3. Kim Seokjin [EDITED]

662 81 3
                                        

Washington DC.

"Sudah mengemasi barangmu, Seokjin –ah?"

Pemuda yang dipanggil Seokjin tersebut mengerjap beberapa kali setelah mendengar pertanyaan wanita paruh baya di depannya. Lamunannya tentang sekolah mewah yang berada di Seoul itu buyar seketika.

"Eomma –aku.."

"Pesawatmu besok adalah penerbangan paling pagi –beristirahatlah."

Seokjin menyimpan sendok dan garpunya. Helaan nafas berat terdengar dari mulutnya. Rahang pemuda itu mengeras, mati-matian ia menahan emosi yang dipendamnya sejak tadi.

"Eomma –aku tidak harus pergi kesana untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau sudah memiliki anak perusahaan EC Group dan itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita."

Wanita paruh baya itu menenggak wine dalam gelas tingginya. Ia nampak tenang namun ketegasan terlihat dari kedua matanya.

"Cukup Lee Seokjin. Aku melakukan ini untuk membahagiakanmu. Jadi ikuti saja apa yang aku perintahkan kepadamu. Apa kau tidak ingin diakui sebagai anak dari Lee Junho?"

"Aku memang bukan anak Lee Junho."

"Lee Seokjin!"

"Aku tahu jika kau menginginkan yang terbaik untukku. Tapi Eomma –memintaku untuk kembali kesana sama saja dengan kau menjerumuskan anakmu sendiri. Kau hanya akan melempar makanan pada kedua anak Lee Junho."

Seokjin hendak meninggalkan meja makan setelah mengatakan apa yang dipikirkannya beberapa hari ini.

"Kau salah, Jin –ah."

Seokjin kembali diam. Ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh Ibunya itu selanjutnya.

"Aku tidak akan melemparkan makanan pada kedua anak Lee Junho –tapi aku akan menjadikanmu umpan dan kau harus bisa lolos sebelum termakan, arra?"

Seokjin membuang muka.

Apa-apaan Ibunya itu?

Seokjin tahu jika rencana Ibunya itu adalah sebuah hal gila yang bisa saja malah menjerumuskan mereka berdua. Tapi Kim Seokjin sangat menyayangi wanita yang telah melahirkannya itu.

"Sudah lah, Eomma. Lebih baik aku pergi tidur sekarang."

Wanita itu tersenyum. Seorang anak memang selalu mematuhi apa yang sang Ibu katakan, bukan?

"Aku sudah meminta Jinki untuk menjemputmu di bandara besok." Seru wanita itu sebelum Seokjin menghilang.

"Aku tidak butuh dijemput."

Dalam mimpi terburuknya sekalipun –pemuda itu tidak akan pernah sudi untuk menginjakkan kaki di bangunan sekolah mewah itu. Semua yang ada di dalamnya hanya akan membuatnya mati karena emosi.

**

Bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Semua siswa berhamburan keluar kelas dengan wajah sumringah. Kafetaria ECUA adalah tujuan utama dari semua siswa tersebut. Begitu pun dengan Son Naeun –waktu istirahat adalah jam terfavoritnya, dengan cepat ia mengemasi buku kedalam loker kelas.

"Wend –ah, Soojung –ah –palli!"

"Lihat temanmu yang kelaparan itu, Wendy." Decak Soojung yang baru saja mengunci lokernya. Wendy hanya menimpali dengan mengangkat bahu.

"Padahal ia tidak melewatkan sarapannya di asrama."

Son Naeun menopang dagu, di kursi kantin yang setiap hari ia duduki. Dari sana ia bisa memerhatikan Taemin dari jauh.

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang