Begitu selesai kencan, Pram langsung mengantar Flopia pulang tepat jam delapan malam. "Jadi kamu ngekost di sini?" Tanya Pram pada Flo.
"Iya. Aku memilih ngekost daripada lihat Mama sama Papa bertengkar terus di rumah."
Pram mengangguk dan berjalan ke dalam begitu Flo membuka pintu. "Tapi harusnya tulisannya di depan pagar tadi bukan kost khusus cewek, tapi kost khusus bidadari."
Flo langsung menghadiahkan cubitan sayang di perut lelaki yang kini sudah menjadi kekasihnya itu. "Aduh... sakit sayang." Ringis Pram.
"Makanya jangan gombal terus. Mending sekarang kamu pulang gih, aku nggak enak sama ibu kostnya kalau bawa laki-laki ke dalam kamar."
Semenjak resmi pacaran, Flo memanggil Pram dengan sebutan aku-kamu. Tidak ada panggilan 'bang' lagi.
"Kamu ngusir aku? Jahat banget."
Flopia mendelik dan melipat ke dua tangannya di depan dada. "Bukan gitu, tapi aku lagi banyak tugas di kampus. Kalau ada kamu di kamar, nanti aku nggak konsen ngerjainnya."
"Yaudah aku pulang. Tapi...." Pram menggantung ucapannya dan berjalan mendekati Flo dengan tatapan menyeringai.
Flopia tahu apa yang akan dilakukan oleh Pram. Maka dari itu, ia langsung bergerak mundur untuk menghindar. Namun sayang, dalam hitungan detik tubuh Flo sudah ada dalam pelukan Pram.
Posisi mereka berdua terlalu dekat dan rapat. Napas Flopia tertahan kala kedua mata Pram menatap fokus ke arah bibir merahnya. Hal itu tentu membuat Flopia merasa grogi, meskipun mereka berdua sudah melakukan ciuman beberapa kali di bioskop tadi.
"Kamu tahu Flo," Ucapnya sembari membelai rambut Flopia. "Ini bukan gombalan semata. Tapi jujur saja. Setiap di dekat kamu, aku selalu merasa sesak napas. Mungkin ini yang dinamakan asma cinta."
"Dasar, raja gombal." Balas Flopia tersenyum dengan kedua pipi yang terlihat memerah, efek dari gombalan tadi. Dan secara perlahan Pram mulai mencondongkan kepalanya mendekati Flo dengan mata yang saling memandang.
Flopia pun ikut memiringkan kepala ke arah yang berlawanan. Agar Pram bisa lebih bebas mencium bibirnya tanpa terganggu oleh tabrakan hidung mereka yang sama-sama mancung.
Kemudian Flopia menutup mata sembari membuka mulut menyambut bibir kekasihnya itu. Perlahan Pram mulai mengecup dan menghisap lembut bibir tipis itu. Lalu lidahnya menerobos ke dalam untuk mencari pasangannya.
Flopia membalas ciuman itu sambil memeluk tubuh Pram begitu erat. Bahkan tanpa dia sadari, satu erangan kecil lolos dari bibirnya ketika tangan Pram bergerak aktif berusaha untuk meraba dadanya dari luar baju.
Wanita itu menggeliat seperti cacing kepanasan. Mendesah-desah menikmati sentuhan tersebut. Pram menggeram kala mendengar suara Desahan Flopia. Tanpa melepas ciuman, kini tangan Pram mulai membuka satu persatu kancing baju Flopia. Lalu meremas pelan dada Flopia yang masih terbungkus BRA.
Flopia segera mengakhiri ciuman itu saat menyadari tindakan mereka sudah mulai melenceng ke arah yang lain.
"Jangan Pram," Ucapnya sambil menahan tangan pria itu yang hampir saja membuka kaitan bra miliknya. "
"I love you," Ujar Pram dengan mata berkabut nafsu.
"Ya. Aku tahu."
"Ayolah Flo. Kalau hanya menyentuh sebatas dada nggak akan bikin kamu hamil." Pram berusaha membujuk.
Flopia tetap menolak dengan bergeleng. "Aku nggak mau. Kamu boleh cium aku sesukamu tapi tidak untuk wilayah dada dan sekitarnya. Itu masih terlarang untuk status pacaran."
