Leya bangun keesokan harinya dengan perasaan yang tidak menentu. Secara fisik ia baik tapi tidak dengan hatinya.
Ia tahu betul semua ini terjadi karena ia mulai takut kehilangan Juna. Leya sendiri tidak pernah menyangka akan merasakan ketakutan seperti ini, ketakutan yang bahkan melebihi ketakutannya saat kehilangan bayi dikandungannya waktu itu.
Suara denting di ponsel yang tergeletak di meja nakas menyentaknya. Buru-buru ia membuka pesan masuk dan membacanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Kau sudah bangun?
Maaf tidak membangunkanmu saat aku pergi tadi pagi.
Aku takut kita kembali bertengkar dan membuatku semakin marah padamu.Aku mengajak Terence pergi memancing, hal yg selalu ingin kulakukan bersama anakku. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga Terence dan kupikir kita juga butuh waktu untuk memikirkan semua hal yang terjadi belakangan ini.
Sampai jumpa dirumah, aku mencintaimu...Leya memejamkan matanya yang basah. Lucu bukan, saat semuanya sudah lebih baik untuk mereka dan Leya justru menghancurkannya.
Ponselnya kembali berbunyi, kali ini sebuah panggilan masuk. Leya melihat nama Mrs. Lee di layar ponselnya.
"Leya,"
Leya memejamkan matanya mendengar suara halus wanita itu.
"Bibi apa kabar?" ucapnya berusaha mengatur suaranya yang serak.
"Bibi? Aku ingat sudah memintamu memanggilku Ibu."
Leya memaksakan tawa kecil. "Maaf Ibu, aku hanya belum terbiasa."
"Apa Joon ada disana?"
"Juna pergi memancing bersama Terence."
"dicuaca seperti ini? Apa Terence memakai baju hangat yang cukup? Juna ceroboh sekali membawa anaknya pergi di cuaca dingin ini!"
"Anaknya," ulang Leya tanpa sadar.
"ya, Terence Alexander putra Juna yang berharga." Suara Minyoung terdengar mantap.
"Ibu, aku tidak tau kalau, maksudku aku tidak..." Leya tidak bisa melanjutkan kata-katanya, terlalu sulit, terlalu menyakitkan.
"Maaf karena suamiku menyulitkanmu, tapi percayalah dia tidak membenci kalian. Dia hanya butuh waktu untuk menerima semuanya."
Mengangguk, Leya mengelap lelehan air mata di pipinya. "Terimakasih, terimakasih ibu sudah menerimaku juga Terence."
"Kau ini bicara apa," Suara Minyoung serak, menahan haru. "Justru aku yang berterimakasih karena kau selalu setia disisi Juna dan membuatnya bahagia. Untuk seorang ibu kebahagiaan anaknya adalah yang utama, bukankah begitu?"
Leya merasa tertohok dengan ucapan Minyoung, saat wanita itu melakukan apapun untuk putranya, Leya justru berusaha menyakiti Terence!
"Ibu, apa tuan Lee ada dirumah?"
"Ya," Jawab Minyoung tidak yakin.
"Kalau begitu aku akan kesana sekarang."
Jeda sesaat sebelum Minyoung kembali bersuara. "Kemarilah, sapa Ayah mertuamu yang tertunda selama 8 tahun."
***
Leya memantapkan langkahnya menuju taman belakang rumah Juna yang saat ini ditempati orang tuanya. Tujuannya jelas untuk bertemu dengan tuan Lee yang sampai sekarang masih menganggap Leya tidak pantas untuk putranya.
Minyoung menepuk pundaknya sebelum melangkah meninggalkan Leya yang berdiri tidak jauh dari suaminya.
"Aku tidak ingin bertemu denganmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
Romance[END] [18+] Satu hal yang Leya inginkan saat ini adalah hidup normal dan tenang! Tapi saat mata gelap itu menatapnya, mulai mengaburkan segala hal yang Leya percayai dan kembali menawarkan impian semu yang mustahil. Detik itu juga hari-hari tenang L...