"Gilaaa! Kak Sena ganteng banget!" Teriak salah seorang siswi di pinggir lapangan.
Sekarang, kelas Sena—12 IPA 1, sedang sparing futsal dengan kelas 12 IPS 1. Sama-sama kelas bilingual, tetapi beda pandangan dan beda pemikiran.
"Eh, tapi itu kak Azra gak kalah gantengnya juga! Sumpah! Ganteng banget mereka berdua!" Saut siswi lainnya.
Ini lah kata-kata yang selalu Shenna dengarkan saat menonton Sena yang sedang bermain di lapangan. Ia hanya bisa bungkam tanpa bisa berteriak, 'itu cowok gue, keren kan!', karena tidak akan bisa.
Hubungannya dengan Sena, belum terekspos kemana-mana karena Shenna yang memintanya. Sering kali Sena mencoba untuk menunjukkan bahwa ia dan Shenna berpacaran, tetapi Shenna selalu menghindar.
Shenna minder. Shenna malu. Anak weird dan nerd seperti Shenna, berpacaran dengan seorang lelaki seperti Sena. Ia tak mau kena bully, cukup saat SMP saja.
Piiiit!
Peluit penanda waktu berakhir ditiup. Sena dengan keringatnya, terlihat tambah tampan. Apalagi saat ia mengacak-acak rambutnya. Semua siswi meleleh dibuatnya.
Baru saja Sena hendak menghampiri, Shenna langsung beranjak dari tempatnya, menuju kelasnya yang sepi. Sena langsung berlari mengejar Shenna. Para siswi berteriakan saat melihat Sena berlari. Membuat dirinya terlihat lebih tampan saat berlari.
"Shen?" Panggil Sena seraya masuk ke dalam kelas Shenna.
"Kenapa, Kak?" Tanya Shenna dengan nada tak punya salah.
"Kenapa sih lari terus?" Tanya Sena sambil duduk di sebelah Shenna. "Ini kalau ada orang juga, pasti kamu langsung kabur."
Shenna tertawa pedih, "Kakak kan tau kenapa aku kayak gitu."
"Iya tapi sampe kapan kita mau kayak gini? Gak capek backstreet terus?" Tanya Sena dengan nada agak kesal.
"Kakak marah?" Tanya Shenna hati-hati.
"Ya gak gitu juga Shenna. Kakak mau nunjukkin ke semua orang, ini loh pacar gue," kata Sena, yang membuat Shenna agak terbang. "Apa kamu malu punya pacar kayak aku?"
Shenna terkejut, "Harusnya yang nanya itu aku. Emangnya kakak gak malu punya pacar kayak aku? Aku cuma seorang murid bully-an waktu SMP Kak."
"Aku udah tau kok, Yesha udah cerita semuanya sama aku. Tapi dia juga cerita kok kamu yang sebenarnya kayak gimana. Kamu gak kayak yang orang-orang lain pandang."
"Ya tetep aja, aku malu. Aku juga gak mau bikin Kakak malu waktu ditatap dengan tatapan aneh sama cewek-cewek lain pas Kakak jalan bareng aku," balas Shenna.
"Kata siapa? Malah aku bangga kali," Sena tersenyum. "Yaudah, aku tunggu sampe kamu siap deh."
Shenna mengulum senyum ke arah Sena, "Makasih, Kak."
Sena menganggukkan kepalanya, "Yaudah, aku balik ke lapangan ya. Aku tunggu kamu di sana."
Sena hanya tersenyum dan mengangguk.
***
"Kata Abang, lo masih ga mau nge-ekspos hubungan lo ya?" Tanya Yesha sembari menyomot kerupuk milik Shenna.
"Iya, Sha," balas Shenna dengan nada yang Yesha tak mengerti.
"Apaan sih, gausah malu-malu gitu lah, Shen. Harusnya lo bangga punya Sena. Apalagi, dia gak malu juga kok sama lo."
"Ya tapi gimana Sha, gue trauma dibully."
"Yailah Shen, siapa sih yang mau bully lo kalau ada Sena di sisi lo? Ga bakal ada coy," kata Yesha. "Orang galak kayak Sena ada yang mau deketin, ga bakal," gumam Yesha.
"Apaan Sha?"
"Hah?" Yesha terkejut. "Nggak, nggak apa-apaan."
"Dasar gak jelas," ledek Shenna.
Suasana kantin begitu ramai karena hari ini memang free class untuk semua kelas. Guru-guru sedang sibuk mengurus jadwal kelas 12 karena sebentar lagi akan memasuki tahun baru dan masa sibuk-sibuknya kelas 12.
Shenna yang sedang memakan ketopraknya, tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang tidak asing baginya. Ia menepok-nepok Yesha.
"Sha, itu siapa sih?" Tanya Shenna penasaran.
"Itu? Itu mah mantannya abang gue Shen," ceplos Yesha.
"Mantan?" Shenna memastikan.
Yesha menoleh ke arah Shenna, lalu menutup mulutnya.
"Mantan? Tapi kok, kemarin pas ketemu dia malah gak mau sih?" Shenna tambah penasaran.
"Ah, tau ah! Ngomongin Sena mulu, emang gak gumoh? Gue sih gumoh!" Yesha mengalihkan pembicaraan.
Mantan? Tanya Shenna dalam hati.
***
Sena menyandarkan tubuhnya di pintu kelas Shenna, menunggu Shenna yang sedang siap-siap.
"Ngapain ke sini?" Tanya Shenna saat semua temannya sudah keluar.
"Nunggu kamu."
"Tapi, nanti pada--"
"Udah sih, orang udah sepi juga," kesal Sena.
Shenna hanya diam sambil merapikan buku-bukunya. Setelah selesai, Shenna langsung menghampiri Sena.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran di mana motor Sena berada.
"Ngomong-ngomong, kamu udah tau kan, kalau cewek kemarin sekolah di sini?" Tanya Shenna saat Sena sedang mengendarai motornya.
Mata Sena membulat saat mendengarnya.
"Kebetulan banget ya. Kemarin ketemu, eh hari ini ketemu juga sebagai satu murid di sekolah ini," kata Shenna.
"Sejak kapan dia di sini?" Tanya Sena.
"Gak tau, tapi aku baru liat dia hari ini. Mungkin, dia baru masuk."
Shit, batin Sena.
"Kenapa emangnya?" Tanya Shenna balik.
Sena hanya menggelengkan kepalanya.
Sekitar 15 menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Shenna. Shenna turun dari motor Sena.
"Makasih ya Kak," Shenna tersenyum.
Sena menganggukkan kepalanya, "Sama-sama, Sayang. Yaudah, duluan ya."
"Gak mampir dulu gitu?" Tanya Shenna.
"Gak dulu ya, Shen. Capek," keluh Sena dengan wajah imutnya.
Shenna malah tertawa, "Yaudah, hati-hati ya."
Sena menarik gas motornya, sedangkan Shenna melambaikan tangannya ke arah Sena yang kian lama kian menjauh.
"Sena aneh banget kalau lagi ngomongin cewek itu," gumam Shenna.
***
Jumat, 24 Maret 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Yet Real
Teen FictionSemua memang aneh, tapi ini semua nyata, bukan ilusi. Copyright © March 2017 by Bilbile