Semua dimulai dari saat itu. Ya semuanya dimulai dari saat itu! Jika saja Juna bisa bersikap lebih berani, semua ini tidak akan terjadi.
"Aku harus pergi." Juna memasukkan pakaiannya kedalam tas dengan kasar. ia tidak peduli bahkan jika ada pakaian yang robek atau terkoyak karena tindakannya itu.
"Tapi kenapa ? Setidaknya aku harus tau alasannya."
Juna menolak untuk menoleh, lebih tepatnya ia tidak boleh menoleh. Melihat gadis itu bisa membuat semuanya berantakan. Juna tidak akan siap menatap matanya yang mungkin kini sudah berembun karena sikapnya.
"Karena aku tidak ingin hidupku hancur." Juna mengernyit menahan perasaannya yang kian sesak. "Disini bukan tempatku. Aku tidak bisa melakukannya lagi."
"Aku..." suara gadis itu bergetar. "Aku akan melepaskan mimpiku. Aku akan berhenti melukis." mendongak, membiarkan lelehan air mata membasahi pipi putihnya. "Tapi... Biarkan aku mengikutimu."
Juna memejamkan matanya. Perih. Sangat. Saat ini ia merasakan dorongan yang besar untuk melukai dirinya sendiri!
"Aku memilih keluargaku. Dan kau tau apa artinya ?" Juna menoleh mengeraskan hatinya, sebelum mengucapkan kalimat yang menghancurkannya. "Tidak akan ada seorang Leya dalam masa depanku!"
***
"Jadi bagaimana ? kau suka dengan ideku ?"
"hmm kau bisa mengaturnya sendiri." Juna dengan suara dingin di balik meja kerjanya yang penuh dengan berkas dan laptop.
Jemma mematung. jelas wajahnya kecewa mendapatkan respon seperti itu, tapi ia lebih memilih untuk tetap tersenyum. "Aku hanya ingin memberitahumu. Ini untuk kita".
"Kau benar." Kurt yang dari tadi hanya memperhatikan kini ikut bersuara. "Tapi Juna sedang banyak pekerjaan bukan ? Kau bisa kembali besok dan melanjutkan pembicaraan ini." Lanjutnya menengahi.
"Aku tau." Suara Jemma mengambang masih menatap Juna yang memfokuskan perhatiannya pada Laptop tanpa menatapnya. "Sebaiknya aku pergi sekarang." Jemma menarik tas tangannya di meja dan berdiri.
"Mau kuantar ?" tawar Kurt.
Jemma menggeleng. "Terimakasih."
"Kau keterlaluan!" Desis Kurt sesaat setelah Jemma meninggalkan ruangan itu. "Aku tau kau tidak menginginkannya, tapi pikirkan perasaan Jemma. Gadis itu pasti sangat kecewa dengan sikap dinginmu!"
"Justru ia akan lebih terluka jika aku memperlakukannya dengan baik!" Juna mendongak dengan raut wajah yang menakutkan, menatap tajam kearah Kurt. "Aku sedang tidak ingin berdebat! Percayalah aku tidak menginginkan hal ini terjadi!"
Kurt menghembuskan nafas panjang. "Sejak Mr. dan Mrs. Collins –orang tuanya- meninggal dalam kecelakaan itu, dunianya berubah. Dia hanya membutuhkanmu dan kau... kau sudah berjanji akan menjaganya didepan makam orang tuanya..."
"Menjaganya bukan berarti harus menikahinya!" Juna menyela tajam. Ia mengerjap sebelum melanjutkan dengan nada lembut membayangkan Jemma. "Aku akan menjaganya dengan cara memilihkan pria terbaik untuknya, aku juga akan memastikan hidupnya selalu bahagia dan tidak kekurangan apapun. Aku akan melakukan segalanya untuknya, bahkan dengan mengorbankan nyawaku sendiri, tapi untuk menikahinya... kau tahu betul aku tidak bisa melakukan itu..."
"Karena Leya" putus Kurt keras. "Leya tidak sebanding dengan Jemma! Kalau ia mencintaimu ia tidak akan meninggalkanmu dan menunggumu di Denver waktu itu!"
"Kurt..." Suara Juna menggeram dan penuh peringatan.
"Aku selalu menghormatimu sebagai bosku, sebagai temanku, dan sebagai sepupuku, tapi... untuk yang satu ini aku menyesali sikapmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
Romance[END] [18+] Satu hal yang Leya inginkan saat ini adalah hidup normal dan tenang! Tapi saat mata gelap itu menatapnya, mulai mengaburkan segala hal yang Leya percayai dan kembali menawarkan impian semu yang mustahil. Detik itu juga hari-hari tenang L...