"Sal, jangan lupa ya nanti jam 11 di rumah Vina." kata Darin melalui pesan.
Ya, Darin adalah sahabat Salma. Mereka sudah dekat Salma. Mereka sudah dekat sejak kelas 8 SMP. Hari ini mereka akan bermain ke rumah Vina. Rumah Vina ibarat markas bagi mereka untuk berkumpul.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, Salma dan Darin sudah bertemu di rumah Vina. Keduanya sedang menunggu pintu gerbang dibuka oleh pemiliknya yang belum juga keluar rumah.
"Vinaaa. Keluar dong lama nih." Teriak Darin sambil menekan tombol bel rumah Vina.
"Sabar kali Rin. Nanti juga keluar." ucap Vina.
"Gue haus ih." Darin memasang muka lelah.
"Beli di warung tuh sana."
"Males ah panas kesananya haha."
"Ih dasar buat sendirinya juga. Sini deh gue beliin." balas Salma kesal seraya meminta uang ke Darin.
Baru saja Salma ingin melangkahkan kakinya ke warung, Vina pun datang membuka pintu gerbang menyelamatkan mereka dari kepanasan & rasa haus Darin.
"Yaampun gila gue kangen banget sama kalian berdua." ucap Vina sambil memeluk Salma dan Darin.
"Aaaa gue juga Vin. Pokoknya banyak yang mau gue ceritain." jawab Salma.
"Gue juga yaampun. Kangen parah. Eh vin, gue haus nih hehe." balas Darin.
Mereka bertiga memang sudah lama tidak bertemu setelah disibukkan oleh sekolahnya masing - masing. Hari ini mereka menyempatkan untuk bertemu karena kebetulan tanggal merah dan ketiganya sedang tidak ada acara.
"Hahaha yaudah ayo masuk." kata Vina yang mempersilahkan masuk.
Vina langsung menuju ke dapur membuatkan minum untuk Salma dan Darin.
"Nih minumnya. Abisin loh." ucap Vina yang menaruh gelas ke meja.
"Kurang nih kayaknya Vin hahaha." balas Darin.
"Gila lo ya Rin haha. Gue sih kembung." sahut Salma.
"Tenang Rin, masih banyak haha. Oh iya Sal gimana lo sama Dito?" ucap Vina.
"Iya Sal ceritain dong. Gue ketinggalan nih." kata Darin.
"Hmmm yagitu makin sering chattingan hehe." jawab Salma.
"Gitu gimana?" tanya Vina penasaran.
Sebenarnya Salma ingin menceritakan yang sejujurnya kalau ia sudah mulai tertarik dengan sikap Dito pada dirinya. Tapi ia takut kalau teman - temannya tidak setuju. Ia juga tidak mungkin berbohong, pasti Vina dan Darin tahu. Namun pada akhirnya Salma mengatakan yang sebenarnya juga.
"Kayaknya gue mulai tertarik deh sama dia." ucap Salma.
"Serius lo?" tanya Vina.
"Demi apa lo Sal?" kata Darin sambil menghentikan minumnya. Hampir saja ia tersedak.
"Kayaknya. Lagian semakin kesini dia tuh jadi beda gitu. Sikapnya kayak bukan ke temen biasa. Isi pesannya juga." jawab Salma. Ia lalu menghela napas. "Bukannya gue geer ya. Tapi emang beda." lanjutnya.
Mendengar jawaban dari Salma, Vina dan Darin langsung saling bertatapan.
"Gue juga akhir - akhir ini kayak mikirin dia mulu deh." Salma masih melanjutkan omongannya.
"Sal, plis. Lo jangan sampai kejadian yang dulu terjadi lagi. Gue kasihan sama lo." kata Vina."Iya Sal. Mending lo jauhin Dito deh sebelum terlambat." tambah Darin.
"Gue juga gak mau kali jatuh dilubang yang sama. Tapi gue bener - bener gak bisa buat ngejauhin dia. Rasanya berat." jawab Salma.
Memang benar yang dikatakan Salma. Berat rasanya menghindar dari orang yang kita sayang. Apalagi menghindar tanpa sebab. Dito juga seperti sudah memberi harapan kepada Salma. Salah Dito juga yang datang terlalu lama tanpa tujuan yang jelas.
"Lo pasti bisa Sal. Apalagi Dito cuma sekedar curhat gitu doang kan kalau chatting sama lo? Ya kan Sal?" kata Vina.
