8. Wanita Mana?

24.7K 2.4K 324
                                        

Pram langsung mengetuk pintu rumah kontrakan Langit begitu tiba di sana.

"Kita bicara di depan dulu. Ada yang mau aku bicarakan, sebelum bang Pram masuk ke dalam," Ujar Langit ketika membuka pintu.

"Jangan sekarang Lang, nanti saja. Abang mau lihat Flopia dulu."

Langit menahan lengan Pram yang memaksa untuk masuk ke dalam. "Ini kontrakan aku. Jadi bang Pram nggak boleh masuk tanpa seizin aku."

Pram berdecak kesal melihat tingkah Langit yang menghalangnya masuk. "Oke. Apa yang mau kamu bicarakan?"

"Kenapa bang Pram nggak bilang kalau kalian berdua sudah berpacaran?"

"Apa Abang harus minta izin dari kamu?"

"Putuskan dia."

"Apa?" Tanya Pram kaget.

"Aku yakin bang Pram dengar ucapanku tadi. Flopia itu udah aku anggap seperti saudara. Jadi aku nggak mau kalau Flopia dirusak sama bang Pram."

Pram menghela napas sesaat sebelum membalas perkataan Langit. "Dengar adikku tersayang. Kami berdua sama-sama cinta. Sudah empat bulan kami menjalin hubungan. Dan sejauh ini, aku tidak menidurinya. Jadi kamu tenang saja, Flopia aman sama Abang."

"Sekarang memang belum, tapi pasti nanti akan terjadi juga."

"Bisa kita hentikan pembicaraan ini Lang? Abang serius mau ketemu dia dulu."

Langit bergeser ke samping dan memberikan Pram jalan untuk masuk ke dalam kontrakannya. "Thank you," Seru Pram seraya menepuk bahu adiknya itu.

Pram langsung berjalan ke arah kamar Langit. Karena dia yakin Flopia tertidur di sana. Dan benar saja, begitu membuka pintu kamar itu ia melihat kekasihnya sedang tertidur pulas.

Pram masuk ke dalam dan duduk di pinggir tempat tidur. Dengan lembut ia membelai rambut Flopia. Di satu sisi ia merasa menyesal telah mengkhianati kekasihnya itu. Namun di sisi lain, Pram juga tidak bisa munafik bahwa ia membutuhkan pelepasan nafsunya.

Seandainya kamu mau melayani kebutuhanku, mungkin aku bisa setia sama kamu Flopia.

Lalu Pram memutuskan untuk ikut berbaring di sebelah kekasihnya. Menarik tubuh Flopia untuk mendekat dan memeluknya. "Maafkan aku," Gumamnya sambil mencium kening Flopia yang masih tertidur.

*****

Mendengar suara ribut dari arah luar, Flopia pun terbangun dan kaget melihat Pram ada di kamar bersama dengannya.

"Udah bangun?" Tanya Pram tersenyum dengan posisi masih berbaring memeluk tubuh Flopia.

"Hm... kamu kok bisa tahu aku ada di sini?"

"Tadi aku telepon kamu dan Langit yang jawab."

Flopia melingkarkan tangannya di tubuh Pram dan menyenderkan kepala di dada bidang pria itu. "Aku belum bilang sama Langit, kalau kita lagi pacaran. Soalnya dari dulu dia selalu nyuruh aku untuk menjauhi kamu."

"Maksudnya?"

"Langit bilang kalau aku itu temannya yang paling cantik. Bisa bahaya kalau abangnya yang playboy ketemu sama aku. Jadi sebisa mungkin aku disuruh untuk nggak nunjukin muka kalau ada kamu."

Adik sialan! Pantas saja selama ini aku nggak pernah tahu kalau dia punya teman secantik Flopia. Ternyata dia sembunyiin terus dari aku.

Hello, Flopia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang