Bab 7

3.7K 277 5
                                    

Sudah hampir 10 kali Leya memutar-mutar ponselnya. ya Sohee tidak mungkin salah menghitung karena ia memperhatikannya.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan ?"

"eh Sohee kapan kau datang ?"

Sohee mendesah. "Aku bahkan tidak keluar sama sekali."

Leya mengangguk kecil tapi tangannya masih sibuk memutar-mutar ponsel.

"Menunggu telpon seseorang ?"

"Tidak."

Sohee tersenyum. "Kenapa tidak langsung telpon saja ?"

"Kenapa aku ? Dia yang berhutang maaf bukan aku."

"Jadi seharusnya dia yang menelpon."

"Tentu saja."

"Dan kau menunggunya."

"Tentu sa... eh ?"

Sohee tertawa. "Kau bertingkah seperti remaja saja." Sohee duduk di samping Leya di sofa. "Tidak ada salahnya kalau kau yang menelpon lebih dulu."

"Menurutmu begitu ?"

"Ya. Cepat telpon."

Tanpa mengatakan apapun Leya langsung melompat ke kamarnya meninggalkan Sohee yang menggeleng-geleng gemas.

Leya duduk di ranjang menatap ponselnya yang menampilkan nomor kontak Juna. Ia baru saja akan menekan tanda panggil ketika ponselnya berdering. Juna menelpon! buru-buru ia menekan tanda jawab.

"Juna!" katanya dengan nada bersemangat.

"ya Leya ? Apa sesuatu terjadi ?"

Leya tidak bisa menahan senyumnya mendengar suara Juna yang sarat dengan nada cemas. "Tidak. Aku hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu."

"Beberapa hal ?"

Leya bisa membayangkan sebelah alis Juna yang terangkat di ujung sana. "Ya. Errr ini tentang kita, juga Terence tentu saja."

"Sepertinya aku tau apa yang ingin kau bicarakan ? Tapi kau harus tau aku tidak akan mau menjauhi kalian. titik."

"Dengarkan aku dulu. Aku..."

"Tidak!" Sela Juna tajam. "Aku selalu mendengarkanmu dan hal itu cukup menyakitiku. Sekarang giliranmu mendengarkanku!"

Leya menghembuskan nafas lemah. "Besok kita bertemu untuk membicarakan hal ini."

"Besok tidak bisa. Aku sedang berada di London, urusan pekerjaan. Kita bertemu hari jumat."

Leya mengangguk, berusaha menutupi rasa kecewa tapi sepertinya gagal. "Baiklah sampai bertemu hari jumat."

"Mmmm. Bagaimana kabarmu ?"

Leya tertawa. "Aku tidak mungkin lupa tapi kita baru saja bertemu 2hari yang lalu. Dan kau sudah menanyakan kabarku lagi ? Oke, aku baik-baik saja."

"Aku senang mendengarmu baik-baik saja." Ada kelegaan disuaranya. "Jaga Terence ya, aku akan segera pulang dan menemui kalian." katanya penuh janji

Tanpa sadar Leya mengangguk patuh. "Akan kulakukan."

"Leya..."

"Ya ?"

"Aku merindukanmu."

Satu kalimat yang membuat Leya menahan napas. Ia pasti akan pingsan jika tidak cepat-cepat sadar dan mulai mengendalikan napasnya. "Aku harus menidurkan Terence sekarang." ucapnya lirih. Otaknya sudah tidak mampu bekerja untuk menemukan kata yang lain lagi."

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang