"Pagi Sena," sapa Riana saat melihat Sena berjalan ke arah kulkas di dapurnya.
Sapaan Riana sama sekali tak Sena jawab. Sekali Sena benci pada seseorang, ia sama sekali tak ingin berurusan dengan orang itu, termasuk membalas sapaannya.
"Sen!" Teriak Riana.
Bibi yang sedang memasak di pagi Minggu ini pun, terkejut mendengar teriakan Riana.
"Kamu tuh denger sapaan aku gak sih, Sen! Dulu, kamu gak bisa gak aku sapa sekalipun tiap pagi!"
Sena tersenyum miring, "Itu dulu."
Sena mengambil susu kotaknya, lalu kembali ke dalam kamarnya dengan susu kotak yang akan ia minum nanti. Sedangkan di tempatnya, Riana malah menangis di pelukan Bibi.
"Itu orang, kalau udah pergi ya pergi aja. Gausah balik lagi," dumel Sena sembari jalan.
***
"Aku udah di depan, buruan dong, panas," kata Sena pada Shenna yang sedang ia telfon.
"Iya, iya, sabar sih," balas Shenna—yang sebenarnya agak merasa kasihan dengan Sena yang kepanasan.
Tak lama, Shenna pun keluar dari rumahnya, menemui sang kekasih yang sudah berada di motornya, siap untuk mengantarkan Shenna les.
Sena menyapa Shenna, pun Shenna. Setelahnya, Shenna langsung naik ke motor Sena.
Di jalan, Sena fokus memerhatikan jalan dan fokus menyetir. Sedangkan Shenna, ia mencari topik untuk dibicarakan dengan Sena.
"Oh iya Kak, ikan-ikannya gimana?" Tanya Shenna seketika.
"Sensen sama Shenshen?"
"Hah? Itu namanya?" Rasanya Shenna ingin tertawa.
"Iyalah, yang satu jantan yang satu betina, terus nanti bertelor deh, punya anak. Kaya kita nanti," Sena terkekeh.
Shenna malah tertawa, mengaminkan ucapan kekasihnya ini, "Aamiin."
Butuh beberapa menit untuk sampai tempat les Shenna, dan mereka pun sampai.
"Yaudah sana masuk, udah jam 12 lewat 45, 15 menit lagi masukkan?" Tanya Sena saat mereka sampai di lobby tempat les Shenna. Shenna mengangguk. "Yaudah, sana," Sena tersenyum seraya mengelus kepala Shenna.
Shenna hanya tersenyum malu-malu saat Sena memperlakukannya seperti itu.
Karena saking senangnya, Shenna pun tak sadar bahwa ada tangga kecil di bawahnya, sampai akhirnya ia tersandung dan hampir jatuh.
Di tempatnya, Sena terkejut.
Hampir saja kepala Shenna berciuman dengan lantai apabila Azra tidak menangkapnya cepat-cepat.
"Hati-hati dong," kata Azra—teman seangkatan Sena sekaligus teman ekskul.
Sena langsung berlari ke arah Azra dan mengambil alih Shenna, "Makasih, Zra."
Azra hanya menganggukkan kepalanya.
"Ma-makasih, Kak," kata Shenna.
"Lo kok di sini Sen?" Tanya Azra, membuat Shenna agak deg-degan.
"Nemenin cewek gue," kata Sena dengan bangga.
"Siapa?" Azra menoleh ke arah Shenna, "Dia?"
Sena menganggukkan kepalanya.
Dalam hati, Shenna berteriak sekeras-kerasnya menyuruh Sena jangan mengungkapkan bahwa Shenna adalah kekasih Sena. Karena Shenna tidak mau kabar itu cepat tersebar karena Azra tau mereka berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Yet Real
Teen FictionSemua memang aneh, tapi ini semua nyata, bukan ilusi. Copyright © March 2017 by Bilbile