"Salmaaaaaaaa" teriak Alfa. Suara itu sangat kencang dan mengganggu seluruh penghuni kelas hingga semua mata tertuju ke arah Salma.
"Kenapa sih? Siang bolong begini teriak - teriak kayak di hutan lo Fa. Berisik tau. Ganggu." Ketus Salma yang baru datang dari kantin.
"Eh maaf deh haha. Jadi gini Sal, tolong bantu gue ya beli tiket pensi ini. Lo harus dateng, karena band gue tampil juga."
"Gak. Males gak ada temen."
"Ayo dong plis ini adalah syarat band gue dan Chandra biar bisa manggung. Lo kan punya temen SMP juga disana, sekalian ketemu lah hehe." Balas Alfa dengan muka melas.
Karena malas debat dengan Alfa, akhirnya Salma setuju dan membeli tiketnya.
"Ada syaratnya tapi kalo mau gue beli."
"Yaudah apa?"
"Lo jual murah ke gue. Baru gue beli. Kalo gak mau yaudah gue gak beli."
"Ah masa gitu." Alfa membenarkan posisi dirinya dengan tangan berkacak pinggang.
"Terserah sih." Salma berjalan meninggalkan Alfa menuju tempat duduknya.
Sebenarnya, itu hanya akal - akalan Salma saja untuk membatalkan ajakan Alfa. Salma pikir dengan cara itu Alfa enggan untuk menurunkan harga tiketnya. Bisa - bisa bukannya untung yang didapat Alfa, tapi malah buntung yang datang.
"Eh yaudah iya deh iya. Gue jual murah terserah lo deh." Alfa mengikuti langkah Salma dari belakang.
Salma menghentikan langkahnya lalu berbalik badan menghadap Alfa. "Lo serius mau?" tatap Salma bingung.
"Iya dah gakpapa. Capek gue nawarin orang. Biarin deh rugi yang penting tiketnya abis."
Rencana Salma untuk mengelabui Alfa gagal. Dengan bodohnya Alfa malah setuju dengan tawaran Salma. Dia rela menjual tiket dengan harga murah dan mendapat rugi hanya demi sebuah tiket itu terjual. Bisa dibilang Alfa memang tidak pandai untuk berjualan. Orang yang sangat mudah ditipu oleh pembeli jika dia menjadi pedagang asli. Setidaknya, dia bisa mencari orang lain untuk menjual tiketnya jika ingin tiketnya habis terjual dan mendapat untung, tetapi dia tetap saja menjual kepada Salma.
"Hahaha masa jualan begitu. Mana dapet untungnya.""Bawel lo. Udah nih tiketnya bayarin buruan." Alfa menyodorkan tiket itu ke Salma.
"Yaudah gue ambil duit dulu." Salma melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti. Ia mengambil dompet didalam tasnya. Diambilnya uang didalam dompet itu lalu memberikannya ke Alfa.
"Nih uangnya."
Alfa lalu menerima uang itu dan diberikannya tiket yang daritadi ia pegang.
"Yess. Akhirnya laku juga. Ahay." Alfa mencium uang tadi dan memasukkannya ke dalam saku baju. Lalu ia pergi dari tempat Salma dan menuju ke mejanya.
Bicara soal Alfa dan Chandra, mereka adalah teman sekelas Salma. Mereka mempunyai band yang mengikuti lomba di SMA Kartini. Jadi, tiket itu adalah memang benar salah satu persyaratan jika ada yang ingin memeriahkan acara pensi SMA Kartini. Kebetulan, band Alfa dan Chandra menang dalam lomba tersebut dan ikut tampil memeriahkan pensi SMA Kartini. Jadi, Alfa menawarkan tiket itu ke semua temannya.
Sebenarnya, Salma ingin sekali datang ke pensi tersebut karena Ia belum pernah datang ke acara pensi dan ingin merasakan seperti apa rasanya datang ke acara pensi berjingkrak - jingkrak sambil bernyanyi bersama dengan lepasnya mengikuti iringan musik. Hanya saja Ia tidak mempunyai teman untuk datang kesana. Salma sudah mengajak ke semua temannya tapi hasilnya nihil. Tidak ada satupun yang bisa ikut menemaninya, karena mereka sudah punya acara masing - masing. Ada yang pergi bersama keluarga, ada yang kencan dengan pacarnya, ada juga yang ingin mengerjakan tugas kelompok.
Salma jadi bingung memikirkannya, harus dengan siapa Ia datang ke pensi tersebut. Tidak mungkin Ia datang sendirian ke acara pensi. Itu sangat aneh. Setelah berpikir panjang, akhirnya Salma memutuskan untuk tidak jadi datang. Secepatnya ia memberitahu Alfa tentang kabar ini. Syukur - syukur Alfa memakluminya. Istirahat kedua, Salma berniat menemui Alfa untuk membicarakan tentang batalnya pembelian tiket pensi tersebut.
Bel istirahat yang ditunggu - tunggu pun akhirnya bunyi juga. Salma langsung bergegas menemui Alfa ke tempat duduknya yang berada dibelakang dan membicarakannya.
"Fa, soal tiket itu gue gak jadi deh. Gue males gak ada temen buat dateng kesana. Gue jual ke orang aja kali ya nih tiket?" ucap Salma.
"Eh, gak bisa Sal gak bisa. Lo harus dateng. Tenang aja, ada gue sama Chandra kok disana. Gak usah takut." Balas Alfa sambil menenangkan Salma.
"Tau lo, masa gak dateng liat kita manggung. Gak asik nih. Udah santai aja." Sahut Chandra.
"Tapi kan kalian sama temen band lo pasti. Nanti gue didiemin. Gak mau ah." Kata Salma sambil memasang muka cemberut.
"Yaelah santai bro gak bakal. Udah tenang aja lo dateng aja. Rumah lo kan deket." Kata Alfa.
"Iyaaaaaa! Awas lo gak dateng bukan temen kita. Haha." Balas Chandra meledek.
Merasa tidak enak hati, akhirnya Salma mengiyakan kembali omongan mereka berdua. Salma pikir, ada benarnya juga omongan mereka. Ia bisa berbaur dengan teman bandnya, sekalian menambah kenalan teman, dan bisa bertemu dengan teman dekat Salma waktu di SMP.
"Yaudah deh dateng. Tapi janji ya, jangan didiemin kalo ngumpul sama temen band lo." Jawab Salma.
"Iyaaaaaaaa Salmaaaaaa." Balas Alfa dan Chandra serentak.
Keputusan Salma sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu keputusan ini. Salma langsung menandai tanggal di akhir bulan Januari. Agar Ia tidak lupa kalau sudah ada janji. Salma berharap semoga saja keputusan ini akan menjadi hal yang menyenangkan. Sehingga, Ia tidak akan dihantui penyesalan.
****
Haloha semuanyaa!! Masih pemanasan nih di bab awal hehehe. Lanjut baca terus yaaa. Biar tau kejadian yg suka dialami sm para friendzone. Banyak suka dukanya deh pokoknya. HAHA.
Happy reading guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow is Over
Teen Fiction"Jika ingin bermain, maka keduanya harus bahagia. Tapi, jika salah satunya tidak merasakan bahagia, bagaimana bisa dikatakan bermain?" Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, seorang gadis remaja si kutu buku bertemu dengan seorang pria yang ta...