"Lo ngomong enak Vin. Gue yang jalanin, gak segampang itu. Iya sih tapi cara dia tuh beda dari yang lain." ucap Salma.
"Emang lo udah deket berapa lama?" tanya Darin.
"Enam bulan lebih. Mau tujuh bulan pokoknya." jawab Salma.
"Hah? Demi apa lo? Gila. Ini sih kelamaan Sal." ucap Darin dengan muk kaget.
"Beda darimana maksud lo?" Vina masih kurang paham dengan jawaban Salma tadi.
"Nih lo liat sendiri deh isi pesannya." jawab Salma sambil menunjukkan isi pesan Dito.
Vina dan Darin pun membaca secara seksama. Mereka berdua membaca dengan berbagai ekspresi. Tiba - tiba tertawa, lalu diam. Tertawa lagi, lalu emosi. Kemudian diam sejenak dan saling pandang.
"Gimana menurut lo berdua? Gak wajar kan temen biasa kayak gitu?" tanya Salma.
"Gila Sal. Ini sih udah kelewat batas pertemanan banget cara dia ke lo." ucap Vina dengan emosi.
"Udahlah jauhin aja cowok kayak gitu. Gue geregetan jadinya Sal. Mau gue tampar aja dia. Emosi nih." sahut Darin.
"Hahaha. Gue bilang juga apa. Terus gue harus gimana Vin, Rin?" tanya Salma.
"Jauhin dia!" singkat Darin.
"Setuju. Atau lo boleh sih chattingan sama dia, tapi lo harus bersikap biasa aja. Lo nya juga jangan berlebihan." tambah Vina.
"Berlebihan gimana sih? Coba lo jadi gue, pasti lo nanggepinnya juga sama Vin." jawab Salma. Kemudian mendengus kesal. "Ada juga dia yang berlebihan." tambahnya.
"Duh.. Yaudah deh. Lo jalanin aja sekarang. Terserah kalau itu mau lo. Tapi suatu saat lo harus tanyain ke dia tentang hubungan lo." balas Vina.
"Maksudnya?" tanya Salma yang kurang mengerti.
"Lo harus minta kepastian dari hubungan lo. Jangan mau digantungin. Biar lo gak kena php lagi. Terserah mau kapan, yang penting gak kelamaan." jawab Vina.
"Yaudah." singkat Salma.
"Gue setuju sama Vina." ucap Darin yag daritadi hanya makan biskuit dan menyimak pembicaraan kedua temannya.
"Apa sih Rin? Lanjutin aja tuh makannya." balas Salma sedikit emosi.
"Peace. Hehe."
Yang dibilang sahabatnya memang benar. Seharusnya Salma menjauhi Dito sebelum terlambat. Sebelum rasa sayang Salma semakin dalam. Sebelum Salma dan Dito dekat terlalu lama. Sebelum mereka berdua mempunyai kenangan yang indah.
Salma juga harus menanyakan ke Dito tentang hubungannya. Menanyakan kepastian Dito dengan Salma. Juga tentang perasaan Dito. Jangan sampai Salma mengulang kejadian seperti dulu untuk kesekian kalinya.
Vina dan Darin memang sahabat yang baik. Mereka sangat mengerti dengan posisi Salma sekarang. Mereka tahu benar bagaimana perasaan Salma karena Dito.
"Makasih ya, kalian emang sahabat gue yang paling baik." ucap Salma sambil memeluk kedua sahabatnya.
"Udah - udah gak usah sedih." jawab Vina yang membalas pelukan Salma.
"Aaaa gue jadi terharu. Makin sayang sama kalian pokoknya. Love you." balas Darin.
Salma sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Vina dan Darin. Mereka mau mendengarkan curhatan Salma sampai habis. Meskipun Salma sangat sering curhat tentang cowok kepada mereka, tapi mereka tidak bosan mendengarkannnya.
Mereka juga selalu memberika solusi untuk menyelesaikannya. Menenangkan Salma dikala sedih, dan selalu mensupport Salma.
Jika bagi Darin dan Vina itu tidak baik untuk Salma, maka mereka akan memberitahu. Begitu juga kalau itu baik, mereka akan mengatakan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow is Over
Teen Fiction"Jika ingin bermain, maka keduanya harus bahagia. Tapi, jika salah satunya tidak merasakan bahagia, bagaimana bisa dikatakan bermain?" Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, seorang gadis remaja si kutu buku bertemu dengan seorang pria yang ta...