~04~

82 12 2
                                    

Di tempat berbeda di waktu yang sama.....

Laura memasuki rumahnya dengan letih. Dia berjalan perlahan menuju kamarnya. Laura memasuki kamar mandi dan melihat wajahnya yang terlihat lesu.

Perlahan tangannya mengambil botol sabun cuci muka dan menuangnya di tangnnya.

Tangannya sibuk mengusap usap wajahnya. Dia menatap dirinya di cermin, seorang gadis cantik yang tinggi dengan wajah penuh busa sabun.

Dia membuka keran dan membilas wajahnya. Wajahnya kembali segar lagi. Laura keluar kamar mandi dan tiduran di kasurnya.

Dia lelah. Dia capek dan tanpa dia sadari dia sudah berada di alam mimpi.

Laura terbangun saat mendengar teriakan mamanya memecah keheningan.

Laura mendesah, selalu seperti ini, mama dan papanya akan bertengkar. Laura tidak tahu sampai kapan keluarganya bertahan?

Papanya, Doni selingkuh dengan janda cantik yang di ketahui Laura bernama Tiara.

Sejak ketahuan selingkuh hubungan kedua orang tuanya sudah tidak baik lagi.

Laura menutup telinganya saat mendengar suara pecahan kaca. Dia tahu, Doni pasti melempar sesuatu pada Fitri, mamanya.

Biasanya mereka bertengkar pada malam hari, saat mereka kira Laura sudah tidur. Padahal Laura tidak pernah tidur. Dia menangis atau terkadang curhat dengan kedua sahabatnya.

Tapi kali ini, kedua orang tuanya bertengkar pada sore hari menjelang malam. Jam 20.00

Laura menitikan air matanya saat mendengar Fitri terisak. Laura selalu tahu, Fitri menangis. Bahkan selalu menangis jika bertengkar dengan Doni.

Laura muak dengan ini semua. Dia ingin ini cepat berakhir, dia ingin kedua orang tuanya berbaikan. Dia ingin seperti keluarga lainnya yang harmonis.

Laura menghapus jejak air di pipinya. Dia tak boleh lemah. Dia tak boleh menangis. Dia harus membantu kedua orang tuanya. Dia harus membantu adiknya.

Laura tahu adiknya melihat kejadian itu, oohhh...mungkin bukan melihat. Tapi mendengar. Laura tahu adiknya sudah mengerti apa yang menimpa keluarga mereka.

Tangan Laura terulur membuka kenop pintu. Hanya 5 senti sebelum tangan itu menyentuh kenop pintu.

"Terserah kau....aku akan mengajak kedua anak kita. Kau tak berhak mengurusnya!!" Laura mendengar Fitri berteriak.

Laura tak jadi membuka pintu. Dia bersender di pintu. Merosot terduduk. Dia menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Dia mendengarkan kedua orang tuanya.

"Hei....aku yang akan menjaga anak kita.........kau tak akan bisa!!!" Kali ini Doni yang berteriak. Suara kedua orang tuanya terdengar menjauh. Laura membuka pintu kamarnya dan duduk ditangga.

Dari sini suara mereka terdengar lebih jelas. Tanpa Laura sadari, air matanya menetes mendengar perdebatan kedua orang tuanya.

Dia lebih dari sekedar tahu bahwa keutuhan keluarganya sudah ada di ujung tanduk.

"Kakak...." Laura cepat cepat menghapus air matanya saat mengetahui bahwa Elia, adiknya sudah duduk di sampingnya.

"Kak....hiks...ma...ma...dan...hiks....pa...pa" Elia menangis dan itu membuat hati Laura teriris. Dia tak akan membiarkan adiknya menangis.

"Elia... jangan nangis...." Laura menghapus air mata Elia. Laura berusaha kuat. Dia harus kuat di hadapan adiknya.

"Kak....ka...kalau misalnya...mama sama papa...pi...hiks...pisah...kak...kakak...mau sama...si..siapa?" Pertanyaan Elia membuat Laura terdiam.

Dia sama siapa?

"Ssst.....Elia gak boleh ngomong gitu. Kita pasti bersama terus kok" Laura mengusap rambut adiknya. Laura mati matian menahan air matanya agar tidak jatuh. Tapi, air mata itu tetap jatuh.

"Kak....aku...aku...mau...hiks...sama...sama kakak...te...terus" Laura menatap nanar adiknya yang sedang menunduk. Laura menghapus air matanya dan berdeham.

"El...kakak akan sama kamu terus kok, sama mama, sama papa" Kata Laura. Dalam hatinya Laura tahu itu tidak akan terjadi.

"Kak...itu..gak...hiks..mung..." Laura menempelkan telunjuknya di bibir sang adik.

"El....jangan ngomong gitu....sekarang ayo kita masuk kamar....sepertinya mama akan naik....." Laura menarik adiknya menuju kamarnya.

Dia menutup pintu kamar dan bersandar di pintu. Elia membuka jendela kamar kakaknya.

"Laura, Elia....kalian dimana...ada yang pengen mama sama papa omongin...." Laura menulikan pendengarannya.

Dia mengambil ponselnya di atas nakas. Ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

Laura menggeser layar ponselnya dan mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Halo..."
"Hai...gue Senna.....kita ketemu di kafe tadi" Kata kata Senna memutar balik ingatan Laura
"Ya...ada apa?"
"Laura....apa benar orang tuamu bercerai?" Tanyanya. Laura menatap ponselnya, bagaimana dia tahu?
"Tunggu....dari mana lo dapetin nomor gue?" Tanya Laura.
"Lazham....Laura jawab pertanyaan gue.....apa bener orang tua lo cerai?" Laura menggigit bibirnya. Bingung ingin menjawab apa.
"Oooohhh...tidak...bener sepertinya....mama tak bohong...Laura maafkan mama ku karena telah menghancurkan keluarmu, mama bener bener tak tahu kalau Oom Doni sudah punya istri....." Senna mengoceh panjang lebar. Laura menatap ponselnya lagi. Senna...orang ini anak Tiara?
"Kau...kau anak Tiara? Eehhh maaf tante Tiara?" Tanya Laura. Di seberang sana Laura mendengar Senna mendesah.
"Ya...gue anak tante Tiara. Wiana Tiara Larasati" Laura tersedak. Wiana? Namanya adalah Wiana Laura Putri.

Laura langsung memutuskan panggilan begitu saja saat pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan mama dan papanya.

Fitri langsung memeluk Laura dan Elia.

"Papa....apa benar nama tante Tiara adalah Wiana Tiara Larasati?" Tanya Laura.

Doni mengangguk.

"Kenapa di namaku ada namanya?" Tanyanya lagi.

"Karena papa cinta dia....sekarang kalian pilih mau ikut siapa. Mama atau papa...kita bercerai" Kata Doni. Laura terisak. Dia akan ikut mamanya.

"Mama" Balas Laura.

"Elia...kamu ikut papa" Papanya menarik Elia secara paksa.

"Kakak, mama" Elia menangis dan mereka sudah pergi. Fitri pun pergi dari kamar Laura.

Laura mengambil ponselnya

Laura P : ortu cerai

Laura meletakkan ponselnya dan menangis di sudut kamar.
-
-
-
-
-
-

Hai....siapa yang mau jadi Amanda?
Yang mau jadi Helena?
Yang mau jadi Laura?

#Typo bersebaran
#Sorry gaje

~Harzahra. S. W~

A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang