5 tahun kemudian~
Leya melepaskan tawa untuk kesekian kalinya saat melihat putranya yang kini sudah tumbuh tinggi dan tampan sedang bermain lempar bola dengan Zac dan Jasper.
"Akhirnya kita bisa berlibur," Andrea merebahkan tubuhnya di ayunan jaring di samping Leya.
Saat ini mereka sedang berada di Bidwell, British Columbia. Juna yang memang sudah lama tidak berlibur mengajak Leya, Terence, juga sahabat-sahabatnya untuk datang dan menikmati musim panas disini.
"Aku benar-benar ingin ikut para lelaki ber arung jeram." ucap Naomi yang sedang menggendong Seth yang baru berusia 1 tahun. "curang sekali mereka!"
"Kau hanya perlu duduk dan menikmati liburan kita Naomi," sahut Andrea sambil menepuk sisi lain ayunannya.
"Aku tidak pernah berfikir akan naik perahu karet disungai dengan arus sebesar itu," ucap Leya bergidik membayangkan ucapannya.
"Itu mengasikkan! Kau sangat tidak beruntung karena tinggal di Denver dan belum pernah ber arung jeram!" sahut Naomi bersemangat.
"Jangan dengarkan dia, Leya. Arung Jeram sangat tidak mengasikkan terlebih lagi melakukannya di Chilko seperti yg mereka lakukan!" timpal Andrea masih dengan posisi setengah berbaring.
"Sayang, bisa kesini sebentar." Juna melambaikan tangan memanggil Leya.
Leya berdiri, mengikuti Juna yang sudah berjalan lebih dulu. Mengabaikan Naomi dan Andrea yang menatapnya ingin tau.
Juna berhenti di tepi sungai Chilko dan duduk di atas potongan kayu. Ia membersihkan sisi yang lain sebelum meminta Leya untuk duduk.
"Senang ya bisa berlibur," ucap Leya memecah keheningan.
Mengangguk, Juna melemparkan kerikil kecil ke dalam sungai. "Ini memang hadiah untukmu karena sudah bekerja keras."
Tersenyum, Leya mengangguk setuju. "Ada yang ingin kukatakan."
"hmm katakanlah."
Tanpa keraguan sedikitpun, Leya menoleh pada suaminya. "Aku ingin kau menikah lagi."
Juna mengerutkan alisnya, tidak menjawab namun rahangnya mengeras bukti ia tidak menyukai gagasan bodoh yang di katakan Leya.
"Sudah 5 tahun, kita sudah berusaha dan aku masih belum bisa memberikanmu keturunan. Maafkan aku."
"Jika posisinya dibalik, Jika aku yang kekurangan apa kau akan menikah lagi saat aku memintanya?"
Leya terdiam, tidak menemukan apapun untuk membalas perkataan Juna.
Juna memeluk Leya, membenamkan wajah wanita itu di dadanya. "Kebahagiaanku bukan hanya soal keturunan tapi keberadaanmu. Aku sama sekali tidak kecewa dengan apa yang terjadi diantara kita, karena kau selalu disisiku. Aku tidak akan meminta lebih dari yang bisa Tuhan berikan untukku."
Mengeratkan pelukannya Leya tersenyum dalam pelukan Juna. "Aku tau kau akan mengatakan itu."
Juna melepaskan pelukannya, menatap Leya yang sedang menahan tawanya. Menyipitkan mata, Juna bergumam "Kau sedang mengerjaiku?"
Tertawa, Leya ikut melepaskan pelukannya. "Aku tidak akan melakukan itu, dan kalau hal itu benar-benar terjadi aku akan langsung memusnahkanmu dari muka bumi."
"Kau menyeramkan sekali." Juna memasang wajah kesal. "Kalau begitu tidak akan ada bunga untuk seminggu ke depan."
"Aku akan menelpon Jemma untuk kiriman bunga rutin dan mengirimkan tagihannya ke kantormu."
Tertawa, Juna merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukan. "Aku tidak bisa menang melawanmu."
Leya mendongak, menatapnya dengan mata berbinar bahagia. "Aku mencintaimu."
Juna mengulas senyum lebar. "Aku lebih mencintaimu."
"Terimakasih sudah bersabar untukku,"
"Terimakasih karena mau menungguku,"
"Terimakasih karena sudah melengkapi kebahagiaanku,"
"Terimakasih karena menyukai masakanku,"
Kali ini Leya tertawa. Mengingat kembali saat Juna memasak omelet yang rasanya sangat... Leya sampai tidak bisa menemukan kata untuk menggambarkannya. Juna, Dapur dan masakan bukan kombinasi yang tepat!
Juna menunduk, mendekati wajah Leya dan mencium bibirnya dengan sangat lembut.
Bagi Leya sebanyak dan sesering apapun mereka berciuman tidak pernah sekalipun jantungnya bisa berdetak normal. Apapun yang Juna lakukan selalu special bahkan hanya dengan sentuhan dan genggaman tangan, lalu bagaimana bisa ia berfikir untuk hidup tanpa pria itu disisinya.
"Juna, makanan sudah siap. Bawa Leya kesini," Teriak Darren dari kejauhan.
"Sebentar lagi kami datang," sahut Juna.
"Kalian bisa kembali kekamar, banyak serangga di semak-semak, tidak seharusnya kalian melakukan itu disana." kali ini Sean yang berteriak dengan nada jahil dan mengejek.
Leya dan Juna tertawa sebelum kembali melebarkan tangan dan saling memeluk.
"Ayo sahabat-sahabatmu sudah menunggu."
Juna berdecak, "Mereka hanya bagian kecil dari hidupku, tapi kau segalanya untukku."
Leya mencubit perut Juna. "Sean akan marah jika mendengar ini."
Juna tersenyum, mengurai pelukannya dan menggenggam tangan Leya. "Jangan lepaskan lagi ya."
Leya ikut tersenyum, menatap tangannya di dalam genggaman Juna.
"Tidak akan pernah." ucapnya dengan senyuman lebar penuh keyakinan.
I vow to love you,
and no matter what challenges might carry us apart,
we will always find a way back to each otherEnd
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
Romance[END] [18+] Satu hal yang Leya inginkan saat ini adalah hidup normal dan tenang! Tapi saat mata gelap itu menatapnya, mulai mengaburkan segala hal yang Leya percayai dan kembali menawarkan impian semu yang mustahil. Detik itu juga hari-hari tenang L...