~07~

65 12 0
                                    

Amanda memasuki SMA Pancasila dengan bersemangat, hari ini masa MOS telah berakhir.

Amanda melihat berkeliling mencari sahabat sahabatnya, matanya tertuju pada seorang cewek berambut coklat yang membelakanginya.

Amanda berlari menghampiri cewek tersebut dan menepuk bahunya.

Cewek itu menoleh.

"Helen...." Amanda tersenyum saat mengetahui yang dia tepuk bahunya adalah Helena.

"Manda?"
"Masuk kelas yuk" Amanda menarik tangan Helena menuju kelas baru mereka. Kelas X IPA 1.

Selama perjalanan menuju kelas mereka, banyak yang memberi mereka senyum dan menyapa mereka.

Mereka menjadi terkenal karena menyanyi sewaktu MOS.

Mereka memasuki kelas X IPA 1. Dan mencari kursi yang kosong. Masih ada beberapa kursi yang kosong, akhirnya pilihan mereka jatuh pada kursi bagian tengah.

"Man....si Laura kok belum dateng ya?" Tanya Helena sambil mengeluarkan ponselnya.

"I dont know" Amanda juga mengeluarkan ponselnya.

Laura bersiap untuk berangkat sekolah sekarang. Dia mengeluarkan motornya.

Biasanya dia di antar kesekolah dengan papanya serta Elia.

'Tin tin'
Laura menoleh mendengar klakson yang sangat familiar baginya.

Sebuah mobil yaris terparkir di depan rumahnya.

Pengemudinya keluar dan menghampiri Laura.

"Papa?" Laura masih tak percaya bahwa pria di depannya adalah papanya. Papa yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Kenapa? Ayo berangkat keburu telat" Doni menarik tangan Laura, tapi Laura diam tak berkutik. Dia tak percaya dengan Doni.

"Kenapa papa kesini?" Tanya Laura. Doni menatapnya heran. Apakah seorang ayah tak boleh mendatangi putrinya?

"Papa akan mengantarmu sekolah. Seperti biasa" Kata Doni. Sesekali dia melirik jam tangannya.

"Aku bisa sendiri!" Laura melepaskan cekalan tangan Doni. Doni menatap nanar putrinya.

"Laura....ayo...papa gak akan ngambil kamu dari mama. Pilihan kamu adalah mama. Ya papa gak akan ngambil kamu" Kata Doni. Laura menatap Doni dengan pandangan menilai. Memcari kebenaran dalam sorot matanya.

"Baiklah....ayo pa" Dia melangkah menuju mobilnya diikuti oleh Doni yang tersenyum senang.

Selama perjalanan mereka hanya diam. Tak saling bicara. Sibuk dengan pikirannya masing masing.

"Pa....Laura sekolah dulu" Laura mencium punggung tangan Doni saat mereka sudah sampai di SMA Pancasila.

"Iya...hati hati ya..." Doni mengusap rambut panjang milik Laura. Tiba tiba matanya melihat Senna.

Dia membuka jendela mobil dan memanggil Senna.

"Ada apa Oom?" Tanya Senna. Dia sempat terkejut saat mengetahui Laura ada dalam mobil.

"Titip salam buat Tiara ya...." Kata Doni, Laura membelalakan matanya. Doni titip salam untuk Tiara, sedangkan untuk Fitri tidak????

Laura keluar mobil dengan kesal. Bahkan dia belum menerima uang saku dari Doni. Doni menatap kepergian putrinya yang penuh amarah.

"Senna....titip ini untuk Laura ya..." Doni menyerahkan selembar uang Rp50.000,00 ke tangan Senna. Senna mengangguk dam berbalik pergi. Tugasnya sekarang adalah mencari Laura.

A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang