23. Joe, Julie : Trust No One 1/2

270 25 6
                                    

¹Kening Joe mengerut saat mendapati ruangan kerja Neneknya itu kosong, "Tidak ada?" 

Seorang sekretaris yang dikenalnya menghampiri, "Nyonya sedang ada tamu di ruang rapat, Tuan." Katanya, pemuda itu mengangguk lalu melenggang masuk dan mendudukan dirinya di sofa tamu. 

"Aku akan menunggunya disini." Ucapnya pada sekretaris tersebut. 

Joe hampir satu jam berada disana, "Aku tidak akan kemari jika tidak penting." Gerutunya. Ia menyandarkan kepalanya, menghela nafas kasar.

"Joe, bagaimana jika Halmae menarik semua sahamnya?" 

Pertanyaan Julie lewat telpon beberapa jam lalu membuatnya terganggu hingga ia harus menemui Neneknya secara langsung, apa yang dimaksud oleh Adiknya itu? Pasti ada yang tidak beres, pikirnya.

──

Lee Seokjin sore itu baru merapihkan beberapa tumpukan buku diatas meja belajarnya, menyusun semuanya sesuai dengan ukuran kecil ke besar, lalu melirik ponselnya yang sedari tadi bergetar disamping buku yang belum masuk kedalam rak.

"Yeoboseo?"

"Ohh, Jin ──ah!"

Seokjin menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya, "Eomma?" Sedikit bergumam dengan alis kirinya yang terangkat.

"Jin ──ah! Bisa bertemu denganku sekarang?"

Seokjin melirik jam tangannya, dengan sedikit ragu ia menjawab.

"Satu jam ──satu jam lagi aku akan menemuimu, kirimkan saja alamat dimana Eomma ingin bertemu denganku."

Sudah sebulan sejak Ibu nya itu berada di Korea, namun Seokjin tidak membiarkan Hyorin tinggal di apartemen miliknya. Entah tinggal dimana wanita itu, dan Seokjin tidak ingin tahu.

Pemuda itu segera meraih jaketnya yang tergantung di kursi belajarnya setelah mendapat sebuah pesan dari Hyorin.

──

Kim Ha In ──berusaha menelpon satu satunya cucu perempuannya setelah selesai menemui tamu tak diundang sore itu, namun nihil. Ia selalu dihubungkan pada operator, yang berarti ponsel cucu nya tersebut sedang tidak aktif.

Kepalanya berdenyut ketika ia melangkah menuju ruangannya, "Aku sudah tua" Keluhnya, "benar-benar ──tua yang sebenarnya." Ucapnya pelan saat membuka pintu.

Tidak cukup dengan kepalanya yang terasa berat, bahkan ia harus dikejutkan dengan kedatangan cucu laki lakinya yang sedang duduk di sofa dengan kedua kaki diatas meja.

Pemuda itu nampak terkejut saat Nenek yang ditunggunya tiba.

"Halmae!" Joe segera bangkit dan menghampiri Neneknya lalu memeluk wanita paruh baya itu dengan erat, tak lupa mencium pipi kanan dan kiri setelahnya. 

"Ada angin apa yang membuatmu mau datang ke kantor?" Tanya Ha In  dan memberi isyarat untuk Joe duduk dengan benar, pemuda itu langsung menurut.

"Julie menelponku ──dia minta pendapatku tentang saham-saham milikmu, Halmae."

Ha In menegakkan punggungnya, "Apa yang dia katakan padamu?"

Joe menggaruk pelipisnya, "Dia hanya bertanya tentang apa yang akan terjadi jika kau menarik semua saham milikmu. Aku rasa yang dimaksud Julie adalah saham di EC Group? Beberapa hari lalu aku menanyakan tentang file yang kau kirim padaku."

Ha In menatap serius cucu laki-lakinya, "Omong kosong apa yang kau bicarakan?"

Kening Joe mengerut, "Minggu lalu kau mengirimkan satu file padaku, Halmae. Dokumen tentang perjanjian pemutusan kontrak." Joe mengeluarkan ponselnya, mencari menu dokumen yang ia maksud untuk ditunjukkan pada Neneknya. 

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang