~44~

85 6 3
                                    

LONDON!!!!

Helena, melihat lihat jalanan London yang bersih. Helena terus menelan ludah, meredam semua sakit hati saat melihat Andin yang terus menempel pada Lazham.

"Man....ehm...gak jadi deh..heheh" Amanda menatap sengit pada Varell yang saat ini tengah merangkulnya. Mereka berjalan perlahan.

Di depan mereka Laura dan Senna juga berangkulan.

"Ra...mama gue pengen ketemu sama lo" Kata Senna. Laura hanya diam tak bergeming.

"Ra..." Senna menyentuh telinga Laura.

"Iya iya...pulang dari sini deh" Kata Laura. Senna tersenyum senang.

Di depan Laura dan Senna. Lazham dan Andin berjalan bersisian. Andin menggenggam lengan Lazham. Walau Lazham tak membalasnya.

"Zham...kita kesini ngapain sih?" Tanya Andin. Dia sedikit menyenderkan kepalanya pada bahu Lazham.

Lazham tak menghiraukan perkataan Andin.

Amanda menoleh ke arah belakang. Dia melihat Helena yang berjalan sendirian di belakang. Headseat menyumpal kedua telinganya.

Helena memandang Lazham dan Andin yang berjalan di depan. Dia tak menghiraukan perkataan Felix yang sedang di telponnya.

Dia menahan kecemburuannya dengan menelpon Felix.

"Zham....Zham..." Amanda memanggil Lazham. Sesuai perkiraanya Lazham langsung menoleh.

Dan yang pertama di lihat Lazham adalah Helena yang berjalan sendirian di baris paling belakang.

"Helen....lagi telponan?" Tanya Amanda.

"Hm...iya Lix...ada apa?" Helena menjawab Felix yang sedang berbicara di seberang sana.

"Felix? Mantan Helena?" Gumam Lazham. Dia berjalan mendekati Helena. Segera di kalungkannya headseat yang menyumbat telinga Helena.

"Kita lagi liburan. Gak ada yang sibuk sendiri" Kata Lazham membalas tatapan Helena.

"Kalian aja pada sibuk sendiri!!! Masa gue harus bengong??? Lo mikir dong....lo sama Andin...Senna sama Laura, Amanda sama Varell" Kata Helena kesal.

"Felix temen gue...pulsa juga pulsa gue...lo gak usah ikut campur!!" Kata Helena. Dia memakai kembali headseat nya.

Lazham mendengus. Dia kembali ke barisan depan disebelah Andin. Dia membiarkan tangannya dipegang Andin.

Kecemburuan menyeruak di hatinya. Dia melirik Helena yang tampak tertawa.

Laura berjinjit menyamakan tingginya dengan telinga Senna.

"Senn...Lazham itu masih suka sama Helen?" Tanya Laura. Senna menoleh.

"Kita gak usah ikut campur urusan mereka. Biar mereka yang urus. Pada intinya mereka akan terus bersama jika takdir menulis mereka bersama..." Kata Senna. Laura mengangguk.

Dia tahu...dia tahu apa itu takdir...takdir lah yang menyatukan dirinya dan Senna. Dan takdir pulalah yang membuat Amanda bersama Varell.

"Rell...Lazham itu...sebenernya mau nikah sama siapa?" Tanya Amanda. Varell mengelus pelan rambut Amanda.

"Biarlah itu jadi urusannya. Sekalipun aku tahu, aku gak akan ngasih tahu kamu....kalo emang dia di takdirkan bersama Andin dia akan bersama Andin...tapi jika tidak..ya tidak" Kata Varell. Varell dan Amanda memang sepakat mengubah kata panggilan mereka.

Amanda mengangguk. Memang seperti itu. Takdir! Takdir lah penghalang. Amanda melihat Helena dengan sudut matanya. Kasihan Helena jika memang takdir Lazham bersama Andin....

A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang