"Shennaaaa, lo baik-baik aja kan?" Yesha langsung berlari ke arah Shenna kala ia sampai di kelasnya.
Shenna hanya tersenyum manis ke arah Yesha, "Maafin gue. Coba kemarin gue gak ninggalin lo duluan. Ah, gue bego banget sih."
Shenna tertawa canggung, "Gak apa-apa kali Sha. Kan gue juga yang nyuruh lo beli kado buat kak Sena."
"Lagian ya, tuh cewek ngapain sih ngelabrak lo. Gak lucu banget tau gak. Tapi gue seneng, denger-denger dia di drop out dari sini. Apalagi pas Mas lapor tentang tulang punggung lo ke kepsek, beeeh, kepsek langsung ngancem siapa aja yang ngadain pembully-an, gak segan-segan untuk di DO dan bisa gak keterima di sekolah manapun."
"Bagus dong, jadi gak ada yang kena bully-an lagi. Cukup gue aja yang trauma, orang lain jangan," Shenna mengulum senyum tulusnya.
"Lo baik banget sih, Shen. Gue heran, kenapa orang bisa sebegitunya sama orang kayak lo," Yesha memeluk sahabatnya dari samping.
Shenna membalas pelukan Yesha, "Yaudah ah, mau ngelanjutin Fisika dulu. Udah ngerjain belum?"
Yesha menggelengkan kepalanya, "Liat dong!" Shenna tertawa, karena sudah kebiasaan Yesha seperti itu.
***
Shenna menyuapkan satu sendok nasi dengan lauk ayam gorengnya itu ke dalam mulutnya, pun Sena yang duduk di sebelahnya.
"Masakan calon mertua aku emang the best!" Puji Sena sembari memamerkan ibu jarinya ke arah Shenna, dan malah membuat Shenna tertawa. "Iya dooong, Mama siapa dulu."
Keduanya sama-sama tertawa, lalu mereka melanjutkan kegiatan makannya sampai butir nasi terakhirnya.
Mama Shenna memang sengaja membuatkan bekal untuk Sena, entah mengapa tapi mama Shenna hanya sedang ingin memasakkan makanan untuk Sena.
"Oh iya, aku adain ke panti asuhannya nanti sehari setelah aku ulang tahun, Shen. Kamu bisa kan?" Tanya Sena memastikan.
Shenna mengangguk, "Pasti bisa kok. Daripada di rumah, semua sibuk sama urusannya masing-masing.
"Nah, bagus. Mending kamu sama aku aja kalau gitu ya," Sena tertawa, diikuti oleh Shenna.
Seperti biasa, tak lama, bel masuk berdering. Dan seperti biasa, Shenna menunggu untuk bel pulang berdering, yang mana Shenna sudah bebas dari ocehan gurunya di depan kelasnya.
Jujur saja, Shenna sudah lelah. Apalagi, kantung matanya sudah mulai terlihat jelas. Ia sedang mengerjakan suatu projek untuk Sena nanti. Karena yang Shenna mau, ia memberikan impression yang baik untuk ulang tahun pertama Sena bersamanya.
Sampai akhirnya, bel pulang pun berdering. Shenna yang sempat tertidur itu, terkejut saat mendengar bel pulang yang kerasnya sudah seperti toa masjid.
Di sebelahnya, Yesha malah tertawa saat melihat Shenna bangun dengan terkejut seperti habis mimpi jatuh ke jurang.
"Kenapa lo, Shen? Mimpi jatoh? Apa kepeleset?" Ledek Yesha sambil tertawa.
"Sialan," Shenna memukul pelan lengan Yesha.
Mereka pun bersiap-siap pulang, karena ya memang sudah waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Shen, gue udah siap tuh lagunya. Tinggal lo masukin ke videonya aja," kata Yesha sebelum meninggalkan Shenna.
"Oh, yaudah, nanti kirim aja lewat e-mail ya. Gue tungguin loh pokoknya," balas Shenna. Yesha pun hanya tertawa sambil menganggukkan kepalanya. "Yaudah, duluan ya," Shenna memperbolehkan.
Tinggallah Shenna lagi di dalam kelasnya, sendirian. Entah mengapa, Shenna tergolong paling lelet beberes di dalam kelasnya.
Berbeda dengan saat itu, kini Sena menunggu Shenna tepat di depan kelasnya. Ia tak mau kejadian yang lalu terulang lagi. Ia tak mau Shenna terluka.
"Yuk, udah?" Tanya Sena ketika Shenna menghampirinya. "Oh iya, sini tasnya. Kan gak boleh bawa berat-berat dulu. Kalau gak, ngilu lagi nanti tulangnya," Sena langsung merebut tas Shenna yang kebetulan tidak digendong oleh Shenna karena betul kata Sena, tulangnya ngilu.
Shenna hanya tersenyum melihat Sena menggendong dua tas, tasnya dan tas Sena sendiri. "Makasih banyak ya, Kak."
Sena menoleh ke arah Shenna lalu tersenyum manis, "Anything for my lady."
Shenna terkekeh malu.
***
Malamnya, Shenna melanjutkan mengedit video yang akan ia berikan nanti kepada Sena. Video itu berisi ucapan-ucapan orang terdekat Sena dan pastinya ucapan Shenna untuk Sena nanti.
Ia tersenyum ketika melihat foto Sena di layar laptopnya. Foto yang sedang ia lihat adalah foto pertama kali yang ia ambil sebelum ia kenal Sena. Saat ia masih menjadi secret admirer Sena.
"Siapa yang tau ya kan? Kalau pada akhirnya, kita malah jadian," senyum Shenna mengembang.
Momen itu pun terganggu dengan suara telfon dari ponsel Shenna. Shenna sempat menggeram, karena Shenna sedang mengingat saat-saat dulu, saat pertama kali ia marah-marah kepada Sena.
"Halo?" Ucap Shenna sepersekian detik setelah mengangkat telfonnya.
"Shen, kamu perlu bantuan gak?" Tanya Azra melalui telfonnya itu.
"Kak Azra...gak kok Kak. Aku udah mau selesai juga ngerjainnya."
"Kamu jangan begadang cuma karena nyiapin semuanya buat Sena. Kantong mata kamu udah mulai keliatan Shen. Oke?" Azra memang sangat peduli dengan keadaan Shenna.
"Hehehe, iya Kak, makasih banyak ya Kak."
"Yaudah, kamu sekarang lagi ngapain? Udah jam 11 loh," tanya Azra karena penasaran.
"Masih ngedit, Kak. Tapi bentar lagi selesai kok."
"Mau dibantuin gak? Biar aku yang ngerjain. Kamu kirim e-mail juga bisa kok," tawar Azra.
Shenna tertawa pelan, "Gausah, Kak. Kakak nanti yang burn ke kaset aja ya. Nanti kalau udah selesai, aku telfon lagi."
"Aku tungguin ya. Kamu bilang sama aku kalau mau tidur. Oke?"
"Iya, Kak," balas Shenna lembut.
"Yaudah, Kakak tunggu ya."
"Sip!"
***
"Gue di drop out cuma karena bantuin lo doang!" Velly membentak orang yang ia telfon.
"Tenang aja, Vel. Gue daftarin lo ke sekolah yang lebih bagus. Gue yang tanggung biayanya. But, thanks ya, kerja lo bagus. Tulangnya sampe sakit, nice job."
"Serius lo ya, gue tungguin," balas Velly sebelum mematikan telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Yet Real
Teen FictionSemua memang aneh, tapi ini semua nyata, bukan ilusi. Copyright © March 2017 by Bilbile