Pram menarik tangannya dari punggung Flopia. "Kamu nggak percaya sama aku? Aku sayang sama kamu." Lalu dia kembali mencium bibir, dagu dan turun ke leher Flopia. Pram sengaja menghisap kulit putih itu sampai merah.
"Sayang bukan berarti harus mau diajak ke ranjang Pram," Balasnya sambil menjauhkan Pram dari lehernya.
"Oke. Aku nggak akan maksa kamu." Pram mengalah dan membantu Flopia mengancingkan kembali pakaiannya.
"Aku bisa memasangnya sendiri," Tolak Flopia menjauhkan tangan Pram darinya.
"Kamu marah? Aku minta maaf oke?"
Flopia memutar tubuhnya membelakangi Pram. Dia merasa seperti wanita yang mudah untuk diobral. Mereka baru saja jadian beberapa jam yang lalu, tapi sudah berani melakukan tindakan seperti tadi.
"Pulanglah, Pram. Aku harus mengerjakan tugas kuliah."
"Ya aku akan pulang. Tapi tatap aku dulu Flo, jangan membelakangi seperti itu." Bujuk Pram memegang kedua bahunya.
"Nggak mau." Suara Flopia terdengar parau.
Pram yakin saat ini, Flopia sedang menangis. Lalu dia memeluk tubuh kekasihnya itu dari belakang. Mengelus lembut rambut hitam yang panjang itu. "Yaudah aku pulang. Tapi ingat Flo. Aku nggak pernah anggap kamu wanita murahan. Aku nggak tahu sebatas mana dulu kamu berpacaran. Jadi aku minta maaf kalau kamu merasa aku sudah melewati batas."
Flopia mengangguk pelan dan memegang tangan Pram yang melingkar di perutnya. "Aku hanya kaget saja. Soalnya aku belum pernah pacaran sejauh itu."
"Oke. Aku janji nggak akan ulangi lagi. Sekarang balik dong Flo. Aku nggak bisa pulang kalau belum lihat wajah kamu."
Flopia menghapus air matanya dan kemudian berbalik ke arah Pram.
"Kamu wanita pertama yang menangis karena ciuman dan sentuhan aku," Ujar Pram sembari menghusap pipi kekasihnya.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu? Tapi kamu harus menjawabnya dengan jujur."
"Mau tanya apa?"
"Apa gaya berpacaran kamu memang harus seperti itu? Maksudku harus melakukan seks?"
"Ya. Gaya pacaranku memang seperti itu. Aku tidak akan berbohong padamu. Tapi, aku tidak pernah memaksa pacarku. Kami melakukannya atas dasar mau sama mau. Ini jawaban jujur dari aku."
Pernyataan dari Pram barusan membuat Flopia berfikir lagi dengan hubungan mereka. "Aku tidak mau melakukan seks sebelum menikah. Apa kamu keberatan?"
"Tidak. Aku menghargai keputusan kamu."
Flopia tersenyum dan memeluk Pram. "Terimakasih. Aku pikir kamu akan memutuskan aku."
Pram mengecup puncak kepala wanita itu. "Kamu tahu nggak sih? Alay... alay apa yang aku rasakan ke kamu?"
Flopia mendongak dan menggelengkan kepala. "Nggak tahu."
Pram mendekatkan bibirnya ke telinga Flopia dan berbisik pelan. "Alaypyuu."
Dan detik berikutnya mereka berdua tertawa yang diselingi dengan ciuman di bibir.
19-Mei-2017
Ada yang bisa ngalahin kegombalan bang Pram???
Btw, aku bikin cerita baru. Judulnya "CINDERELLA JAHAT" silahkan mampir dan gelar tikar juga nggak papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Flopia!
General Fiction(HELLO SERIES #2) Pramuda Prasaja. Pria berusia 26 tahun ini, memiliki sejuta pesona dalam dirinya. Dia merupakan tipe pria yang suka berpetualang dalam hal bercinta. Jelas, wanita jenis apapun sangat mudah untuk ia raih. Hobinya yang berselingkuh m...