Prolog

11.8K 455 6
                                    

Leya menyesap coklat hangatnya sambil menatap nanar keluar Jendela. Daun-daun yang masih memutih tertutup salju bergoyang, tertiup angin yang mengantarkan rasa dingin dan menenangkan.

Alisnya terangkat saat matanya tidak sengaja menatap selembar kertas yang tergeletak di meja kayu tak jauh darinya.

Undangan Pernikahan.

Leya mengernyit dan menarik nafas dalam-dalam. Orang itu sudah bukan menjadi bagian hidupnya lagi, sudah tidak ada yang perlu di khawatirkan ataupun disesalkan. Semuanya sudah selesai... ya benar-benar sudah selesai. Tapi... kenapa justru terasa ada yang hilang...

"Berniat untuk datang ?"

Leya menoleh mendapati Kim Sohee yang entah sudah sejak kapan berdiri diambang pintu sambil melipat tangan di depan dada.

Leya memaksakan sebuah senyuman. "Tentu, untuk apa aku menghindar". Ucapnya dengan suara yang dibuat seringan mungkin.

Sohee hanya diam, matanya menilai raut wajah Leya yang redup walaupun ada seberkas cahaya senja yang masuk lewat jendela melewati wajahnya. Ia tersenyum kecil. "mau minum-minum ?"

Leya tertawa "Untuk yang satu itu, aku tidak pernah menang melawanmu".

"Khusus hari ini aku akan mengalah".

Leya tersenyum, menoleh kembali ke jendela kaca sambil menutup matanya yang tiba-tiba terasa perih. "aku baik-baik saja. Dia... maksudku Juna sudah tidak akan bisa menggoyahkan hatiku lagi. Semua benar-benar sudah selesai".

***

Saya plin-plan sama cerita ini 😭 Setelah di hapus, direvisi, akhirnya di publish ulang 😥

Semoga kali ini ada yang suka dan setia ngikutin ceritanya sampai selesai...
Terimakasih 😊

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang