Bab 11

3.3K 224 0
                                    

Leya tidak tau alasan Juna membawanya jauh-jauh ke Muscota Marsh pagi ini. Tadi ia baru saja selesai memandikan Terence dan membantunya sarapan ketika Juna datang dan memintanya ikut tanpa bisa menanyakan lebih lanjut kemana pria itu akan membawanya.

Leya memutuskan untuk memberi kesempatan untuk Juna. Walau bagaimanapun ia tidak bisa lari dari masa lalunya. Ia harus memulainya dari Juna untuk menghadapi mimpi buruknya sendiri. Saat semuanya nyaris terungkap ia ingin benar-benar mengakhirinya dengan cara yang pantas. Benarkah kau akan mengakhirinya? Leya mendesah dalam hati.

"Jadi... untuk apa kita kesini ?" katanya setelah Juna memarkirkan mobil.

"Kau akan tau nanti." Juna sudah bersiap keluar dari mobil.

"Aku tidak bisa lama. Aku harus menghadiri kelas jam 11 nanti."

"Kupastikan kau tidak terlambat." Juna mengedipkan matanya. "Ayolah..."

Leya memilih patuh daripada harus berdebat dan membuat suasana kembali canggung di antara mereka.

Juna berjalan lebih dulu ke arah jembatan kayu yang melintasi sungai Harlem. Berhenti di tengah jembatan dan memandang lurus ke kedalaman sungai.

"Berdoalah".

"Apa ?" Leya yang masih bingung ikut berhenti dan mengikuti arah pandang Juna.

"Doakan anak kita."

Leya terpaku. Ia sama sekali tidak berfikir Juna akan melakukan ini. Perasaan haru menyeruak di hatinya, dan ia tidak tau alasan air mata mulai menggenangi pelupuk matanya.

"Hey nak..." Juna memegang bagian belakang kepalanya. "Ini sangat canggung karena aku bahkan tidak tau kau sempat tumbuh di perut ibumu."

Leya mengangguk saat Juna menoleh kearahnya.

"Tapi sebagai seorang ayah aku tetap menyayangimu dan berharap kau mendapat tempat terbaik di atas sana."

"Aku... " Leya menarik nafas panjang sebelum melanjutkan dengan suara lemah yang bergetar. "Aku minta maaf karena tidak bisa menjagamu dengan baik. Seharusnya kau sudah lahir dan menjadi anak laki-laki yang tampan sekarang."

"Apa dia laki-laki ?"

Leya memaksakan sebuah senyum. "Aku sempet memeriksa jenis kelaminnya saat aku pergi ke dokter."

"Seharusnya aku sudah bermain bola dengan anakku sekrang." Juna tersenyum walau matanya menyorotkan kesedihan yang dalam.

Juna melemparkan setangkai krisan putih yang entah sejak kapan di bawanya ke sungai. "Berbahagialah..." ucapnya dengan nada tenang dan memberikan setangkai lagi untuk Leya.

Leya tampak ragu namun ia mengambil setangkai krisan itu dan ikut melemparkannya ke sungai.

"Anak kita sudah bahagia disana." Ucap Juna memeluk Leya dengan sebelah tangannya.

Leya masih diam dan larut dalam harunya sendiri. Ia memiringkan kepalanya bersandar di dada Juna untuk melepaskan sisa-sisa air matanya yang berdesak.

"Bisa kau antar aku keyayasan sekarang ?" ucap Leya setelah merasa lebih tenang.

"Kau baik-baik saja ?"

Leya mengangguk yakin. "Aku baik-baik saja. Anak-anakku sudah menunggu disana."

Juna tersenyum sebelum menurunkan tangannya untuk menggenggam tangan Leya dan menghelanya ke mobil meninggalkan Muscota Marsh.

***

Juna menjalankan mobilnya dengan sangat lambat melewati jalan utama Flushing eve ke Jefferson st, tempat gedung yayasan di bangun.

"Terimakasih untuk tumpangannya." Ucap Leya sambil melepas seatbelt.

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang