SS-5

1K 88 1
                                    

Shenna berlari sekencang-kencangnya, berharap bel sekolahnya belum berdering sesampainya ia di gerbang sekolahnya.

Nafasnya terdengar ngos-ngosan, dadanya naik turun mengikuti ritme nafasnya. Ia memegang dadanya sesampai di gerbang sekolahnya, "Alhamdulillah."

Shenna melirik jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Jam 6.28, artinya 2 menit lagi bel akan berdering seantero sekolah. Senyumnya mengembang, bersyukur karena ia belum telat.

Sesaat ia kembali memandang ke depan, tepat saat itu juga ia menabrak seseorang dengan keras.

"Eh, maaf!" Spontan Shenna berteriak.

Orang yang ditabrak menoleh, lalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Iya, gapapa."

"Kak Azra?"

"Eh, iya, ceweknya Sena," Azra terkekeh.

Shenna memasang mimik muka ketakutan, ia meletakkan salah satu jari telunjuknya ke depan bibirnya, "Sshh, jangan kenceng-kenceng Kak."

Kedua alis Azra naik, "Loh, kenapa? Harusnya bangga dong, jadi pacarnya idola di sekolah."

Shenna menggelengkan kepalanya, "Bukan gitu. Kasian kalau pada tau kak Sena pacaran sama cewek kayak aku."

Azra tertawa lalu menepuk pundak Shenna, "Jangan minder kali, Dek. Biarin aja orang bilang apa, yang penting kamu bahagia sama Sena."

Shenna hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Kelas kamu di mana?" Tanya Azra.

"Sepuluh Mia satu, Kak."

"Searah, yaudah bareng aja sama aku yuk," ajak Azra. Shenna lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Azra dan Shenna berjalan beriringan menuju kelasnya yang berada di satu lorong.

Dari kejauhan, Sena memerhatikan keduanya dengan mata yang sudah menyipit dan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

Shenna dan Azra mendatangi Sena dengan Azra yang sudah tersenyum lebar, "Nih, Sen, gue jagain cewek lo sampe ke lo dengan selamat."

Bukannya berterimakasih, Sena malah menggeplak lengan Azra, "Jangan deket-deket, pergi sana."

Azra yang terdorong sedikit akibat pukulan Sena yang agak keras malah tertawa, "Bukannya makasih lo," Azra langsung melenggang pergi.

Shenna menundukkan kepalanya di hadapan Sena, "Aku, masuk ya Kak. Udah pada siap juga di mejanya masing-masing."

Sena tersenyum manis, "Yaudah sana," ia mengacak rambut Shenna lalu membalikkan badannya menuju kelasnya.

Di tempatnya, Shenna tersenyum senang.

Merasa hubungannya tak ingin dipublikasikan, tapi merasa ingin diakui di depan semua orang bahwa ia adalah milik Sena dan Sena miliknya satu-satunya.

***

Sena tersenyum saat Shenna sedang berjalan ke arahnya yang sedang berdiri menyender pada motor besarnya.

"Udah piketnya?" Tanya Sena.

Shenna hanya mengangguk dengan senyuman yang menghias wajahnya.

"Yaudah yuk."

"Kemana?" Shenna memiringkan kepalanya ke arah Sena.

"Ke rumah aku."

"Oke!" Senyum lebar terpapar jelas di wajah Shenna.

Sena dan Shenna pun langsung bergegas ke rumah Sena dengan motor besar yang dikendarai Sena. Di sepanjang jalan, hanya ocehan Sena-lah yang Shenna dengarkan. Ocehan tentang betapa ngantuknya Sena saat guru Sejarahnya menjelaskan materi, betapa kesalnya Sena saat ia ingin presentasi tetapi waktu bel pulang sekolah langsung berdering. Shenna hanya tertawa, senang mendengarkan ocehan kekasihnya.

Tak terasa, mereka sampai di depan rumah Sena. Shenna langsung turun, disusul oleh Sena setelah mencabut kunci motornya. Sena langsung merangkul Shenna dan membawanya masuk ke dalam rumahnya. 

"Bi, Sena pulang!" Teriak Sena.

Bibi mendatangi Sena lalu tersenyum, "Bibi udah siapin makan Mas Sena buat Mas sama pacar Mas yang cantik."

Shenna terkekeh malu, "Bibi bisa aja."

"Yah kan, Bi, jadi ge-er kan dia gara-gara Bibi."

Mereka bertiga tertawa bersama akibat kalimat yang Sena lontarkan. Sampai akhirnya seseorang datang dan membuat tawa itu terhenti dalam sekejap.

"Sen? Udah pulang?" Senyumnya mengembang.

Kebalikannya, senyum Sena yang awalnya merekah kini malah hilang. Wajah riangnya itu berubah menjadi wajah penuh benci.

"Bi, Sena makannya nanti aja," Sena langsung merangkul Shenna di pinggulnya lalu melangkahkan kakinya bersama.

"Sen," Riana memegang pundak Sena saat Sena hendak melewatinya. Membuat Sena memberhentikan langkahnya.

Sena menatapnya dengan tatapan sinis dan menghempaskan tangan Riana "Apa?"

"Dia siapa?"

"Oh ya, belum kenal ya," kata Sena dengan nada sarkasme. "Sini, gue kenalin."

Sena mengambil tangan Shenna lalu mengulurkan tangan Shenna ke arah Riana, "Ini masa depan gue yang gak pernah nyakitin gue, namanya Shenna, adek kelas lo," Sena tersenyum sinis.

Shenna menatap Sena dengan tatapan bingung penuh tanya. Penasaran, tapi berfikir ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya.

"Riana, mantan Sena yang masih Sena sayangin," Riana tersenyum ke arah Shenna dengan penuh arti.

"Shenna," ucap Shenna lembut.

"Udah ya, gue mau berduaan sama Shenna di kamar. Berduaan sama pacar gue sendiri," Sena menekankan kata 'pacar' pada Riana.

Sena pun melongos begitu saja dengan membawa Shenna ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Sena, Sena langsung melempar tasnya ke asal tempat, lalu melempar badannya ke atas kasurnya.

"Kak Sen?" Panggil Shenna pelan dan lembut sambil duduk di kursi belajar Sena.

Sena langsung bangun dari posisinya dan menoleh ke arah Shenna, "Kenapa, Shenna?"

"Kenapa sih sama dia? Kok kamu menghindar banget? Udah gitu, kalau natap dia, kamu benci banget gitu," tanya Shenna dengan beribu pertanyaannya.

Sena malah terkekeh manis, lalu menatap Shenna tepat di manik matanya, "Kamu kepo banget sih, Shen."

Bibir bawah Shenna maju, membuat wajah Shenna terlihat imut dan membuat Sena gemas, "Ya kaaan, kepo dikit sama pacar gapapa."

Sena berdiri, lalu mendekat ke arah Shenna. Ia mengelus kepala Shenna lalu tersenyum manis ke arah Shenna, "Nanti juga bakal tau."

"Kapan?" Shenna menoleh ke atas saking tingginya Sena.

"Nanti."

Odd Yet RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang