Tepat pukul 15.00 WIB bel sekolah berbunyi. Semua siswa mulai merapihkan alat tulisnya untuk bersiap - siap pulang ke rumah. Tapi tidak dengan Salma. Ia tidak langsung pulang. Melainkan akan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, yaitu seni drama atau teater.
"Sal cepetan turun. Pelatihnya udah dateng tuh." Ucap salah satu teman teaternya.
"Eh iya iya. Duluan aja."
"Yaudah gue duluan ya Sal."
"Okedeh."
Sebenarnya, jadwal ekskul teater itu setiap hari Kamis. Tapi karena sekolahnya akan mengikuti lomba di festival teater Jakarta, jadi jadwal latihan diperbanyak menjadi seminggu tiga kali. Nah, hari ini merupakan jadwal latihan tambahan untuk persiapan lomba nanti.
Latihan selesai pada pukul 17.00 WIB. Semua kegiatan ekskul memang dijadwalkan selesai sampai jam segitu. Itu merupakan peraturan SMA Pertiwi.
"Des, pulang bareng ya." Ajak Salma ke Desi sambil membereskan tasnya.
"Tumben. Biasanya dijemput. Emang kemana pacarnya?" Ledek Desi.
"Lagi mau pulang sendiri aja dan gue gak punya pacar oke." Celetuk Salma.
"Ohiya lupa hahaha maaf ya gue bercanda Sal. Yuk pulang sekarang."
"Payah lo kerjaannya ngeledek gue mulu. Yaudah cus."
"Hahaha i'm sorry."
Mereka berdua langsung meninggalkan tempat latihan untuk pulang ke rumah. Di pintu gerbang, Salma melihat Alfa seperti sedang menunggu seseorang. Lalu Salma menghampiri Alfa untuk pamit pulang duluan sekalian menanyakan keberadaannya disitu.
"Fa, lo kok belum pulang? Lagi nunggu siapa? Tanya Salma sambil menepuk pundak Alfa.
"Eh Salma ngagetin aja sih. Iya tadi abis main terus nunggu dijemput temen."
"Oh..siapa? Dijemput Chandra?"
"Dito, Sal. Cie cie cie. Sini tunggu bareng gue biar ketemu Dito." Balas Alfa sambil meledek Salma.
"Tuhkan gue males ah semenjak kejadian itu, gue selalu jadi bahan ledekan sama lo, Chandra, dan Desi. Terutama lo, Fa."
"Loh kok gue sih." Balas Alfa sambil ketawa - tawa.
"Emang lo biangkeroknya."
"Ih bodoamat ah. Yaudah deh gue pulang duluan. Bye." Jawab Salma dengan muka bete sambil meninggalkan Alfa.
"Hahaha dia langsung bete. Iya hati - hati dijalan kalau ketemu Dito." Ledek Alfa lagi.
"Bawel."
Alfa memang senang sekali kalau sedang meledek Salma. Tidak akan ada habisnya kalau Salma ladenin. Untung Salma hanya sesekali saja membalas ledekan Alfa, lalu menghiraukannya.
Di tengah perjalanan, ada satu motor yang mendekati ke arah Salma dan Desi berjalan. Motor itu mendekat mengurangi kecepatannya dan memberikan klakson kepada mereka lalu berjalan kembali dengan kecepatan yang kencang. Ternyata itu adalah Alfa dan Dito.
"Woy Salma duluan yaaa. Dadahhh." Teriak Alfa dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.
"Okeee." Balas Salma dengan teriak sambil membalas lambaian tangan Alfa.
"Sal, itu yang tadi didepan Dito kan? Ngapain dia klakson ke kita?" Tanya Desi dengan polosnya.
"Iya. Gak tau deh. Biasa kali disuruh Alfa."
"Cie disapa Dito. Hati - hati loh Sal." Desi kembali meledek Salma dengan andalan cie nya.
"Gak jelas deh. Dia nyapa doang apa salahnya."
"Gak ada yang salah si. Tapi cie aja."
"Dasar gak jelas lo Des. Yaudah ah gue duluan." Balas Salma sambil jalan meninggalkan Desi.
"Ih Salma tungguinnnnn." Teriak Desi sambil jalan buru - buru mengejar Salma.
Setibanya dirumah, Salma mendadak kepikiran dengan ledekan Alfa dan Desi. Semenjak kejadian Dito menambahkan kontaknya di line, selalu saja ada kejadian yang terkait dengan Dito. Awalnya Salma memang menghiraukannya, tapi semakin kesini jadi malah membuat Salma kepikiran.
"Kenapa ya? Kok jadi Dito lagi Dito lagi? Harus banget Dito apa yang disangkutpautin." Gerutu Salma sendirian sambil membaca novelnya diatas kasur.
Sudah dua kali selalu ada nama Dito dalam kejadian yang Salma alami.
Pertama, pada minggu lalu dua hari setelah acara pensi, Salma meminjam jaket kepada Alfa karena Salma sedang sakit. Jadi ia meminjamnya untuk dipakainya agar badan Salma tidak kedinginan karena terkena AC. Ternyata ketika Salma akan mengembalikan jaket itu kepada Alfa, itu adalah jaket milik Dito. Diledeklah Salma habis - habisan karena dikira terlalu nyaman memakai jaket itu sampai tidurnya nyenyak di UKS. Salma benar - benar tidak tahu kalau itu adalah jaket milik Dito. Mungkin kalau ia tahu itu jaket milik Dito, pasti ia tidak jadi meminjam untuk menghindari ledekan dari Alfa.
Sedangkan kejadian yang kedua baru saja terjadi tadi sore saat pulang sekolah.
Salma hanya menganggap itu adalah sebuah kebetulan. Meskipun terkadang kepikiran, tapi ia langsung mengacuhkannya agat tidak menjadi banyak beban didalam otak Salma.
"Ih kenapa gue jadi mikirin Dito sih. Aduhhh gak penting banget deh." Sontak Salma langsung tersadar dari lamunannya lalu menutup novel yang ia baca dan menyimpannya di rak buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow is Over
Teen Fiction"Jika ingin bermain, maka keduanya harus bahagia. Tapi, jika salah satunya tidak merasakan bahagia, bagaimana bisa dikatakan bermain?" Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, seorang gadis remaja si kutu buku bertemu dengan seorang pria yang ta...