"Shenna udah gak ada, Sen," ucap mama Shenna.
Sena tak dapat berucap. Bibirnya terlalu lemah untuk mengucap sepatah kata. Deretan kalimat yang mama Shenna ucapkan begitu menusuk hati Sena.
"Masuk dulu yuk, Sen," mama Shenna membawa Sena masuk.
Di dalam, sudah ada Azra dan Dion. Dua orang yang Shenna titipkan pesan untuk selalu menemani mamanya.
Spontan, sepasang mata Azra dan Dion langsung menatap Sena dan mama Shenna yang sedang berjalan masuk ke dalam.
Mama Shenna menyuruh Sena untuk duduk. Sementara, dirinya akan membuatkan Sena teh hangat.
"Akhirnya nanyain Shenna juga, Sen," ucap Azra.
Sena hanya diam dan terbengong sendiri. Fikirannya kosong. Ia sedang tak bisa berfikir. Bahkan, tiba-tiba, semua organ tubuhnya seperti tak bekerja dengan baik, seperti contohnya telinganya.
Sena tak mendengarkan apa yang Azra ucapkan. Kalau pun Sena mendengarkannya, Sena tidak akan nyambung.
"Sen," Dion menyentuh pundak Sena. Dan secara tidak langsung, Dion menyadarkan Sena dari lamunannya.
"Shenna mana?" Tanya Sena dengan mimik muka yang keduanya tak mengerti.
"Tadi kan mamanya Shenna udah bilang, Shenna gak ada lagi, Sen," Dion menjelaskan.
"Shenna nitipin ini ke gue, dia suruh gue untuk ngasih ini ke lo kalau lo udah nanyain dia dan nyadar kalau dia udah lama gak sekolah," Azra mengeluarkan sebuah kaset dari dalam tasnya yang tergeletak di sebelahnya.
Azra memberikan kaset itu pada Sena, dan Sena hanya menerimanya dengan pasrah.
Sena sudah tidak menangis. Tidak. Mungkin karena hatinya sudah terlalu kebal. Pertama Yesha, kini Shenna. Hatinya seakan-akan menahan air matanya untuk jatuh. Gantinya, Sena malah jadi melamun sendiri.
"Maaf, kita gak ngasih tau lo dari awal. Karena ini semua maunya Shenna," tambah Dion.
"Shenna...," gumamnya.
***
Ia daritadi hanya memandangi kaset yang sedang ia genggam. Ia yakin tak yakin untuk memasang kaset tersebut ke dalam dvd-nya.
Sampa akhirnya, Sella mengetuk pintu Sena. Tujuannya adalah untuk mengajak Sena makan malam. "Mas, makan yuk?"
Sena berjalan ke arah Sella, lalu malah menariknya ke tempat tidurnya. Ia menyuruh Sella duduk dan menemaninya menonton kaset yang Azra tadi berikan. "Temenin, Mas."
"Gak ah, Mas. Mas nonton aja sendiri. Sella gak mau nonton itu," kata Sella. Sella langsung bangun dan meninggalkan Sena begitu saja di dalam kamarnya.
Sena menghela nafasnya, "Dasar adek gak bisa diandelin."
Akhirnya Sena mau tak mau memasukkan kaset itu ke dalam dvdnya dan mulai menontonnya. Ia memasang posisi duduk paling nyaman dan siap untuk memencet tombol play.
Sena akhirnya memencet tombol play.
"Halo kak Sena," Shenna terlihat tersenyum di layar tv di hadapan Sena. Tanpa sadar, Sena ikut tersenyum.
"Um...pertama, Shenna mau ngucapin. Selamat ulang tahun yang ke-18, kak Sen. Tambah dewasa ya kak Sen," Shenna terkekeh.
"Kan waktu itu Shenna belum sempet ngucapin secara langsung. Sebenernya sih, waktu Shenna siuman waktu itu, Shenna mau ngucapin. Tapi Sella dan kak Azra nyuruh aku gausah. Parah banget gak tuh? Soalnya, mereka bilang aku masih lemes, jadi jangan dulu. Yaudah aku nurut aja deh," Shenna memasang mimik wajah sedih tapi lucu dan menggemaskan bagi Sena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Yet Real
Novela JuvenilSemua memang aneh, tapi ini semua nyata, bukan ilusi. Copyright © March 2017 by Bilbile