Bab 1

9K 389 8
                                    

"Kau punya ide yang lain Miss Kim ?"

Suara Sean Murray menyadarkan Leya dari lamunannya. Sungguh ia adalah orang yang profesional. Saat perusahaan iklan milik Murray coorp menawarkan kerja sama padanya, Leya langsung menerimanya tanpa berfikir.

Tentu saja, bagaimana tidak ?! Dia hanya seorang pelukis yang tidak percaya diri menjual hasil lukisannya pada pameran manapun. Leya bahkan hanya pernah melukis untuk beberapa sampul buku/novel. Melukis baginya hanya sebagai hobby.

Tapi saat hobbymu di akui orang lain dan dihargai dengan jumlah yang pantas, kau tidak mungkin menolaknya bukan ?
Tapi sekarang Leya mulai meragukan keputusannya.

"Saya fikir ide anda tadi sangat menarik untuk iklan ini".

"Saya juga berfikir begitu. Juna bagaimana denganmu ?"

Leya menahan nafas saat nama orang yang sedari tadi menatapnya itu di sebut.

Juna duduk di sisi meja yang lain, tidak lurus dengan Leya. Namun sepertinya pria itu sengaja memiringkan tubuhnya menghadap Leya.

"Ku harap proyek ini akan sukses. Aku mempertaruhkan banyak hal untuk ini". ucapnya santai tidak formal.

"Baik kita sepakat". Sean berdiri dari duduknya diikuti Juna juga Leya. "Saya harap kerja sama ini akan menguntungkan kita semua. Kami mengandalkan hasil lukisan anda, Miss Kim". Sean menjabat tangan Leya.

"Tentu. Anda bisa mempercayakannya pada saya".

Entah sengaja atau tidak, sebelum Leya berbalik untuk bersiap menghadapi Juna, pria itu sudah menghilang entah kemana.

"Dimana Juna ?" Sean tampak celingukkan. "Dia itu benar-benar! Maafkan dia Miss Kim, dia memang suka seenaknya tapi dia adalah teman terbaik saya".

Leya mengerutkan alisnya dalam. Sean teman baik Juna. Nah itu pengetahuan yang baru baginya, karena jika ia tau dari awal, tentu ia tidak akan mengambil pekerjaan ini!

Setelah berpamitan dengan agak kaku, Leya meninggalkan ruang rapat. Ia mendesah menatap jam tangan kuno yang masih setia menempel di pengelangan tangannya selama lebih 13tahun. Leya masih punya waktu 2jam sebelum kembali ke yayasan untuk mengajar.

"Jadi... kau terlihat baik".

Leya tersentak, hampir terhuyung, tidak siap mendengar suara berat yang kini menyapanya. Ia menoleh, berusaha menormalkan ekspresinya.

"Senang bertemu denganmu, Sudah lama sekali ya. Bagaimana kabarmu ?" ucap Leya dengan senyum yang di paksakan.

Juna menaikkan sebelah alisnya. Tubuhnya bersandar di dinding dengan kedua tangan yang di jejalkan kedalam saku celana. Juna selalu terlihat tampan, dengan mata sipit yang hanya menyisakan segaris tipis saat ia tersenyum.

Leya refleks menggeleng. Sudah cukup Leya! Ini sudah 8tahun!

"Ekspresimu mengatakan sebaliknya".

Senyum pura-pura Leya luntur. "Syukurlah kau mengerti tanpa aku harus repot-repot menumpahkan sumpah serapahku padamu!"

"Sebegitu bencinya kah kau padaku ?"

"Haruskah aku menjelaskannya ?!"

Juna menggeleng, mengeluarkan sebelah tangannya dari saku celana dan membawanya di ujung kerah kemeja. Melonggarkan dasi.

Leya bersumpah akan membenci dirinya sendiri karena selalu tertarik untuk memperhatikan semua hal yang dilakukan Juna.

"Kuharap hubungan kita 8tahun lalu tidak akan mempengaruhi kerja sama yang baru saja kita mulai".

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang