sekolah dulu. Setelah aku memiliki pekerjaan yang tetap dan siap untuk menikah, tanpa kamu minta pun aku pasti datang untuk melamarmu."

"Pram, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Flopia ragu.

"Tanyakan saja yang mengganjal di hatimu."

"Kamu tahu kan bagaimana kondisi keluargaku? Jika seandainya Papa dan Mama aku pisah, apa kamu masih mau menerima aku?"

Pram tersenyum melihat wajah Flopia yang sedih. Perlahan dia mendekat dan memegang dagu wanita itu untuk menatapnya. "Dengar Flopia Kaifiy Mendraw. Aku tidak pernah memandang seseorang dari keluarga apa dan keturunan siapa. Lagipula kalau kamu bisa menerima masa lalu aku yang buruk, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama denganmu?"

Flopia ikut tersenyum lalu dia berjinjit dan mengecup bibir Pram sebanyak tiga kali. Dengan bahagia Flopia memeluk tubuh Pram. "I love you. Aku janji akan menunggu kamu siap untuk nikah. Dan untuk berjaga-jaga supaya aku nggak hamil, gimana kalau aku minum pil kb aja tiap hari?"

"Nggak usah, terlalu banyak resiko kalau kamu mengkonsumsi pil kb tiap hari. Takutnya nggak cocok sama tubuh kamu. Biar aku aja yang pakai pengaman."

"Tapi aku dengar dari orang-orang kalau kondom itu bisa saja bocor."

Pram tergelak mendengarnya. "Tenang aja, aku pakai kondom yang bagus dan kualitas nomor satu. Harganya lumayan mahal tapi nggak apa-apa, yang penting terjamin. Tapi ngomong-ngomong, kenapa Papa dan Mama kamu belum bercerai?"

"Ada dua alasan kenapa mereka berdua tidak berpisah sekarang. Pertama, berhubung beberapa bulan lagi masa jabatan Papa habis, jadi Papa mau mencalonkan diri lagi yang ke dua kalinya. Untuk mendapat dukungan dari masyarakat, tentu Papa harus menunjukkan perilaku terhormat dan bijaksana. Alasan ke dua, karena mereka menunggu sampai aku dilamar seorang pria. Yah, mereka mau kalau putrinya ini menikah dengan keadaan orang tua yang masih utuh. Jadi aku bisa berharga di depan keluarga pihak pria nantinya."

Kedua tangan Pram menggenggam tangan Flopia dan berkata. "Jangan khawatir, akan aku pastikan pria yang melamarmu itu adalah diriku." Percaya atau tidak, tapi itulah janji dari seorang Pramuda Prasaja.

*****

Yessy menjatuhkan sebuah buku tebal di atas meja sehingga mengejutkan Flopia yang sedang meminum es buah di depan kampus.

"Kamu kenapa?" Tanya Flopia bingung melihat sahabatnya itu.

"Kamu yang kenapa?! Sekarang kamu udah main rahasia sama aku?"

"Rahasia apa? Aku nggak ngerti maksud kamu Yessy."

Yessy memutar kedua bola matanya. Dia jengah melihat Flopia, menurutnya wanita itu selalu berpura lugu di depannya. "Kita sahabatan bukan? Tapi kenapa kamu nggak bilang kalau kamu belum pisah dari Pram? Dia itu cowok brengsek Flo! Kenapa masih mau sama dia sih?"

"Yessy, duduk dulu bisa? Malu dilihat orang sekitar."

Yessy mengikuti saran dari Flopia dan terus menatap wanita itu untuk meminta penjelasan.

"Dengar Yessy, aku tahu kamu itu sahabat aku. Dan aku juga tahu kamu ingin yang terbaik untukku, tapi aku nggak bisa bohongi hatiku sendiri Yessy. Aku cinta sama Pram. Dia juga udah janji bakalan berubah maka nya aku kasih kesempatan kedua."

"Terus kamu percaya gitu aja sama janji dia? Ayolah Flo, buka pikiran kamu. Jangan bodoh dan jangan mau dibutakan sama yang namanya cinta! Pram itu cuma ngincar tubuh kamu. Setelah dia bosan, siap-siap aja dia bakal tinggalin kamu!"

Flopia memandang sahabatnya itu dengan tatapan sedih. Dia tidak percaya kalau Yessy bisa mengatakan hal seperti itu padanya. "Kok kamu tega ngomong gitu sama aku?"

Yessy berdiri dari kursinya. "Ck! Susah memang kalau kasih nasehat sama orang yang sedang kasmaran. Maaf kalau omonganku kasar, tapi aku nggak mau kamu dirusak sama Pram!"

Kemudian Yessy pergi meninggalkan Flopia dengan rasa kesal. Dia berpikir, bahwa Flopia itu memang murahan yang rela melakukan apa saja asal bisa bersama dengan Pramuda.

26-Juni-2017

Gue heran deh, kok pada nggak ada percaya sama Pram ya? HAHAHAA 😂😂😂

Part ini mau maki Pram atau Yessy nih??

Konflik kayaknya dua part lagi deh, jadi siap² menuju ke part masa depan ya.

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang